Articles
“Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.” Itulah bunyi slogan salah satu iklan produk yang masih terngiang sampai saat ini.  Kalimat tersebut memberikan makna tentang pentingnya kesan pertama atau first impressions. Dalam membangun suatu relasi baik relasi personal, karir maupun sosial, kesan pertama merupakan bagian yang penting sebab akan menentukan bagaimana value diri kita yang dapat mempengaruhi bagaimana kelanjutan dari sebuah relasi itu sendiri.
Kara Ronin pendiri Executive Impressions, seorang pakar dan konsultan citra menyebutkan bahwa keputusan seseorang dalam memberikan penilaian pada diri kita adalah 7 detik. Bahkan boleh jadi pada waktu yang singkat tersebut kita bahkan belum sempat berbicara apapun bukan? Coba bayangkan visualisasi berikut: Ketika anda sedang berjalan-jalan ditaman, kemudian dari arah depan ada seorang pria mengenakan setelan jas dan bersepatu, mengenakan kacamata hitam dan memegang notebook. Berjalan dengan langkah tegap, agak cepat, sembari menebar pandangan dan wajah ramah ke sekeliling.  Anda mungkin berpikir bahwa pria ini memiliki profesi (pekerjaan) yang bergengsi, tingkat ekonomi mapan dan pendidikan yang tinggi. Bisa jadi ada bayangan penilaian seperti itu dalam pikiran anda tanpa orang itu mengatakan sepatah kata pun.
Contoh lain, ketika anda melihat dan berpapasan dengan seorang perempuan remaja mengenakan kaos dan celana jeans, sandalnya ditenteng, berjalan gontai sambil menangis serta sesekali berteriak lalu tertawa.  Apa penilaian yang lantas muncul dalam pikiran anda. Mungkin kebanyakan akan mengira remaja itu sedang stres, frustasi, sedih, kehilangan sesuatu yang berharga, diusir dari rumah atau korban kekerasan.
Hanya dengan mengamati tampilan luar seseorang serta body language-nya, individu cenderung dengan mudah memberikan kesan dan menafsirkan tentang kondisi orang lain. Walaupun tanpa ada maksud meremehkan,  merendahkan ataupun tidak menghargai orang lain. Namun disadari atau tidak, proses berpikirlah yang secara otomatis membentuk kesan tersebut. Inilah yang disebut dengan persepsi.
Persepsi merupakan proses internal dalam menyeleksi, mengorganisasi dan menafsirkan kesan-kesan indera agar individu mendapatkan makna (Gibson dkk, 1994; Robbins 2003). Adapun proses psikologis terbentuknya suatu kesan yaitu: Pertama, Ada stimulus yang ditangkap oleh indera. Kedua, Menyeleksi stimulus dan mengenali. Ketiga, Memberikan penafsiran atas stimulus tersebut. Ke-empat, Membentuk filter kesan.
Ketika pertama kali melihat orang lain maka hal yang paling mudah menjadi fokus perhatian dan pengamatan adalah tampilan luarnya. Seperti cara berpakaian yang rapi, bersih dan memadukan warna yang cocok. Lalu kemudian mengamati bagaimana bahasa tubuhnya. Apakah penuh semangat, ramah, percaya diri atau sebaliknya.  Informasi tersebutlah yang kemudian menentukan bagaimana penafsiran atau penilaian tentang orang lain.
Dari beberapa detik diawal pertemuan, ketika Anda bertemu atau melihat seseorang, saat itulah Anda telah membentuk filter kesan pertama. Selanjutnya, jika suatu saat Anda bertemu lagi dengan orang tersebut, semua yang Anda lihat, semua yang Anda dengar tentangnya serta berbagai informasi tambahan lain tentang dirinya akan disaring melalui kesan pertama yang sudah Anda bentuk diawal tadi.
Itulah mengapa kesan pertama itu sangat penting. Sebab kesan kedua dan seterusnya akan tetap difilter dengan kesan pertama tadi. Maka hendaknya kita senantiasa menampilkan citra diri positif dalam berbagai kesempatan. Seolah-olah tidak ada lagi kesempatan selanjutnya. Penilaian seseorang terhadap orang lain terjadi melalui proses pengamatan visual berdasarkan apa yang tampak oleh penglihatan dalam waktu 7 detik pertama. Bahkan sebelum memulai komunikasi lisanpun.
Oleh sebab itu, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam membangun citra diri positif untuk menguatkan first impressions. Pertama, personal grooming yaitu penampilan diri secara keseluruhan mulai dari kepala sampai kaki yang meliputi kebersihan, kerapian dan keserasian. Kedua, Positive Visual Poise yakni sikap tubuh positif yang meliputi postur tubuh, gestur, cara berjalan, cara berdiri, kontak mata, ekspresi wajah dan bahasa tubuh secara keseluruhan. Ketiga, Social Grace yakni tata krama dan sopan santun yang meliputi tutur kata, ekspresi dan sikap dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pentingnya informasi tentang citra diri melalui 7 detik pertama lewat tampilan diri kita. Sebab informasi itulah yang akan membantu orang lain membentuk kesan pertama yang positif atau negatif terhadap diri kita. Dalam falsafah Jawa ada pitutur tentang “Ajining rogo soko busono, ajining diri soko lathi”. Artinya kewibawaan seseorang dilihat dari bagaimana ia menghargai dirinya melalui tampilannya dan juga tutur katanya. Oleh sebab itu penting bagi kita semua untuk senantiasa menunjukkan citra diri positif dalam berbagai kesempatan sebagai bentuk penghargaan bagi diri sendiri, bagi citra organisasi yang kita wakili dan juga orang lain yang menjalin relasi dengan kita.      

Herliyana Isnaeni, M.Psi, Psikolog
Dosen Prodi Tasawuf & Psikoterapi
Fakultas Ushuluddin & Filasafat