Surabaya, 17 Juni 2025 — Suasana akademik yang intens dan inspiratif terasa sejak pagi hari di Ruang A.201 Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel Surabaya. Pada hari kedua pelaksanaan Inbound Mobility, mahasiswa dari Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam, dan FSH UINSA Indonesia terlibat dalam Kolokium Mahasiswa Antarbangsa, sebuah forum intelektual yang mempertemukan gagasan-gagasan kritis di bidang fiqh, hukum keluarga Islam, etika bioteknologi, hingga dinamika sosial dalam perspektif syariah.

Kolokium ini menjadi ajang aktualisasi keilmuan dan pembuktian kapasitas akademik para mahasiswa dari dua negara. Dengan menggunakan bahasa ilmiah yang sistematis, para peserta mempresentasikan hasil riset mereka yang merefleksikan kepekaan terhadap realitas kontemporer serta kemampuan mengaitkannya dengan khazanah keilmuan Islam klasik. Tercatat lebih dari 10 makalah ilmiah dipresentasikan dalam dua sesi utama, dengan beragam tema yang menyentuh langsung persoalan umat dan masyarakat Muslim saat ini.
Sesi pagi dibuka dengan presentasi dari Hajah Raudah Binti Haji Awang Sabli yang membahas komunikasi menurut Imam Al-Ghazali dalam penyelesaian konflik rumah tangga di Brunei, diikuti oleh M. Badrul Munir dari FSH UINSA yang membedah fiqh wali nikah bagi penyandang disabilitas sensorik. Mahasiswa lainnya mengangkat isu wakaf dalam pengentasan kemiskinan, teknologi rekayasa genetik dalam perspektif sadd adz-dzari’ah, serta permasalahan fiqh haid dalam kalangan mahasiswa perguruan tinggi. Setiap makalah dipresentasikan dengan disiplin metodologis yang kuat dan disambut dengan diskusi yang hidup.
Pada sesi siang, kolokium dilanjutkan dengan presentasi yang tak kalah menarik. Nur Fatin Farizah Binti Haji Mohd Kassim mengangkat fenomena perceraian di luar mahkamah menurut hukum keluarga Islam Brunei, sementara peserta dari FSH UINSA menyoroti isu aksesibilitas pernikahan bagi penyandang disabilitas, fiqh produk halal, serta pendidikan haid berbasis fiqh perempuan. Isu-isu kekinian seperti fenomena sandwich generation dan pemahaman hukum hadanah dalam masyarakat Brunei juga menjadi bahan diskusi lintas perspektif yang sangat berharga.
Forum kolokium ini dipandu oleh dua moderator utama: Mukhammad Nur Hadi, M.H. dan Abdul Haris Fitri Anto, M.Si., yang mengarahkan diskusi dengan baik dan menjaga kesinambungan gagasan antar makalah. Bertindak sebagai penanggap ilmiah adalah jajaran akademisi dari FSH UINSA dan UNISSA, antara lain Prof. Dr. Nurlailatul Musyafa’ah, Lc., M.Ag, Dr. Mahir, M.Fil.I, Dr. Nabiela Naily, M.H.I., dan Professor Madya Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni yang memberikan catatan kritis dan apresiatif terhadap konstruksi metodologi dan relevansi sosial dari masing-masing karya ilmiah mahasiswa.
Salah satu penanggap, Dr. A. Kemal Riza, S.Ag., M.A., menyampaikan bahwa kolokium ini menunjukkan tingginya kesadaran intelektual mahasiswa dalam membumikan teks-teks klasik ke dalam konteks sosial yang sangat aktual. Ia juga menekankan pentingnya memperkuat tradisi ilmiah semacam ini secara reguler, bukan hanya dalam bingkai pertukaran pelajar, tetapi juga dalam agenda pengembangan kurikulum dan riset kolaboratif antar institusi.
“Kita melihat bagaimana mahasiswa tidak hanya menguasai literatur klasik, tetapi juga mampu membacanya ulang dalam konteks disabilitas, kemiskinan, bioetika, hingga hak perempuan. Ini adalah wujud fiqh yang hidup, yang tidak membeku dalam teks, tetapi bersenyawa dengan realitas,” ujar Dr. Kemal.
Kolokium ini juga membuka ruang relasi akademik antarindividu. Mahasiswa dari kedua negara saling berdialog, memberi respons atas makalah teman sebayanya, dan menunjukkan potensi kerja sama akademik jangka panjang. Kolokium tidak berhenti sebagai forum seremonial, tetapi menjadi ekosistem pertumbuhan intelektual mahasiswa syariah lintas negara.
Dengan terlaksananya kolokium ini, Program Inbound Mobility tidak hanya mempertemukan dua institusi, tetapi juga menumbuhkan simpul-simpul baru dalam jaringan keilmuan Islam Asia Tenggara. FSH UIN Sunan Ampel Surabaya menegaskan dirinya sebagai ruang akademik yang produktif dan progresif dalam membina generasi pemikir Muslim yang reflektif, kritis, dan kontributif terhadap persoalan zaman.
Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany
Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany
Desain Foto: Annisa Rahma Fadila