Memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia, Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar kegiatan bertajuk “Pemahaman Awal Implementasi Kurikulum Merdeka” sebagai bentuk refleksi dan aksi nyata pendidikan dalam semangat kemerdekaan. Kegiatan ini berlangsung pada 18 Agustus 2022, bertepatan dengan momen penting nasional yang sarat makna perjuangan dan pembebasan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari ikhtiar akademik Program Studi PPG untuk menginternalisasi nilai-nilai kemerdekaan dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan menyambut kebijakan transformasional dari Kemendikbudristek, yaitu Kurikulum Merdeka. Bertempat di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, kegiatan ini diikuti oleh para dosen, alumni, dan guru pamong, serta menghadirkan narasumber berkompeten di bidang kurikulum dan pedagogi inovatif.
Ketua Program Studi PPG UINSA, Ainun Syarifah, M.Pd.I., dalam sambutannya menekankan bahwa pemahaman terhadap Kurikulum Merdeka menjadi langkah penting menuju kemerdekaan guru dalam mengelola pembelajaran. “Momentum 17 Agustus mengingatkan kita akan pentingnya kemerdekaan dalam berpikir dan bertindak. Di dunia pendidikan, Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi guru dan peserta didik untuk tumbuh sesuai potensinya. Maka pemahaman ini harus dimulai sejak dini, terutama di lingkungan LPTK,” ujarnya.
Dengan tema “Menjadi Guru Merdeka: Membangun Pembelajaran Bermakna Berbasis Nilai Islam dan Profil Pelajar Pancasila”, kegiatan ini menghadirkan Hernik Farisia, M.Pd., dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA sekaligus fasilitator Sekolah Penggerak, yang memaparkan konsep dasar dan filosofi Kurikulum Merdeka.
Dalam sesi pemaparan, Hernik menekankan pentingnya mengubah paradigma pembelajaran dari yang serba seragam menjadi lebih personal dan kontekstual. “Kemerdekaan dalam belajar bukan berarti tanpa arah. Justru di sinilah peran guru menjadi penting sebagai pembimbing yang memfasilitasi pertumbuhan peserta didik. Kurikulum Merdeka menantang kita untuk tidak sekadar mentransfer ilmu, tetapi menumbuhkan karakter,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai keislaman seperti tawazun (keseimbangan), tasamuh (toleransi), dan ta’awun (kerja sama) dapat menjadi fondasi kuat dalam pembentukan Profil Pelajar Pancasila di lingkungan madrasah dan sekolah Islam.
Sebagai langkah awal pemahaman, peserta kegiatan diajak terlibat dalam simulasi pembelajaran berdiferensiasi dan penyusunan rancangan modul ajar sederhana berbasis capaian pembelajaran. Meski belum dalam bentuk workshop penuh, sesi praktik ini memunculkan kesadaran baru di kalangan peserta tentang tantangan dan peluang Kurikulum Merdeka di lapangan. Ahmad Kurniawan, alumni PPG UINSA 2022 yang turut hadir, mengungkapkan bahwa kegiatan ini membuka wawasan baru dalam menata strategi mengajar. “Biasanya kami fokus pada perangkat ajar berbasis KI-KD, tapi setelah ini kami mulai memikirkan bagaimana memahami karakter siswa secara individu dan menyesuaikan pembelajaran yang relevan. Ini awal yang sangat penting,” tuturnya.
Diskusi kelompok dalam kegiatan ini juga mengangkat persoalan riil dari sekolah mitra, seperti kesiapan guru dalam asesmen diagnostik, adaptasi terhadap format baru modul ajar, dan bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai religius dalam kurikulum yang fleksibel.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag., menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya sebagai agenda seremonial, tetapi bagian dari proses panjang transformasi pendidikan guru. “Kemerdekaan sejati dalam pendidikan adalah ketika guru dan siswa sama-sama memiliki ruang untuk berkembang, mengeksplorasi, dan berinovasi. Inilah esensi dari Merdeka Belajar yang kita rayakan dalam konteks 17 Agustus ini,” ungkapnya dalam sesi penutupan kegiatan. Beliau juga menegaskan pentingnya peran LPTK seperti UINSA dalam menjadi motor penggerak perubahan. “Tidak cukup hanya memahami kurikulum, kita harus mewujudkan semangat itu dalam praktik nyata di ruang kelas dan kehidupan sekolah,” tambahnya.
Meskipun kegiatan ini bersifat pengantar dan pemantik, para peserta menyepakati pentingnya melanjutkan agenda penguatan pemahaman Kurikulum Merdeka dalam bentuk workshop lanjutan, pelatihan intensif, dan pengembangan komunitas belajar antar alumni dan guru pamong. Sebagai tindak lanjut, Program Studi PPG merancang kegiatan lanjutan pada tahun 2023 yang akan difokuskan pada penyusunan modul ajar, simulasi pembelajaran berdiferensiasi, dan penguatan integrasi nilai-nilai Islam moderat dalam perangkat ajar Kurikulum Merdeka.
Dengan semangat HUT Kemerdekaan RI ke-77, kegiatan ini menjadi tonggak awal bahwa kemerdekaan dalam pendidikan bukan sekadar jargon, melainkan tekad bersama untuk membangun pendidikan yang merdeka secara struktur, karakter, dan spiritualitas.