PEDOMAN LAILATUL QADAR
A. Arti Lailatul Qadar (LQ)
Berdasar arti al qadar dalam Al Qur’an, maka LQ adalah: (1) malam keagungan atau kemuliaan, yaitu malam turunnya ayat-ayat Al Qur’an untuk pedoman hidup mulia (QS. Az Zumar [39]:67), (2) malam penetapan, yaitu malam ditetapkannya nilai benar dan salah (QS. Ad Dukhan [44]:3-5), dan (3) malam yang sempit, yaitu malam turunnya semua malaikat, sehingga bumi terasa sempit (QS. Ar Ra’d [13]:26; QS. Al Qadar [97]:4). Ketiga pengertian di atas saling terkait.
B. Turunnya Al Qur’an
QS. Al Anfal [8]:41 menjelaskan, bahwa tanggal kemenangan Islam pada perang Badar (17 Ramadan 02 H) adalah tanggal yang sama untuk turunnya Al Qur’an, sekitar 15 tahun sebelumnya. LQ disebut juga malam berkah (lailatun mubarakah) (QS. Ad Dukhan [44]:3-5), atau malam bahagia (salam) (QS. Al Qadar [97]:4). Jibril menemui Nabi SAW dua kali dengan rupa aslinya, yaitu dalam Gua Hira untuk menerima wahyu, dan di langit tertinggi (sidratil muntaha) ketika isra’ mi’raj. Ia juga menemui Nabi SAW dua kali dengan wajah manusia biasa. Selebihnya (23 tahun), Jibril datang melalui alam metafisik.
C. Nilai Keutamaan Lailatul Qadar
LQ hanya turun pada bulan Ramadan, yaitu (1) pada tangal 17 Ramadan, saat turunnya Al Qur’an pertama kali, dan ini hanya terjadi sekali dalam sejarah, (2) LQ yang diturunkan setiap tahun pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadan. Keduanya bernilai kemuliaan 1.000 bulan (83 tahun). Jadi LQ jenis kedua ini bukan menyambut turunnya wahyu Al Qur’an, tapi mengenang peristiwa besar turunnya Al Qur’an.
D. Tanda-tanda Lailatul Qadar
Berdasar HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Turmudzi dari Ubay bin Ka’ab r.a, tanda LQ antara lain, matahari terbit dengan cahaya putih tanpa sinar terang. Tanda LQ yang paling jelas adalah salam, yaitu munculnya rasa bahagia atau dorongan melakukan kebaikan pada seseorang pada malam itu (QS. Al Qadar [97]:5). Kita diperintahkan menyucikan jiwa jauh-jauh hari sebelumnya untuk menyambut LQ dengan memperbanyak shalat, zikir, sedekah, dan sebagainya. Oleh sebab itu, LQ diturunkan pada hari-hari terakhir Ramadan setelah banyak ibadah Ramadan yang kita lakukan.
E. Waktu Lailatul Qadar
Banyak pendapat tentang waktu turunnya LQ. Tapi, pendapat ulama yang terbanyak adalah pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan (QS. Al Fajr [89]:2), khususnya malam 27 Ramadan. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mencari LQ, maka carilah pada malam 27 Ramadan” (HR. Ahmad dari Ibnu Umar ra).
F. Durasi Lailatul Qadar
LQ berlangsung semalam penuh (QS. Al Qadar [97]:5). Maka, setiap muslim hampir dipastikan mendapat LQ, walaupun misalnya pada malam itu hanya melakukan shalat maghrib dan isyak. Yang kita cari adalah lipatan pahala pada LQ. Semakin banyak ibadah yang kita lakukan pada LQ, semakin besar pula lipatan pahalanya. Amat sayang, jika lipatan pahala yang besar itu dilewatkan tanpa ekstra ibadah. LQ adalah pengagungan dan pemuliaan Allah untuk umat Nabi SAW yang usia rata-ratanya 60-70 tahun. Dengan LQ, maka kita bisa menandingi kemuliaan umat-umat terdahulu yang usia rata-ratanya 500-1000 tahun, bahkan lebih.
G. Doa-doa Lailatul Qadar
Silakan berdoa apa saja, sebab LQ malam super istimewa. Tapi, perbanyak doa meminta ampunan. Nabi SAW bersabda, “Bacalah allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (wahai Allah, sungguh Engkau amat suka mengampuni, maka ampunilah aku)” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Turmudzi dari Aisyah ra).
Ditulis oleh Moh. Ali Aziz, Surabaya, 1-6-2018, dengan referensi: (1) Al Hilali, Muhammad Taqi-ud-Din Al Hilaly (Berlin), The Noble Qur’an, Darussalam, Riyadh, Saudi Arabia, (2) Al Jamshy, Mohamad Hasan, Al Qur’anul Karim, Tafsir wa Bayan, Darur Rasyid, Beirut, (3) Hamka, Tafsir Al Azhar, juz 30, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, p.202, (4) Qureish Shihab, M, Tafsir Al Misbah, Penerbit Lentera Hati, Jakarta, 2012, p.536, (5) As-Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, (Fikih Sunnah), Jilid III, terj. Mahyuddin Syaf, Penerbit Al Maa’rif, Bandung, 1995, cet. XIV. P. 239, (6) As Sayyid Al Imam Muhammad bin Ismail Al Kahlani, As Shan’any, Subulus Salam, juz 2, Penerbit Sulaiman Mar’iy, Singapore, 1960, p. 174, (7) As Shiddiqy, Hasby, Prof, Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran, p. 4, (8 ) Haddad, Imam Habib Abdullah, Al Nashaihud Diniyyah Wal Washaya Al Imaniyah, CV. Toha Putra, Semarang, 1993, p. 181 (9) Muhammad Hasan bin Muhammad Hasan, Ismail As Syafi’i, Lailatul Qadar, Fadhluha Wa Tsawaabul ‘Amali Fiihaa Wa Iltimaasuhaa, Kairo, tt, (10) At Thanthaawi, Tafsiirul Wasiith, Kairo, 1997.