Ani Nabila Farahdiba, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), turut ambil bagian sebagai salah satu presenter dalam “The 5th International Student Conference (ISC)” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara bergengsi ini berlangsung selama dua hari, dari 7 hingga 8 Agustus 2024 di Gedung GKT UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dengan tema “Studying Religion and Digital Humanities: Opportunity and Challenges”
Konferensi ini membahas berbagai topik menarik yang relevan dengan tema yang diangkat, di antaranya adalah Digital Transformation in Religious Studies; Islamic Studies, Religious Practices and Digital Ethics; Academic Teaching in the 21st Century; AI, Philosophy, and Theological Discourse; Qur’an and Hadith Analysis through AI; dan Social Media and Religious Changing.
Ani Nabila Farahdiba berkesempatan mempresentasikan makalahnya yang berjudul Digital Tafsir Madrasah: The Trend Qur’an Journaling and The Transformation of Religious Authority on The Instagram Account @aisharizqy. Dalam presentasinya, Ani Nabila menjelaskan tentang tren tafsir Al-Qur’an di era digital, khususnya melalui platform Instagram. Ia mengulas bagaimana akun @Aisharizqy, yang dikenal sebagai salah satu akun populer dalam bidang Qur’an journaling, telah mempengaruhi otoritas keagamaan dan cara masyarakat mengakses serta memahami tafsir Al-Qur’an di era digital ini.
Melalui paparannya, Ani menyoroti perubahan dinamika otoritas keagamaan yang semakin terbuka dan inklusif di era media sosial. Ia juga membahas bagaimana Qur’an journaling, sebagai salah satu bentuk ekspresi keagamaan modern, menjadi medium yang efektif dalam menyebarluaskan pemahaman Al-Qur’an kepada generasi muda.
Dalam sesi wawancara bersama penulis, Ani mengungkapkan motivasinya untuk mengikuti konferensi internasional ini. Ia melihat partisipasinya ini sebagai kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru dan menantang dirinya sendiri. “Saya ingin mencoba hal baru, menguji kemampuan dan sedikit ilmu yang telah saya dapatkan,” ujar Ani.
Bagi Ani, acara ini bukan sekadar ajang presentasi, tetapi juga sebuah platform untuk mengukur sejauh mana pemahaman dan keterampilan akademiknya dapat bersaing di tingkat internasional.
Sebagai mahasiswa yang pertama kali terlibat dalam acara sebesar ini, Ani mengaku sempat merasakan gugup, terutama setelah mengetahui sesi presentasinya dipindahkan secara mendadak dari hari kedua ke hari pertama. “Perasaan gugup pasti ada, bahkan sudah ada sejak hari pertama pengumuman saya lolos sampai ketika presentasi. Apalagi ketika tahu sesi saya diajukan, itu menambah rasa gugup,” tambahnya.
Penampilan Ani Nabila Farahdiba dalam he 5th International Student Conference (ISC). (Sumber: dokumentasi pribadi.)
Meskipun demikian, Ani melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi tantangan ini. Ia melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait penulisan paper, berdiskusi dengan beberapa teman, dan berlatih presentasi menggunakan Bahasa Inggris. “Meskipun awalnya merasa takut, ragu, dan tidak percaya diri, saya berhasil melawan perasaan tersebut. Pengalaman ini membuat saya menyadari bahwa ketakutan seringkali hanya ada di pikiran kita dan tidak benar-benar terjadi di kehidupan nyata,” tuturnya.
Selama presentasi, Ani merasa lega karena reaksi dari audiens sangat positif. Banyak peserta yang tertarik pada topik yang ia bawakan, mereka memberikan apresiasi atas pemaparan yang ia lakukan. “Bertemu banyak peneliti lainnya membuat saya bersyukur bisa banyak belajar hal baru dan bertukar pikiran dengan mereka,” ujar Ani dengan penuh antusiasme.
Ani merasa bahwa pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasannya di dunia akademik, tetapi juga memperkuat kepercayaan dirinya dalam berinteraksi di lingkungan internasional. Ia menyadari bahwa keterlibatannya dalam acara sebesar ini dapat membuka peluang untuk berjejaring dengan para akademisi dan peneliti dari berbagai latar belakang, yang pada akhirnya memberikan inspirasi baru bagi pengembangan pengetahuan dan pemikirannya.
Dengan semangat yang terus bertambah, Ani berharap dapat terus berkontribusi dalam dunia akademik dan menggali lebih banyak potensi yang ada di dalam dirinya. “Pengalaman ini benar-benar membuktikan bahwa tantangan yang dihadapi dengan persiapan yang baik dapat menjadi peluang emas untuk tumbuh dan berkembang,” tambahnya.
Penulis: Lidya Karmalia
Editor: Khalimatu Nisa