Mutiara Underwater Festival and Conservation (MUF ON) 2024, diselenggarakan 5 juni 2024 oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek melalui dinas Perikanan dan dinas PKPLH trenggalek serta didukung oleh UIN Sunan Ampel Surabaya. Acara ini digelar di Pantai Mutiara Kecamatan Watulimo, yang merupakan satu-satunya laboratorium lapangan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Sains dan Teknologi di pesisir Trenggalek.
Ketua Panitia Penyelenggara menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5/6/2024), dan Hari Laut Sedunia (8/6/2024). Kegiatan diawali dengan “Beach Clean Up dikoordinir oleh Dinas PKPLH Trenggalek bersama seluruh masyarakat, sedangkan Underwater Clean Up dikoordinir oleh Dinas Perikanan Trenggalek didukung tim selam dari UINSA surabaya dan pokmaswas,”
Pada kegiatan tersebut, turut hadir Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin beserta isteri, Wakil Bupati Trenggalak, Syah Muhammad Natanegara, Staf Ahli, Asisten dan Kepala Perangkat Daerah Lingkup Pemkab Trenggalek, Wakil Rektor III, Dekan, Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, serta Ketua Prodi Ilmu Kelautan UIN Sunan Ampel Surabaya perwakilan Instansi Vertikal dan Provinsi, Delegasi 15 Finalis Puteri Otonomi Indonesia 2024, donatur Bioreeftek Cinta, pimpinan BUMN dan BUMD, dan lain-lain.
Wakil Rektor III UINSA Surabaya, sebelum menyerahkan donasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya, berupa media transplantasi terumbu karang berbentuk jarring laba2, dalam sambutannya menegaskan Fokus penanaman kembali atau transplantasi terumbu karang yang berlokasi di Laboratorium Lapangan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Sains dan Teknologi atau tempat tersebut biasa disebut Taman Laut Karang Tresno Pantai Mutiara Trenggalek, merupakan bentuk dan wujud kepedulian serta kecintaan kita kepada lingkungan dan kelestariannya. Dalam akhir sambutan bapak Wakil rector III UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abdul Muhid M.si menekankan sebuah pemahaman dalam peran dan kapan pelestarian lingkungan atau konservasi dimulai, “jika bukan kita siapa lagi, jika bukan sekarang kapan lagi”. Begitu pungkasnya untuk move on, yang artinya kembali menjaga alam, dan menyikapi adanya perubahan iklim ekstrem yang berpengaruh tidak baik lagi bagi kehidupan.
Dalam kegiatan tersebut 15 finalis Puteri Otonomi Indonesia mendonasikan terumbu karang bioreeftek cinta. Para finalis Puteri Otonomi Indonesia juga turut secara langsung melakukan transplantasi terumbu karang. Diserahkan pula bantuan bibit pohon buah produktif, yaitu 180 bibit pohon alpukat dan 40 bibit pohon durian kepada Komunitas Peduli Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin memberikan sambutannya bahwa tak usah pusing lagi untuk membawa kendaraan, jika ingin berwisata di Kabupaten Trenggalek.
“Sudah kami sediakan shuttle bus atau bis antar jemput yang menempuh rute yang lebih pendek dibandingkan dengan rute bus pada umumnya. Pemkab Trenggalek telah menyediakan prototype shuttle bus wisata yang akan beroperasi di Prigi 360 Watulimo,” terangnya. Beralih ke transportasi massa merupakan salah satu gerakan mendukung pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim saat ini.
Disebutkan Mas Ipin Sapaan Akrab Bupati Trenggalek bahwasanya dengan dilakukan aksi lingkungan ini, senada dengan cita cita Kabupaten Trenggalek menuju Net Zero Carbon 2045. Diharapkan melalui Putri Otonomi Indonesia cita-cita mulia menjaga ekologi ini bisa ditangkap seluruh daerah di tanah air.
“Target aksi ini nanti yang kita hitung, sehingga harapannya unit karbonnya bisa kita konversi menjadi pendapatan daerah sebagai potensi blue carbon kedepannya,” ucapnya. Jadi kerangka globalnya, lanjut Mas Ipin sekarang pihaknya ingin menghitung berapa kemampuan serapan karbon yang ada di Kabupaten Trenggalek. Baik di kawasan kehutanan, kawasan pesisir, maupun juga di ekosistem Karst karena juga termasuk bagian dari serapan karbon.
“Saya mengajak cita-cita kemerdekaan, kalau dulu kita mempertahankan nyawa dengan memperjuangkan kemerdekaan. Namun sekarang banyak yang kehilangan nyawa karena krisis iklim yang parah, yang mengakibatkan bencana alam, krisis pangan dan juga perebutan sumber energi yang memicu perang dan juga wabah,” kata Bupati Trenggalek Muchammad Nur Arifin.
“Jadi aksi kecil yang kita lakukan, semoga nanti bisa menyelamatkan dunia dan juga Indonesia dari ancaman krisis iklim yang semakin ekstrim dari hari ke hari,” pungkasnya.