Column

*Sambutan ini disampaikan pada kesempatan Apel Pagi, 09/09/2024 di Auditorium Kampus A. Yani UINSA Surabaya

Oleh: Dr. phil. Khoirun Niam
Dekan FPK UINSA Surabaya

Di UIN Sunan Ampel Surabaya Kampus Gunung Anyar terdapat dua kolam. Kala musim hujan berfungsi sebagai penampungan air.

Kolam ini menjadi habitat berbagai ikan kecil yang dapat dilihat dengan jelas sedang menari menyelam dengan bahagia riang gembira.

Bulan Juni memasuki musim kemarau begitu pula datangnya libur mahasiswa.

Air kolam di sisi FPK mulai surut, bahkan mengering tak tersisa pada akhir Juli. Kolam yang di belakang FAHUM dan Saintek tinggal 10 sampai 20 senti meter saja. Ini menjadi petaka bagi habitat ikan yang berada di sana.

Salah satu petugas taman menyebutkan, mengeringnya kolam, disamping karena musim kemarau, dipicu pula oleh minimnya mahasiswa yang beraktivitas di Kampus karena libur. Kalau mahasiswa masuk, limbah saniter yang diolah dari fungsionalisasi toilet dapat membantu menyuplai air kolam.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah, ternyata dibalik berjalannya sistem itu tersirat adanya dampak negatif. Walau libur perkuliahan itu merupakan bagian dari sistem akademik, namun faktanya menimbulkan efek domino bagi kelangsungan kehidupan ikan di kolam.

Disinilah letak pentingnya sistem pendidikan selalu dilakukan evaluasi dalam implementasinya. Agar anomali fungsi sistem tidak berdampak buruk bagi struktur dan komponen sistemik kampus.

Oleh karena itu, dalam akreditasi Sistem Penjaminan Mutu merupakan bagian penting yang dinilai. Dalam penjaminan mutu ada mekanisme PPEPP. Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian dan Peningkatan.

Semoga kita dapat menjalankan sistem dengan baik. Sejenak mari kita cermati sisi lain kepanjangan dari SISTEM. (S)emua akan berjalan baik dengan syarat (I)kuti (S)tandar Operational Prosedur (T)erapkan prinsip (E)fektifitas dan Efisiensi (M)aka tujuan dapat tercapai.

Kita mesti mengetahui tujuan, pepatah Jerman mengatakan “WER SEIN ZIEHL KENNT, FINDET DEN WEG.” Siapa yang tahu akan tujuannya, maka ia akan menemukan jalan.

Untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan ada baiknya kita tahu ungkapan Jerman  berikut ini: “PERFEKT IST DAS LEBEN NIE, ABER ES GIBT MENSCHEN DIE ES PERFEKT MACHEN” tidak ada kesempurnaan dalam kehidupan ini, namun ada saja orang yang mengupayakan agar hidup menjadi sempurna.

Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu berupaya ini.

Kalaupun terdapat halangan rintangan hambatan. maka nasehat Albert Einstein berikut perlu dipedomani: “ZWEI DINGE SIND UNENDLICH, DAS UNIVERSUM UND DIE MENSCHLICHE DUMMHEIT.” Dua hal yang tidak ada batasnya, yaitu alam semesta dan kebodohan manusia.

Agar kita tidak terperosok pada hal yang ke dua, yaitu kebodohan tiada batas, maka selalu berupaya menjalankan sistem secara baik merupakan jawabannya.

Kalau itu sulit, Friederich Nietzsche memberi solusi, “MAN MUSS DAS LEBEN TANZEN.” Manusia perlu menghadapi kehidupan dengan cara menari. Sejalan dengan ini Lord of Broken Heart, Didi Kempot mengajak menyelesaikan masalah patah hati, “KARO DIJOGETI” agar tidak ambyar. Dalam pandangan Nietzsche manusia harus pandai menyikapi kehidupan ini seperti saat menari dan/atau dengan menari. Butuh kreatifitas, alternatif, dan sajian yang indah mengikuti aba-aba koreografer, menempatkan diri pada posisi dan fungsi sesuai hierarkhi serta struktur. “Yang enak kepenak dan menakake.”