Surabaya, 4 Juni 2025 – Capaian akademik maupun non-akademik tidak selamanya bergantung pada ketersediaan fasilitas institusional. Pernyataan ini terbukti melalui prestasi distingtif yang diraih oleh Muslihah Yunita Fajrin, mahasiswi Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel Surabaya. Ia berhasil menyabet Juara 3 dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (POMPROV) III Jawa Timur 2025, yang diselenggarakan pada 29 Mei hingga 4 Juni 2025 di Surabaya. Prestasi ini tidak hanya bernilai kompetitif, tetapi juga menjadi representasi nyata dari integrasi antara ketekunan, kapasitas reflektif, serta daya juang individual dalam mengatasi hambatan struktural.

POMPROV merupakan inisiatif tahunan dari Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Jawa Timur, dan tahun ini memasuki edisi ketiga. Kompetisi tersebut mempertemukan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Jawa Timur dalam atmosfer kompetisi yang tersebar di sejumlah kampus besar, antara lain Universitas Airlangga, UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Hang Tuah, ITS, Universitas Surabaya, dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sebagai tuan rumah utama. Selain sebagai wahana pengembangan bakat olahraga, POMPROV berfungsi sebagai arena dialektika antarindividu yang sarat nilai-nilai sportivitas, resiliensi, dan pertukaran intelektual lintas institusi.
Muslihah Yunita Fajrin berlaga di cabang olahraga Jujitsu, kategori Fighting System kelas -57 kg. Menariknya, UINSA hingga saat ini belum memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi untuk cabang Jujitsu, yang pada umumnya menjadi medium pembinaan atlet di level kampus. Dalam kondisi ini, Yunita mengonstruksi jalurnya sendiri—dari pengajuan administratif yang kompleks, hingga penyusunan strategi latihan secara otonom. Tanpa pelatih khusus maupun fasilitas internal, ia merancang program latihannya dengan pendekatan autodidak berbasis riset literatur, pengalaman empiris, dan koneksi dengan komunitas Jujitsu eksternal.
Kemampuan manajemen waktu, keteguhan mental, dan disiplin kognitif menjadi elemen krusial dalam proses persiapannya. Di tengah kepadatan aktivitas akademik sebagai mahasiswa hukum, Yunita tetap konsisten melatih aspek teknik, stamina, dan psikologisnya. “Persiapannya tentu dengan latihan yang sungguh-sungguh. Tantangannya lebih ke administratif karena belum ada UKM Jujitsu di UINSA, jadi semuanya harus saya urus sendiri. Tapi alhamdulillah saya punya teman-teman yang terus mendukung saya dalam segala hal,” ujarnya. Dukungan dari jejaring sosial terdekat memainkan peran signifikan sebagai stabilisator emosional dan motivasional.
Raihan Juara 3 dalam kondisi minim dukungan struktural tidak sekadar mencerminkan kemenangan personal, melainkan juga merupakan simbol dari keberhasilan sintesis antara kecerdasan adaptif dan keberanian epistemik dalam menjawab tantangan kompetisi. Yunita mengakui bahwa ada elemen “faktor X” yang turut memengaruhi pencapaiannya—sebuah konstelasi variabel non-teknis seperti intuisi lapangan, kesiapan batin, dan momentum yang tak selalu dapat dijelaskan melalui kalkulasi rasional. “Alhamdulillah, ini suatu pencapaian yang tidak lepas dari faktor-faktor yang di luar kendali teknis. Yang mana itu juga ada karena faktor X,” tuturnya dengan kerendahan hati.
Ke depan, Yunita menyatakan komitmennya untuk terus menekuni dunia Jujitsu dan membuka kemungkinan berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya mengapresiasi tinggi prestasi ini dan berharap kisah inspiratif Muslihah Yunita Fajrin menjadi katalis bagi mahasiswa lain untuk tidak hanya unggul di ruang kuliah, tetapi juga dalam ekspresi potensi di ranah publik, meski dihadapkan pada keterbatasan struktural.
Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany
Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany
Desain Foto: Alya Luthfy Adzani