Berita

Surabaya – Suasana berbeda terasa di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Gunung Anyar, Surabaya. Mulai Senin, 9 September 2024, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UINSA mempersembahkan sebuah pameran foto yang memukau. Berkolaborasi dengan KEMITRAAN melalui program ESTUNGKARA, pameran ini mengangkat tema “Masyarakat Adat di Tengah Krisis Lingkungan.”

Deretan foto hasil riset para peneliti dari FISIP UINSA dan KEMITRAAN yang terpajang apik di depan fakultas berhasil menarik perhatian warga kampus. Dengan keindahan alam dan potret kehidupan masyarakat adat dari berbagai wilayah di Nusantara, bahkan hingga Malaysia, pameran ini menjadi perhatian para mata yang melintasi koridor sisi barat FISIP. Namun bagi mereka yang sempat meluangkan waktu untuk membaca kisah di balik foto-foto tersebut, isu tentang kerentanan masyarakat adat di tengah perubahan lingkungan dan pembangunan yang tidak berpihak pada mereka menjadi kentara. Sebagai kelompok yang sering terpinggirkan, masyarakat adat menghadapi ancaman dari kebijakan pembangunan yang kurang inklusif.

ESTUNGKARA, program yang menginisiasi pameran ini, memiliki tujuan mulia untuk menciptakan pemerintahan yang peduli dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia. Fokus utamanya adalah pada kelompok-kelompok yang sering terabaikan dalam pembangunan, seperti masyarakat adat, perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok minoritas lainnya.

Di antara karya yang dipamerkan, pengunjung dapat menikmati potret masyarakat adat dari Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang diambil oleh tim KEMITRAAN. Selain itu, terpajang pula foto-foto masyarakat adat Banda Naira, hasil jepretan peneliti FISIP UINSA saat menjalankan riset kerja sama dengan Kementerian Desa setahun lalu. Tidak ketinggalan, pameran ini juga menampilkan potret masyarakat adat dari Semenanjung Malaysia, yang diabadikan oleh seorang dosen FISIP UINSA saat melakukan riset untuk tesisnya.

Pameran foto ini akan berlangsung hingga Kamis, 12 September 2024. Pada hari tersebut, FISIP UINSA bersama KEMITRAAN akan menggelar puncak acara berupa gelar wicara yang menghadirkan perwakilan Masyarakat Adat Kallupini. Acara juga akan diisi dengan lokakarya oleh Komunitas Konservasi Mangrove Wonorejo dan Komunitas Bunga Telang Gunung Anyar, serta diskusi interaktif yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan di lobi fakultas. Kemeriahan acara akan semakin terasa dengan partisipasi warga FISIP UINSA yang merayakan peran Masyarakat Adat Nusantara melalui penggunaan busana adat.

Lebih dari sekadar apresiasi seni, pameran ini juga menjadi ajang edukasi dan refleksi tentang pentingnya menjaga kelestarian alam serta menghargai kearifan lokal masyarakat adat. FISIP UINSA dan KEMITRAAN berharap, pameran ini dapat meningkatkan kesadaran warga kampus dan masyarakat akan pentingnya kebijakan inklusif serta pembangunan berkelanjutan, demi masa depan yang lebih adil bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. (WD)