Kabar membanggakan datang dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF). Salah satu mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IQT), Muhammad Jamil, berhasil meraih gelar doktor setelah sukses menjalani ujian terbuka promosi doktor pada Selasa, 22 April 2025 dengan kajian “Resepsi Al-Qur’an di Pesantren Langitan dan Al-Muhibbin”. Ujian tersebut diselenggarakan di Gedung Twin Towers B Pascasarjana. Ia dikenal sebagai sosok akademisi tekun, berhasil mempertahankan disertasinya yang mengangkat tema resepsi Al-Qur’an di lingkungan pesantren, dengan fokus penelitian pada dua pesantren ternama di Jawa Timur yakni Pesantren Langitan dan Pesantren Al-Muhibbin di Tuban.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Jamil merupakan studi komparatif antara Pesantren Langitan dan Pesantren Al-Muhibbin. Pesantren Langitan merepresentasikan tipe pesantren salaf, yakni pesantren tradisional yang masih mempertahankan metode pembelajaran klasik dengan fokus utama pada studi kitab kuning. Pesantren ini telah berdiri sejak sebelum kemerdekaan Indonesia dan dikenal sebagai salah satu pesantren salaf tertua di Jawa Timur. Sementara itu, Pesantren Al-Muhibbin mewakili tipe pesantren modern yang menerapkan metode pembelajaran yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Sistem pendidikan di pesantren ini dikelola dengan pendekatan manajemen modern, tidak lagi bergantung pada satu pemimpin tunggal, melainkan dijalankan oleh sebuah tim manajemen. Dalam menelaah dinamika resepsi al-Qur’an di kedua pesantren tersebut, Jammil menggunakan pendekatan teori dari Karl Mannheim untuk memperdalam penelitianya.
Dalam sesi ujian terbuka, Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I. selaku penguji eksternal dari Universitas Negeri Malang, mengajukan pertanyaan reflektif berdasarkan telaah terhadap disertasi. Beliau mencermati bahwa pengamalan al-Qur’an di masyarakat sering berpadu dengan budaya lokal, sebagaimana tampak dalam tradisi yasinan, tahlilan, istighatsah, dan festival al-Qur’an. Beliau kemudian mempertanyakan, “Apakah resepsi al-Qur’an yang terjalin dengan adat dan budaya lokal berpotensi menggeser kemurnian ajaran Islam, atau justru menjadi sarana efektif dalam memperkuat keberterimaan dan keberlangsungan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat?” lontarnya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Muhammad Jamil selaku promovendus menjelaskan bahwa wirid sebagai ekspresi keberagamaan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia menyampaikan, “Sebetulnya wirid sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ cukup dengan mengucapkan Astaghfirullāhal ‘Aẓīm tiga kali setelah salat. Kadang Nabi juga berpindah posisi duduk ke arah lain, menunjukkan bahwa hal tersebut bersifat simbolik dan tidak wajib.” Muhammad Jamil menambahkan bahwa meskipun tradisi wirid berkembang lebih panjang, seperti dalam komunitas ahli suwuk, praktik ini tetap sah selama tidak bertentangan dengan prinsip syariat. Praktik-prktik semacam ini sudah dikenal dan diterima sejak zaman sahabat.

Proses Ujian Terbuka (Sumber: Dokumentasi Tim Media Center FUF)
Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag., selaku Promotor I, menyampaikan bahwa promosi doktor ini harus diterima dengan penuh rasa syukur. Ia berharap disertasi ini memberi manfaat tidak hanya bagi pribadi promovendus, tetapi juga masyarakat dan semesta alam. “Harapannya, pengajaran dari karya ini tidak hanya untuk santri dan masyarakat setempat, tetapi untuk semua makhluk hidup,” ujarnya. Beliau juga mengingatkan agar Al-Qur’an selalu dijadikan sebagai sarana untuk meraih ridha Allah Swt., serta terus belajar dan memperbaiki diri jika ditemukan kekurangan.
Tim penguji pun menyampaikan ucapan selamat kepada promovendus atas keberhasilannya meneliti dan menggali kandungan Al-Qur’an melalui disertasi yang telah dipertahankan dengan baik. Sementara itu, Dr. Hj. Suqiyah Musafa’ah, M.Ag., selaku Promotor II, memberikan pesan inspiratif. “Ketika ingin berhasil, yang diperlukan adalah rajin dan tekun. Dengan dua hal ini, kelulusan dan keberhasilan akan dapat diraih,” pesannya.
Sidang terbuka tersebut ditutup oleh Prof. Abdul Kadir dengan bacaan hamdalah bersama, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama promovendus. Semoga capaian ini menjadi awal dari kontribusi lebih luas bagi ilmu pengetahuan, dakwah, dan kemaslahatan semesta.
Penulis: Nadia Dina Azkiya
Editor: Siti Uswatun Khasanah