Column UINSA

Oleh: Dr. Muhammad Khodafi, M.Si.

Ngaji 5 

Bidayatul Hidayah 

Para pencari ilmu atau hidayah Allah harus memahami keadaan dirinya sebagai hamba Allah yang lemah dan selalu dalam pengawasan Nya secara utuh mulai dari kondisi-kondisi dhohir atau batinnya. Karena itulah menurut imam Ghazali seorang pencari ilmu (Hidayah) harus punya Adab atau etika yang baik di hadapan Allah SWT. Etika atau adab ini meliputi etika secara dhohir dan batin. Sebagai penuntut ilmu kita harus berpenampilan sebagus dan sesopan mungkin di hadapan Allah. Hal ini meliputi baik cara berpakaian ataupun cara menata niatnya dan perilaku selama mengikuti majelis ilmu. Bahkan sebagai bentuk kesungguhan harus dipersiapkan dengan kedisiplinan jadwal harian mulai bangun tidur sampai tidur lagi. 

Seorang pencari ilmu (Hidayah) harus rajin dan disiplin dalam melakukan wirid (mengulang segala bentuk dzikir/do’a/materi pelajaran) demi hadirnya keridhoan dan ketaqwaan terhadap semua takdir Allah SWT. Seorang pencari ilmu sejati ketika memulai aktivitas kehidupannya setelah tidur harus mengawali hidup setelah kematiannya (tidur) dengan berdzikir kepada Allah. Terutama dengan membaca do’a bangun tidur. “Segala puji bagi Allah yang telah membangkitkan (menghidupkan) aku dari kematian (tidurku)….” Bacaan Alhamdulillah ini harus dipahami sebagai bentuk pengakuan diri dan ketundukan dengan penuh rasa syukur kepada Allah karena masih membangunkan kita dalam keadaan sadar dengan membawa keyakinan keimanan terhadap kemutlakan kuasa Allah sebagai satu-satunya Tuhan tanpa tandingan dalam naungan ajaran Islam yang bersanad kepada Nabi Ibrahim. 

Dalam konteks kekinian totalitas dalam menetapkan kesungguhan niat mencari ilmu harus dilandasi dengan kesadaran penghambaan hanya kepada Allah SWT. Bukan diorientasikan kepada selain Allah, seperti pada keinginan nafsu untuk kaya, terkenal, dan dihormati orang lain. Sehingga dengan kesungguhan kita dalam menuntut ilmu itu, akan membuat beban kita  menjadi lebih ringan.  Karena kita terhindar dari konflik dan persaingan kepentingan pribadi dengan para penuntut ilmu yang lain. Tidak ada niat untuk berkompetisi dalam kesuksesan duniawi, tetapi semuanya diarahkan pada berlomba-lomba untuk meraih Ridho Nya. Dengan demikian kita akan terhindar dari niat ataupun pikiran dan perilaku serta sifat tamak yang ingin mengalahkan dan menguasai orang lain. Sebaliknya kita akan terdorong untuk saling mengalah dan membantu sesama pencari ilmu untuk mendapatkan kesuksesan akherat dengan cara “berjamaah”. Karena dalam ajaran agama Islam, semua orang mukmin pada hakekatnya adalah bersaudara dan harus saling menjaga dan menyayangi satu sama lain. Hal ini dimaksudkan agar kita tetap bertahan dalam satu jama’ah yang solid, sehingga tidak ada lagi sikap individualis dan mementingkan diri sendiri. #SeriPaijo