Column UINSA

Oleh: Dr. Muhammad Khodafi, M.Si.

Ngaji 1 

Kitab Bidayatul Hidayah 

Menata niat mencari ilmu itu merupakan pondasi yang akan menentukan tercapainya tujuan hakiki yakni mendapatkan cahaya ilmu sehingga mendekatkan para pencari ilmu dengan Ridho Allah. Larangan keras bagi para pencari ilmu mencampuradukkan tujuan mencari Ridho Allah dengan tujuan-tujuan duniawi. Maka para penuntut ilmu harus menghindari niat untuk bisa bersaing dengan yang lain, ingin populer, ingin dihormati, dan  ingin dapat kenikmatan duniawi, maka sesungguhnya para pencari ilmu (yang punya niat seperti itu) sedang menghancurkan agamanya, membinasakan diri sendiri dan menjual kepentingan akherat dengan kenikmatan duniawi. 

Dalam konteks inilah para pencari ilmu akan mendapati sebuah transaksi akademik yang merugikan dan bahkan menggagalkan “hakekat” kesuksesan pencari ilmu.  Bahkan gurunya yang membantu masuk dalam pemahaman tujuan yang bersifat duniawi tersebut akan menjadi bagian dari subjek yang menghalangi kesuksesan. Alih-alih membuat sukses sang murid sang guru justru menjerumuskan mereka ke dalam kemaksiatan. Bahkan imam Ghozali menganalogikan sang guru sebagai  penjual pedang kepada perampok yang akan merampok para pencari ilmu atau murid-murid nya sendiri. 

Dalam konteks kekinian kita justru banyak melihat larangan imam Ghozali ini justru sedang dijadikan panduan di sekolah-sekokah formal dan modern. Kalau kita cermati  kerangka filosofi kurikulum di sekolah-sekolah sekarang ini, banyak ditujukan agar murid  bisa saling berkompetisi, membanggakan diri, dapat pekerjaan dengan status tinggi secara duniawi, mendapat gelar untuk sebuah kebanggaan diri dan agar dihormati. Tidak ada lagi tujuan ukhrowi (mendapatkan hidayah Allah) dan semua diganti dengan tujuan-tujuan yang lebih bersifat duniawi. Gejala seperti inilah yang dalam sejarah modernisasi Barat melahirkan nilai-nilai materialisme, positivisme dan rasionalisme yang didasarkan pada pencapaian duniawi. Sehingga ukuran kesuksesan ukhrowi diukur dengan kesuksesan duniawi. Bukan sebaliknya ukuran kesuksesan ukhrowi menjadi standard kesuksesan duniawi. #SeriPaijo