Berita

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Service Learning Semester Gasal 2024-2025 pada Selasa, 18 Februari 2025 sebagai bentuk refleksi dan evaluasi atas implementasi program pembelajaran berbasis pengalaman yang digawangi oleh Pusat Studi Service Learning atau Foreign Language Service Learning Center (FLSLC). Evaluasi yang berlangsung dalam suasana akademik yang interaktif ini bertujuan untuk mengidentifikasi pencapaian, tantangan, serta langkah tindak lanjut strategis yang dapat dilakukan guna mengembangkan program ini ke depan.

Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Service Learning ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa, Ibu Afida Safriani, Ph.D., yang sekaligus Ketua Pusat Studi Service Learning (Foreign Language Service Learning Center). Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya evaluasi sebagai bagian dari upaya perbaikan berkelanjutan agar program Service Learning semakin memberikan manfaat bagi mahasiswa Prodi PBI maupun sekolah mitra.

Sementara itu, Ketua Program Studi PBI FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, Rakhmawati, M.Pd., menyoroti bagaimana Service Learning telah menjadi bagian integral dalam mendukung visi keilmuan Prodi PBI yaitu “Mengembangkan keilmuan Pendidikan Bahasa Inggris yang adapftif terhadap perkembangan teknologi, sosial, inovatif dan berkarakter integrated twin towers”. Tidak hanya selaras dengan visi keilmuan, Service Learning juga mendukung misi dan ketercapaian tujuan Program Studi.

Dalam sesi awal evaluasi, Dr. Siti Asmiyah, M.TESOL, selaku Sekretaris Pusat Studi Service Learning, memberikan laporan mengenai pelaksanaan program selama semester gasal 2024-2025. Ia menjelaskan bahwa program ini telah melibatkan beberapa mata kuliah dari semester 3 dan 5, seperti Written English, Linguistics in ELT, Grammatical Analysis, Teaching English for Young Learners, Media for Teaching Young Learners, serta Intercultural and Communication Awareness.

Melalui program ini, mahasiswa berhasil menghasilkan berbagai produk akademik yang diaplikasikan langsung dalam pembelajaran di sekolah mitra, seperti Video Tutorial Belajar Grammar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berdiferensiasi, Modul Ajar SD/MI, Pocket Book untuk Mahasiswa Asing, dan Video terkait Culture. Produk-produk ini kemudian menjadi bahan evaluasi utama, selain proses pelaksanaan Service Learning, dalam sesi small focused-group discussion yang dilakukan melalui melalui Breakout Room Zoom Meeting.

Diskusi dalam kelompok kecil yang dilakukan melibatkan dosen pembimbing, guru mitra dari 35 sekolah dan madrasah di berbagai kota di Jawa Timur, serta perwakilan kelompok mahasiswa dari masing-masing lokasi SL yang turut mempresentasikan hasil kerja mereka. Suasana diskusi berlangsung dinamis, di mana para peserta saling memberikan masukan, berbagi pengalaman, serta mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan. Evaluasi da refleksi terkait pelaksanaan SL juga menjadi bahasan pada diskusi tiap-tiap breakout room.

Beberapa guru mitra menyampaikan apresiasi terhadap produk yang dihasilkan mahasiswa, terutama LKPD dan modul ajar yang dinilai sangat membantu dalam proses pembelajaran di kelas. Adanya mutual relationship berupa take and give dari kedua belak pihak menjadi penting karena sesuai visi-misi kedua lembaga.

Dalam sesi refleksi akhir, para peserta  juga merumuskan hal yang perlu ditingkatkan adalah terkait pentingnya manajemen waktu yang lebih baik dalam pelaksanaan Service Learning, serta perlunya diskusi dan koordinasi, melalui FGD, yang lebih intensif. Beberapa peserta juga menyarankan agar FGD dilakukan secara luring untuk memberikan pengalaman diskusi yang lebih efektif. Hal ini menunjukkan antusias yang luar biasa dari guru mitra untuk menjalin keakraban yang lebih dekat pada kerjasama berikutnya.

Selain itu, dari evaluasi terdapat masukan dari mitra Service Learning PBI agar, sebelum program dilaksanakan, mahasiswa diberi motivasi untuk lebih berani berkreasi dalam mengembangkan produk pembelajaran dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Mereka diharapkan tidak hanya terpaku pada format yang sudah ada, tetapi juga mencari inspirasi baru yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik di sekolah mitra. Masukan lain yang muncul dalam evaluasi ini adalah perlunya pelibatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan KKG (Kelompok Kerja Guru) agar dampak Service Learning bisa lebih luas dan berkelanjutan.

Sebagai penutup, Ketua Program Studi PBI, Rakhmawati, M.Pd., menegaskan bahwa Service Learning bukan sekadar aktivitas akademik, tetapi juga wujud nyata kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan praktisi pendidikan di lapangan. Evaluasi rutin ini menjadi sarana penting dalam meningkatkan kualitas program, sehingga manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya oleh mahasiswa, tetapi juga oleh dunia pendidikan secara lebih luas.

Dengan adanya komitmen kuat dari semua pihak, Service Learning diharapkan terus berkembang menjadi program unggulan yang memberikan pengalaman belajar bermakna bagi mahasiswa dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah mitra. Dengan berkolaborasi dan berkontribusi pelaksanaan Service Learning menjadi penting dan dengan adanya evaluasi ini menjadikannya semakin baik tidak hanya untuk satu pihak namun juga seluruh pihak yang terlibat.

Loading