
Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
Beberapa kali Pak Denny mengingatkanku. Tentang perlunya belajar inovasi teknologi kedokteran di sebuah rumah sakit di Taiwan. Terutama saat UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya sedang dalam proses penyiapan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Kedokteran. Juga sekaligus pendirian rumah sakit pendidikan. Sebagai bagian integral yang diutamakan. Lalu, mengapa perlu belajar ke rumah sakit di Taiwan? “Karena seluruh dunia mulai belajar ke situ,” jelas Pak Denny suatu ketika dengan menunjuk ke rumah sakit di Taiwan itu dalam sebuah kesempatan akademik. Dia kemudian menjelaskan ulang perihal itu saat kami berkonsultasi soal penyelenggaraan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Kedokteran di kantornya di Jakarta (Selasa, 3 Desember 2024).
Pak Denny sendiri adalah salah seorang pejabat di Direktorat Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI. Dan arahannya mengenai perlunya belajar ke rumah sakit di Taiwan itu membuatku selalu penasaran. Ya, penasaran untuk mengetahui lebih jauh kehebatan layanan rumah sakit itu. Pengulangan pemberian arahan oleh Pak Denny itu menunjukkan adanya penekanan agar UINSA Surabaya memberi atensi dengan belajar serius ke rumah sakit di Taiwan itu. Sebab, pengulangan itu berarti di dalamnya ada perihal nilai yang eksklusif dan distingtif.
Lalu, apa yang hebat dari rumah sakit itu? Apa istimewanya? “Orang di Taiwan tak perlu datang ke rumah sakit kecuali untuk intervensi medikasi,” urai Pak Denny. Terus, bagaimana mereka tahu penyakitnya? Begini penjelasan Pak Denny: “Rumah sakit sudah menyiapkan inovasi teknologi untuk layanan medis.” Lebih jauh, jelasnya, bentuk inovasi itu adalah fasilitasi teknis berupa aplikasi pemeriksaan digital. Setiap individu warga tinggal mengisi saja apa keluhan yang dia rasakan. Semua dipandu oleh aplikasi itu. Hingga di ujung pengisian itu muncul potensi jenis penyakit yang terdiagnosis secara digital beserta apa yang harus dilakukan. “Nah, ke rumah sakit hanya untuk mendapatkan intervensi medikasi,” urai pak Denny lebih teknis.
Lama aku berusaha mencerna lebih konkret apa yang diceritakan Pak Denny di atas. Ya, bagaimana membayangkan pemeriksaan medis melalui pemanfaatan aplikasi teknologi secara mandiri. Dan, akhirnya, ooooh…alhamdulillah! Akhirnya kutemukan contoh konkretnya atas penjelasannya itu kala aku bersama anak-istri sedang healing tipis-tipis di Mal Galaxy, Surabaya (Ahad, 25 Januari 2025). Sebuah pusat perbelanjaan besar di Surabaya Timur. Saat itu sedang ada pameran inovasi teknologi perawatan kecantikan. Berbagai perusahaan beauty care hadir di situ. Lalu, langkah anak-istriku dan aku sendiri kala itu harus terhenti. Di depan sebuah booth. Milik Erha Clinics. Sebuah perusahaan perawatan kecantikan yang memiliki jejaring cabang di banyak kota di Indonesia.
Di booth itu, ada sebuah piranti teknologi yang terpasang. Mirip dengan unit televisi standing. Namun, isinya hanya tentang pengecekan kesehatan kulit wajah dan perawatannya. Di situ, siapa saja bisa mencoba mempraktikkan uji pemeriksaan kesehatan kulit wajahnya beserta solusi perawatannya. Gratis. Teknisnya, pada tahap awal sekali, seseorang bisa mendekatkan wajahnya ke depan layar periksa. Wajahnya akan di-scan untuk kemudian dilakukan pemeriksaan otomatis oleh mesin itu. Setiap bagian dari wajah diperiksa. Satu persatu. Mulai dari bagian bawah kantung mata hingga kerutan di dahi. Intinya, semua bagian terkecil wajah pun diperiksa dengan telitinya.
Saat semua bagian itu berhasil di-scan dan kemudian diperiksa secara mandiri-internal oleh aplikasi itu, sang pengunjung pun diminta untuk mengisi daftar diri. Khususnya alamat email pribadi. Saat semua sudah terisi, layar pemeriksaan itu lalu memunculkan hasil pemeriksaan atas seluruh bagian wajah sang terperiksa. Termasuk bagian dari hasil tersebut adalah rekomendasi program treatment perawatan bersama jenis produk kecantikan yang bisa diikuti. Lalu untuk memudahkan penerimaan semua dokumen itu, perusahaan Erha Clinics akan mengirimkan hasil pemeriksaan ke email pengunjung yang telah disetorkan sebelumnya melalui aplikasi itu.

Bahkan yang menarik lagi dari pemeriksaan melalui aplikasi di layar itu, bisa didapatkan hasil diagnosis atas kondisi kesehatan kulit wajah pengunjung. Di layar itu bisa diketahui bahwa kesehatan kulit wajah termasuk ke dalam kategori baik atau buruk. Bahkan, indikator baik-buruk kesehatan kulit wajah itu ditunjukkan oleh layar piranti pemeriksaan itu dengan menunjuk kepada penyebutan angka usia pengunjung itu. Sesuai hasil pemeriksaan. Maka, jika usia yang ditunjuk oleh layar lebih tua dari usia fisik sesungguhnya, berarti diperlukan treatment perawatan yang lebih ekstra. Lalu, beragam program treatment pun ditawarkan. Selebihnya bisa dikonsultasikan ke dokter kecantikan di klinik perawatan kesehatan wajah itu.
Sebaliknya, jika layar pemeriksaan itu menunjuk angka yang lebih sedikit dari angka usia sesungguhnya, maka itu berarti kesehatan kulit wajah orang yang sedang diperiksa terjaga dengan baik. Karena angka yang ditunjuk lebih muda dari angka usia sesungguhnya. Dan itu kudapati pula saat ku lihat hasil pemeriksaan kulit wajah seseorang tampak pada layar uji pemeriksaan digital mandiri itu. Layar uji pemeriksaan itu bekerja dengan sangat baik. Ia memproses pemeriksaan sesuai dengan kondisi kulit wajah sang terperiksa. Hasilnya juga mengikuti kondisi kesehatan kulit wajah sang terperiksa itu.
Aku pun tertegun sekali kala melihat cara kerja layar pemeriksaan kesehatan kulit wajah milik Erha Clinics di atas. Sudah sebegitu majunya perkembangan teknologi beauty care di negeri ini. Sungguh maju sekali. Kini, kalau seseorang berkehendak untuk datang ke unit layanan perawatan kecantikan muka oleh perusahaan dimaksud, berarti sudah tahu apa masalahnya dengan kesehatan kulit mukanya. Minimal informasi awal sudah diperolehnya. Dan mendatangi unit layanan beauty care itu lebih untuk kepentingan konsultasi, pendalaman, dan keputusan keikutsertaan pada program treatment perawatan kecantikan wajah yang dimilikinya.
Jika dunia bisnis sudah semaju itu, maka dunia pendidikan pun tak boleh ketinggalan. Dunia kedokteran seperti di Taiwan dan perawatan kecantikan wajah di Indonesia sudah sampai kepada pemanfaatan teknologi untuk membantu mempermudah layanan, dunia pendidikan pun juga harus hadir dengan pemanfaatan teknologi serupa untuk mempermudah layanan pendidikan dan sekaligus memperkuat kehadiran produk keilmuan. Jika dunia kedokteran dan perawatan kecantikan sudah menjadikan teknologi sebagai instrumen untuk memperkuat kehadirannya dalam kehidupan manusia, maka dunia pendidikan pun juga harus hadir dengan inovasi keilmuan berbasis kemajuan teknologi dimaksud.
Karena itu, dunia pendidikan harus mengambil pelajaran penting dari inovasi kedokteran di Taiwan dan inovasi pemeriksaan kesehatan wajah oleh Erha Clinics di atas. Khusus untuk usaha bisnis kesehatan wajah yang disebut terakhir, memang bisa jadi pelaku usaha bisnis perawatan kesehatan wajah lainnya juga memiliki inovasi teknologi perawatan wajah serupa. Tapi, karena yang paling kutahu dari melihat langsung inovasi teknologi pemeriksaan kesehatan wajah di sebuah pameran di pusat perbelanjaan di Surabaya di atas adalah perusahaan Erha Clinics, maka yang kujadikan sebagai kasus pembahasan adalah Perusahaan beauty care itu. Tak ada motif apapun kecuali karena pengetahuan yang terbatasku itu.
Pelajaran pentingnya bagi perguruan tinggi bisa meliputi dua hal. Pertama, pentingnya perguruan tinggi untuk memperkuat inovasi educational technology (teknologi kependidikan) dalam kerja keilmuan yang diselenggarakan. Apapun jenis keilmuan itu. Perkembangan yang cepat dalam kehidupan sosial harus diikuti dengan inovasi teknologi yang relevan dan efektif. Dalam kaitan ini, kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk memfasilitasi seluruh proses kerja ilmu pengetahuan. Tentu, juga sekaligus untuk memperkuat hadirnya produk ilmu pengetahuan dalam kerja perguruan tinggi.
Di sinilah bisa dilihat mendesaknya perguruan tinggi untuk menerjemahkan prinsip penguatan educational technology di atas ke dalam serangkaian produk keilmuan. Prinsip penguatan educational technology bukan hanya milik eksklusif program keilmuan yang bersifat teknologi semata-mata, melainkan menjadi keharusan semuanya. Apakah itu ilmu dalam rumpun teknologi maupun humaniora dan bahkan ilmu sosial sekalipun. Artinya, penerjemahan prinsip educational technology berlaku dan harus bisa diterapkan di semua rumpun keilmuan.
Sebagai contoh, keilmuan psikologi penting memikirkan instrumentasi well-being melalui inovasi deteksi dini well-being itu. Itu salah satu contoh saja. Yang lainnya juga berlaku sama. Sebagai misal, mengapa tidak dilakukan instrumentasi atas nilai keluarga sakinah. Selama ini konsep keluarga sakinah hanya didekati dari perspektif hukum keluarga Islam dan mungkin paling banter psikologi keluarga. Mengapa tidak pernah dipikirkan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membuat pengukuran atas pencapaian derajat keluarga sakinah. Misalnya, penting untuk dibuatkan sistem deteksi dini keluarga sakinah melalui inovasi educational technology untuk uji pemeriksaan kondisi keluarga sakinah.
Dengan inovasi educational technology itu, bisa dilakukan penciptaan instrumen pemeriksaan derajat keluarga sakinah sebuah pasangan dalam keluarga. Berkaca dari piranti pemeriksaan kesehatan kulit wajah oleh Erha Clinics di atas, keilmuan psikologi pun bisa hadir dengan melakukan inovasi educational technology untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hubungan pasangan dalam keluarga antara suami-istri. Dengan pemeriksaan seperti ini, lalu hasilnya bisa disiapkan serangkaian paket program penguatan intervensi keluarga sakinah. Persis seperti paket perawatan kecantikan wajah oleh Erha Clinics pasca pemeriksaan kesehatan kulit wajah di atas.
Inovasi teknologi pemeriksaan kesehatan kulit wajah yang dilakukan oleh Erha Clinics di atas memberikan pelajaran penting bahwa “perkawinan” antara teknologi dan keilmuan tertentu bukanlah mustahil. Belajar dari pengalaman Erha Clinics ini, maka perguruan tinggi pun harus memutar strategi untuk menciptakan educational technology untuk kepentingan penguatan kehadiran keilmuan yang diselenggarakan pada ranah konkret kehidupan publik. Dengan cara ini, maka perguruan tinggi akan semakin dapat memperkuat nilai kebermanfaatan dirinya di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai pelajaran kedua, dunia pendidikan tak boleh hanya sekadar galau dengan perkembangan inovasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang bisa menggantikan fungsi pendidik sebagai penyampai informasi dan pengetahuan. Dunia pendidikan harus hadir pula dengan berbagai proses inovasi untuk menjadikan teknologi sebagai alat untuk membangun dan mempercepat kemajuan bidang ilmu masing-masing. Apa yang dipertontonkan oleh dunia kedokteran di rumah sakit di Taiwan dan inovasi pemeriksaan kesehatan wajah oleh Erha Clinics di atas patut menjadi contoh partikular. Yakni tentang bagaimana menghadirkan teknologi sebagai instrumen untuk mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan beserta layanan produknya di bidang masing-masing.
Maka, karena itu, pengembangan educational technology bukan semata-mata untuk percepatan kemajuan ilmu pengetahuan semata. Melainkan juga memperkuat nilai kemanfaatan ilmu pengetahuan itu melalui fasilitasi layanan produk yang dihasilkan atasnya. Melalui inovasi pengembangan educational technology itu, pendidikan yang diselenggarakan perguruan tinggi bukan sekadar menjadi obyek kemajuan teknologi, melainkan justru menjadikan kemajuan teknologi untuk mempercepat capaian kerja pengembangan produk keilmuan untuk sebesar-besarnya kepentingan riil kehidupan publik.
Dalam konteks kemajuan teknologi kecerdasan buatan, sebagai contoh kecil seperti diuraikan di atas, perguruan tinggi tak sepatutnya menempatkan diri secara berhadapan atau vis-à-vis dengan perkembangan dan kemajuan teknologi itu. Sebab, jika hal itu terjadi atau dilakukan, perguruan tinggi hanya akan merasa menjadi korban secara berketerusan dari kemajuan teknologi dan inovasi kecerdasan buatan. Sebagai gantinya, perguruan tinggi seharusnya memanfaatkan kemajuan teknologi dan inovasi kecerdasan buatan untuk pengembangan keilmuan yang diselenggarakannya di dalam kampus. Dengan begitu, dinamika keilmuan yang berlangsung bisa bergerak secara beriringan dan saling memanfaatkan dengan kemajuan teknologi dan inovasi kecerdasan buatan dimaksud.
Pelajaran-pelajaran di atas menyiratkan keharusan perguruan tinggi untuk melakukan hilirisasi produk ilmu pengetahuan. Perangkat uji pemeriksaan kesehatan kulit wajah oleh Erha Clinics di atas hanyalah contoh semata bagi perguruan tinggi. Yakni, betapa betapa educational technology kini seakan sudah menjadi keniscayaan bagi kerja produksi ilmu pengetahuan oleh perguruan tinggi. Proses produksi ilmu pengetahuan tak cukup hanya dilakukan di atas kertas kerja. Produknya hanya artikel ilmiah semata. Bukan. Tentu bukan itu. Itu semua tak cukup. Harus dilakukan kerja lanjutan dalam bentuk hilirisasi produk ilmu pengetahuan. Dan, educational technology adalah instrumen yang bisa dilakukan untuk memenuhi kepentingan itu.
Apakah hanya keilmuan hard sciences yang bisa melakukan ikhtiar dalam educational technology itu? Tentu tidak. Keilmuan apapun sudah harus didorong untuk masuk ke kerja inovasi educational technology itu. Keilmuan agama juga termasuk di dalamnya. Tak hanya fenomena keberagamaan yang menggunakan wahana digital (digital religion) semata yang patut diteliti. Namun, juga sudah sepatutnya ditingkatkan lagi melalui kerja hilirisasi kajian-kajian agama ke dalam perangkat uji keberagamaan melalui langkah pengembangan educational technology dalam studi-studi agama itu.
Sebagai contoh, bisakah diciptakan alat uji sistem deteksi dini keberagamaan gugus warga masyarakat? Tentu jawabannya, kenapa tidak? Dengan pengembangan educational technology untuk sistem deteksi dini itu, masyarakat dan negara bisa melakukan deteksi dini dan sekaligus mitigasi risiko atas kecenderungan praktik keberagamaan warga masyarakat. Dengan pengembangan educational technology untuk sistem deteksi dini keberagamaan sosial itu, kajian-kajian keilmuan agama bisa menghadirkan kontribusi positifnya yang semakin tinggi kepada kepentingan konkret bangsa dan negara. Keilmuan lain bagaimana? Kita tunggu saja kerja-kerja inovasi perguruan tinggi kini dan mendatang.
Hanya catatannya, terhadap layanan bidang kedokteran dan kesehatan saja sudah dilakukan intervensi dan inovasi teknis dalam bentuk alat uji digital pemeriksaan kesehatan secara mandiri, maka layanan terhadap bidang lainnya pun juga sudah sepatutnya dilakukan langkah serupa. Dengan kekuatan pengaruh yang dimiliki, educational technology bisa dikembangkan untuk bidang kehidupan apa saja. Semakin meticulous atau teliti sebuah produk educational technology, semakin tinggi tingkat akurasi produk inovasi yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat ketelitian kerja diagnosis yang dihasilkan, semakin tinggi pula akurasi kerja aplikasi educational technology yang diproduksi. Prinsip ini berlaku sama pada semua bidang layanan keilmuan. Berbasis eksakta ataukah selainnya.