Articles

Oleh: KH. Kharisudin Aqib, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.

A. Pengantar.
Di akhir-akhir ini, kita bangsa Indonesia dikejutkan dengan berita ditangkapnya para koruptor kelas raksasa. Betapa tidak dikatakan raksasa, karena korupsinya jauh melampaui besarnya kewajaran koruptor pada umumnya. Trilyunan, bukan milyaran atau jutaan, tetapi trilyunan, bahkan ratusan atau ribuan triliun. Sebuah korupsi yang sangat spektakuler.
Demikian juga munculnya beberapa keretakan hubungan persaudaraan anak bangsa. Intern umat Islam, antara kelompok islamis dan nasionalis, juga antara kelompok klan Ba’alawi dan trah Walisongo. Semua kondisi yang tidak menyenangkan ini akan sangat membahayakan bagi masa depan kehidupan bangsa Indonesia.
Tulisan ini merupakan uraian analisis dan tawaran solusi bagi permasalahan yang lagi dialami oleh bangsa Indonesia tersebut.

B. Prediksi Rasulullah Terhadap Masa Depan Umat Islam.
Diantara prediksi masa depan umat Islam oleh Sang Rasulullah, adalah keberadaan umat diantara umat agama lain. Dan tentunya ini juga berlaku bagi umat Islam Indonesia, sebagai pemilik (pemegang saham terbesar), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Rasulullah Saw bersabda:
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Artinya :
Hampir tiba masanya , umat memperebutkan kalian seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Maka seseorang bertanya : ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” tidak, (Bahkan kalian banyak), akan tetapi kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian.
Dan Allah telah menimpakan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn. Seseorang bertanya : ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda : ”Cinta dunia dan takut mati. (HR. Abu Dawud, hadist no. 4297.

Dalam hadits tersebut Rasulullah memprediksi kondisi kondisi umat Islam pada suatu saat akan: menjadi tidak berdaya di hadapan umat lain, bahkan dianggap sebagai santapan bagi mereka. Sekalipun jumlah umat Islam banyak sekali. Sang rasul juga memberikan penjelasan tentang sebab musababnya, yakni karena kebanyakan umat Islam terkena penyakit jiwa yang namanya Al wahnu yakni cinta dunia (materialisme), dan takut mati (hedonisme).
Sekalipun Rasulullah tidak memberikan solusinya, bagi kita yang berakal sehat, sudah bisa mengambil kesimpulan sebagai solusi persoalan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya. Karena Rasulullah telah memberikan kata kunci runtuhnya kehebatan umat Islam ini, yakni Al Wahnu. Sebuah jenis penyakit jiwa “hubbud dun-ya wa karohiatul maut” (cinta dunia dan takut mati).

C. Implikasi dan Solusi Penyakit Wahn.
Penyakit yang diprediksi oleh Sang Rasulullah yang benar-benar telah terlihat nyata di hadapan kita yang disebut Al wahnu, atau cinta dunia dan takut mati. Implikasi dan akibat kerusakan sampingannya banyak sekali, seperti: terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Jual beli jabatan, hukum, perizinan dan ijasah dan sertifikat kompetensi. Termasuk di dalamnya, jual beli jabatan oleh rakyat kepada para wakil dan pemimpinnya. Bahkan menurut Imam Al Ghazali, bahwa hubbud dun-ya (cinta dunia) adalah ‘roksu kulli khothiatin’ atau pangkal dari semua kesalahan. Demikian juga Takut mati (karohiatul maut). Implikasinya sangat banyak. Seperti: takut menyampaikan kebenaran, takut menghadapi kemungkaran dan kemaksiatan. Merajalela nya kemungkaran, kebatilan dan kemaksiatan. Hal tersebut, karena umat Islam sudah hilang atau berkurang sikap mental pemberani dan ksatria, umat berat sekali untuk diajak berjuang di jalan Allah, menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran. Oleh karena itu, penyakit Wahn ini benar-benar harus di berantas secara massif, kolektif dan struktural.
Mewabahnya penyakit jiwa yang namanya Wahn ini merupakan ancaman serius bagi kejayaan bangsa Indonesia, khususnya bagi umat Islam. Penyakit Wahn ini tidak tampak oleh korban maupun orang lain. Bahkan penyakit jiwa ini menyenangkan bagi pengidapnya dan menggiurkan bagi yang melihatnya. Untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit kejiwaan, khususnya Al wahnu ini , Rasulullah Saw bersabda:
لكل شيئ صقالة، وصقالة القلوب ذكر الله. الحديث أو كما قال.
Artinya:
Bagi setiap sesuatu ada alat pembersihnya, sedangkan pembersihnya hati adalah dzikrullah. HR. Imam Baihaqi.

Dengan dzikrullah yang tepat dan Istiqomah penyakit Wahn (cinta dunia dan takut mati), akan hilang. Cinta dunia akan berubah menjadi cinta akhirat, dunia bagi orang yang ahli dzikir akan dipandang hina, dia akan menjadi zuhud, tidak cinta dunia , dunia baginya hanya sekedar jembatan menuju akhirat sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat.
Dengan dzikrullah yang benar dan Istiqomah, seorang ahli dzikir memandang kematian adalah saat yang indah lagi dirindukan. Khususnya kematian di dalam jihad fisabilillah. Karena dia akan segera bertemu dengan dzat yang telah lama dirindukan.
Dengan dzikrullah yang benar dan Istiqomah, selain membersihkan jiwa dari penyakit dan kotoran-kotorannya, juga akan terbentuk akhlak yang mulia (akhlak karimah). Baik sebagai hamba Allah, seperti akhlak: sabar, syukur dan ikhlas dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup. Maupun akhlak mulia sebagai Kholifah Allah, seperti: karakter Rahman, Rohim, Malik, Qudus dan semua akhlak bayangan (tajalliah), dari Asma’ul Husna.
Agar kita bisa dzikrullah dengan benar dan Istiqomah, kita harus masuk ke dalam lembaga pendidikan keruhanian yang biasa disebut tarekat. Di dalam tarekat tersebut kita akan diajari untuk bisa berdzikir dengan baik dan benar serta Istiqomah. Karena memang tarekat adalah sebuah metode untuk bisa sampai kepada Allah dengan berdzikir. Tetapi kita juga harus cermat dalam memilih tarekat, jangan sampai tertipu masuk ke dalam tarekat yang tidak Muktabaroh. Tarekat yang tidak bersumber dari Rasulullah Saw.

D. Penutup
Berbagai kejahatan yang muncul dan pelanggaran dari aturan Allah dan kebenaran, pada hakikatnya bersumber dari ke-alpa-an kepada Allah. Seperti korupsi dan berbagai ke-dlolim-an. Demikian juga sebaliknya, semua amal kebajikan dan akhlak mulia bersumber dari dzikrullah yang benar dan Istiqomah. Sehingga penting sekali kita memasyarakatkan dzikrullah dan men-dzikir-kan masyarakat.
Karena pentingnya dzikrullah untuk kebaikan bangsa dan negara Indonesia, maka dzikrullah harus segera dimasyarakatkan. Dengan memasyarakatkan tarekat dzikir yang Muktabaroh (absyah). Sebagai solusi semua persoalan bangsa.

Penulis adalah Kordinator Forsil Mursyidin TQN Se-Jawa Timur.