Berita

@Studi Agama Agama

Monday, 27 June 2022

Dialog Mahasiswa Studi Agama-Agama dengan Jemaat Ahmadiyah

Tidak jarang, dalam satu agama terdapat beragam aliran, tak terkecuali dalam Islam. Salah satu aliran dalam Islam adalah Ahmadiyah. Membincang tentang Ahmadiyah banyak pertanyaan yang muncul di kalangan mahasiswa seperti, “Bagaimana sih pemahaman dari Ahmadiyah ini?” “Mengapa aliran ini dinamakan Ahmadiyah?” Demi mendapatkan penjelasan yang utuh, mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama berdialog dengan pengurus Ahmadiyah di Kota Sidoarjo pada Jumat (24/6). 

Ahmadiyah muncul pertama kali di India dipelopori oleh Mirza Ghulam Ahmad. Lahirnya Ahmadiyah ini sebagai bentuk pembaharuan pemikiran Islam di India, yang mana secara sosial pada saat itu umat Islam mengalami problem kemiskinan, keterbelakangan, serta berbagai krisis lainnya. Nama Ahmadiyah bukan berasal dari pendirinya yaitu Ahmad, namun diambil dari nama lain Nabi Muhammad saw. yaitu, Ahmad. Ahmadiyah mempunyai lima khalifah yang dipercayai sepanjang 114 tahun (1908-2022), yaitu; Hadrat Al-Haj Maulana Hakim Nuruddin r.a. (khalifah Masih I 1908-1914), Hadrat Al-Haj Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. (khalifah Masih II 1914-1965), Hadrat Mirza Nasir Ahmad r.a. (khalifah Masih III 1965-1982), Hadrat Mirza Tahir Ahmad r.a. (khalifah Masih IV 1982-2003), Hadrat Mirza Masroor Ahmad Atba r.a. (khalifah Masih V 2003-sekarang).

Kedatangan Ahmadiyah ke Indonesia diawali pada 1922 melalui keberangkatan tiga pemuda indonesia asal Sumatera Barat yang bernama Abu Bakar Ayyub, Ahmad Nuruddin, dan Zaini Dahlan ke India. Mereka pergi ke India untuk melanjutkan pendidikan agama yang kala itu mulai menjadi pusat pemikiran Islam modern. Sesaat setelah mempelajari kehidupan di sana, tiga pemuda yang sama-sama berasal dari Sumatera Barat ini mengenal Ahmadiyah dan menjadi pengikutnya. Pada 24 November 1924, Abu Bakar Ayyub, Ahmad Nuruddin, dan Zaini Dahlan mengundang khalifah Ahmadiyah saat itu, Hadharat Khalifatul Masih II dalam suatu jamuan teh. Pada kesempatan tersebut, mereka menyampaikan keinginannya agar khalifah mau singgah di Indonesia. Pada akhirnya ketiga pemuda tadi disebut sebagai pelopor awal gerakan Ahmadiyah di Indonesia.

Dalam Ahmadiyah terdapat dua belas ajaran yang di antaranya berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam adalah guru dan pemimpin yang bertugas memperkuat dakwah Islam Nabi Muhammad SAW. Ada 10 baiat dalam Ahmadiyah di mana sebelum dibaiat menjadi anggota jemaah, seseorang harus memenuhi sejumlah persyaratan. Di antaranya orang yang baiat berjanji dengan hati yang jujur bahwa: di masa yang akan datang hingga masuk dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik, akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, penghianat, mengadakan hura hara, dan memberontak, serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya. (Rif’atus Sholihah – Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama)