Column

*(Catatan Endoskopi ke 8 di RSUA)

oleh: Prof. Moh. Ali Aziz, M.Ag.
Ketua Senat Akademik dan Guru Besar UINSA Surabaya

Isa a.s dan Yahya a.s adalah dua nabi yang hidup semasa. Sama-sama tak punya apa-apa, makan minum dan pakaian seadanya, serta tak pernah berpisah menuju tempat tidur masing-masing sebelum bergantian memberi nasihat, bukan pujian. Mereka tentu tahu, yang berhak dipuji hanya Allah.

Setiap hari, Yahya mengatakan, “Akulah orang paling bahagia.” Doktrin inilah yang saya ucapkan berkali-kali di atas bed UGD RS dengan infus di tangan kiri. Terdengar tangisan balita yang sedang ditangani dokter untuk penyakit yang lebih berat dari saya. Sang ibu yang tampak bukan orang berkecukupan hanya mengusap air mata dengan ujung kerudungnya.

Benar, hidup ini harus memilih: sedih or happy, pesimis or optimis dan masing-masing punya dalil pembenaran. Terserah Anda pilih yang mana.

Saya memilih pikiran positif cara Yahya. Oleh dr Tri Asih Imro’ati SpPd, K-GH, FINASIM yang sangat cerdas, saya dinyatakan harus ganti hati. Tapi, kata Syekh Mutawalli As-Sya’rawi, untuk apa ingat organ yang rusak? Lebih banyak organ tubuh lainnya yang sangat sehat. Otakmu juga masih normal. “La tandhur ila ma ukhidza minka, bal undhur ila ma baqiya lak/ jangan ingat yang telah hilang, tapi ingatlah yang masih tersisa.”

“Apakah Allah tidak bisa mengganti hati manusia dengan caraNya sendiri?” bisikan hati saya berikutnya. Allah langsung menjawab, “Mereka (orang kafir) berkata, apakah jika kami sudah hancur di dalam tanah, Allah bisa menciptakan kami dalam bentuk yang baru/khalqin jadid? (QS. 32:10)

Orang cerdas pasti menjawab pertanyaan Allah di atas, “Engkau pasti bisa oh Allah, apalagi hanya satu organ tubuh.” Al Quran memang seringkali bertanya dan tidak ada jawaban, sebab Al Quran ditujukan untuk orang cerdas.

Ingat pesan Nabi Yahya, dan ikuti nasihat Ibnu Athaillah, “man dhanna ifikaka luthfihi ‘an qadarih fa dzalika liqushuri nadharih/ siapa yang menganggap suatu takdir tidak berdasar kasih Allah, maka itulah bukti nyata kebodohannya.”

Tulisan harus stop, sebab infus khusus harus segera dipasang untuk persiapan memasuki kamar operasi (RSUA Surabaya, Rabo Legi, 9-4-2025).