Berita

Magang menjadi salah satu pengalaman berharga bagi mahasiswa untuk memahami dunia kerja secara langsung. Dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), empat mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam FAH UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu Naila, Esa, Leli, dan Aqil, berkesempatan menjalani magang di dua tempat sekaligus: Museum Sunan Drajat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan.

Di Museum Sunan Drajat, mereka bertugas sebagai Tour Guide yang mendampingi berbagai pengunjung mulai dari rombongan peziarah hingga anak-anak sekolah yang datang untuk belajar sejarah. Peziarah biasanya menyempatkan diri untuk melihat koleksi yang ada dan beberapa di antaranya tertarik untuk menyimak penjelasan yang mereka sampaikan secara langsung. Sementara itu, untuk anak-anak sekolah, mereka memberikan penjelasan yang lebih interaktif dan mudah dipahami agar lebih menarik dan mudah memahami.

Salah satu koleksi yang menarik perhatian pengunjung adalah Gamelan Singo Mengkok. Mereka menjelaskan bahwa gamelan ini dinamai demikian karena terdapat ukiran singa di bagian depannya. Dahulu gamelan ini digunakan Sunan Drajat sebagai media dakwah agar masyarakat tertarik untuk berkumpul. Dengan cara ini, Sunan Drajat dapat menyampaikan ajaran Islam melalui tembang-tembang yang diselipkan dalam pertunjukan.

Selain gamelan, mereka juga menjelaskan koleksi lain seperti manuskrip, tombak, bedug, dan artefak bersejarah lainnya. Terkadang, pengunjung juga tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Sunan Drajat. Karena itu, selama magang di museum, mereka tidak hanya mempelajari materi yang tersedia, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang sejarah Sunan Drajat. Dengan begitu, ketika ada pengunjung yang bertanya, merekadapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dan jelas.

Namun, menjelang bulan Ramadan, museum harus ditutup sementara mulai 25 Februari hingga setelah Idul Fitri. Magang mereka untuk sementara dialihkan ke Disparbud Lamongan agar tetap bisa mendapatkan pengalaman lain yang berhubungan dengan bidang sejarah dan budaya. Di sini, mereka ditempatkan di bagian kebudayaan. Mereka berkontribusi dalam penyelenggaraan acara seperti lomba patrol, festival budaya kupatan, serta pendataan seniman dan organisasi kesenian.

Dalam pelaksanaan lomba patrol, mereka turut serta dalam proses surat-menyurat dengan Pemerintah Daerah, yang memberi mereka pengalaman dalam memahami prosedur administrasi di lingkungan pemerintahan. Sebelum acara berlangsung, mereka juga membantu mempersiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan. Saat lomba dimulai, mereka bertugas dalam registrasi peserta dan turut serta dalam berbagai persiapan lainnya. Mereka juga berpartisipasi dalam persiapan Festival Budaya Kupatan yang dijadwalkan setelah Hari Raya Idul Fitri, mulai dari proses administrasi hingga membantu berbagai keperluan teknis lainnya.

Selain itu, mereka juga membantu dalam pendataan ulang seniman dan organisasi kesenian dan berkesempatan terlibat dalam acara penyerahan tali asih bagi para seniman sebagai bentuk apresiasi atas peran mereka dalam melestarikan budaya daerah.

Jadi, magang di dua tempat ini memberikan pengalaman yang sangat berharga. Di museum, mereka belajar tentang upaya pelestarian sejarah serta cara menyampaikannya melalui edukasi dan interaksi dengan pengunjung. Sementara itu, di Disparbud, mereka memahami bagaimana pemerintah mengelola, mendukung, dan mengembangkan budaya serta kesenian daerah.