
SIdoarjo – Suasana Pembelajaran di SMAN 1 Gedangan berubah total, bak panggung pelaminan dan gedung resepsi pernikahan. Tampak hidangan berjajar dengan rapi siap untuk disantap, dan iringan-iringan pengantin bersiap memasuki prosesi akad nikah. Jelas bukan pernikahan sesungguhnya namun, kegiatan rutin setiap tahun bagi siswa kelas XI dalam rangka implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan praktek nikah.
Suasana kehangatan sekaligus haru menyelimuti SMAN 1 Gedangan selama 2 hari berturut-turut. Pada hari Senin, 5 Mei dan Kamis, 8 Mei 2025 telah terlaksana proyek dari siswa kelas XI yakni praktek nikah sebagai usaha pengimplementasian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti. Kegiatan ini merupakan kolaborasi lintas mata pelajaran antara Pendidikan Agama Islam (PAI), Seni Budaya, Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU).
Mahasiswa Asistensi Mengajar dari FTK UINSA ikut terlibat dalam menyemarakkan kegiatan yang bahagia ini. Tentunya, antusiasme siswa kelas XI perlu diacungi jempol baik dalam manajemen penataan kegiatan, pembagian jobdesk, bahkan sepanjang prosesi kegiatan praktek nikah. Sehingga dalam hal ini, masing-masing jobdesk yang mereka perankan dapat menjadi sarana pembelajaran serta menggugah pemahaman siswa pada materi PAI lewat praktek secara langsung.


Mahasiswa Asistensi Mengajar dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) berperan sebagai pendamping sekaligus mentor dari peserta didik saat persiapan praktek nikah. Mulai dari pembagian peran dan tugas hingga Gladi Resik didampingi oleh masing-masing mentor dari mahasiswa prodi PAI FTK UINSA. Selain itu, sebagai mentor dan pendamping, kakak-kakak mahasiswa juga berbagi tips mengenai pengorganisasian kegiatan yang terstruktur, prosesi akad nikah sesuai syariat Islam yang tercantum dalam materi pelajaran PAI, serta merencanakan kegiatan gladi sebelum acara berlangsung.
Adapun tanggapan dari Guru PAI SMAN 1 Gedangan mengenai proyek praktek nikah yang telah berlangsung dalam kurun waktu 3 tahun berturut, yakni Bapak Lukman Baihaqi S.Pd. saat menilai langsung proses ijab kabul. “Kegiatan ini sangat memperdalam pemahaman siswa. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga menghayati langsung proses pernikahan secara syar’i,” ungkapnya. Sebagai tindak lanjut guru PAI akan melakukan evaluasi bersama rekan guru kolaborator guna menyempurnakan kegiatan di tahun mendatang. Praktik nikah ini menjadi langkah inovatif untuk mengembangkan pemahaman, keterampilan, dan karakter siswa secara terpadu. Selain itu adapun perencanaan pada Tahun kedepan, kegiatan ini akan terus dikembangkan dengan menjalin kolaborasi tambahan dari guru Bahasa Jawa untuk memperdalam nilai adat, bahasa, serta pranatacaranya.
Selain itu, kegiatan ini juga lekat dengan kolaborasi antara guru mata pelajaran Seni Budaya, Prakarya, dan PKWU. Berikut menurut penuturan dari salah satu guru Guru Seni Budaya saat memberikan penilaian terhadap kreativitas hantaran antar kelas yang harus unik satu sama lain. “Kegiatan ini mengasah kreativitas dan membuat peserta didik senang dan bersemangat,” ujarnya. Lain halnya dari kolaborasi mata pelajaran PKWU, siswa ditantang untuk membuat sejumlah sajian hidangan dalam beberapa rumpun kelompok kecil yang nantinya akan dinilai langsung oleh Guru PKWU baik dari segi kemampuan merancang menu, memasak, hingga penyajian hidangan dengan baik.