Pengalaman belajar ternyata tidak melulu didapat di dalam ruang kuliah. Inilah yang dirasakan Wardatuz Zahro, mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, saat menjalani MBKM skema Asistensi Mengajar.
Dalam rangka mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan peluang bagi mahasiswa untuk merasakan langsung dunia profesional. Salah satu mahasiswa semester 6, Wardatuz Zahro, atau yang akrab dipanggil Warda, mendapat kesempatan berharga menjalani magang sebagai Asisten Pengajar di Madrasah Aliyah (MA) Imam Syafii, Surabaya. Program ini bukan hanya soal mendapatkan pengalaman nyata di dunia pendidikan, tapi juga menjadi ajang untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggris, keterampilan mengajar, dan cara berinteraksi langsung dengan siswa.

Menurut Warda, “Belajar di luar kampus itu seru banget! Rasanya seperti bercerita langsung dengan para siswa, sambil mencoba berbagai cara kreatif dalam mengajar.” Program MBKM di Prodi Sastra Inggris sendiri menawarkan banyak jalur pengembangan diri, mulai dari magang, asisten pengajar, kewirausahaan, hingga penelitian. Banyak mahasiswa yang memilih skema Asisten Mengajar karena relevansinya dengan mata kuliah seperti Teaching English as a Foreign Language (TEFL), Instructional Design and Media, dan English for Children.
Di MA Imam Syafii, fasilitas pendukung belajar mengajar pun sangat memadai. Laboratorium bahasa Inggris yang lengkap dengan perangkat audio-visual, komputer, dan software pembelajaran membantu siswa meningkatkan kemampuan berbahasa mereka. Sebagai Asisten Pengajar, Warda memanfaatkan lab ini untuk memberikan materi tambahan dan sesi praktik speaking. “Saya merasa sangat beruntung bisa memanfaatkan teknologi di lab untuk membuat pelajaran jadi lebih interaktif dan joyful,” ujarnya dengan penuh semangat.
Dalam perannya, Warda mendampingi guru dalam menyusun materi ajar, membimbing siswa, dan mendukung proses pembelajaran di kelas. Ia juga mendapatkan ruang untuk mengembangkan metode pengajaran inovatif. Misalnya, penggunaan platform digital seperti Kahoot untuk kuis interaktif dan permainan edukatif seperti Puzzle Story, yang membuat materi teks naratif lebih mudah dicerna. “Melihat siswa aktif di kelas dan menikmati proses belajar itu benar-benar memotivasi saya untuk terus berinovasi,” tambahnya.
Magang ini tidak hanya meningkatkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah, tetapi juga memberikan wawasan lebih luas tentang tantangan nyata yang dihadapi oleh tenaga pendidik. Semua pengalaman ini menjadi bekal berharga bagi masa depan, tak hanya di bidang pendidikan, tetapi juga dalam berbagai bidang yang membutuhkan kemampuan mengajar, komunikasi, dan kepemimpinan.
Dengan penuh antusias, Warda menuturkan, “Pengalaman di sini mengajarkan saya bahwa belajar itu bisa datang dari mana saja; dan saya yakin semua yang saya pelajari akan menjadi modal penting untuk menginspirasi generasi mendatang.”