Column

10 ETIKA BERLEBARAN IDUL FITRI

Dasar Silaturrahim: (1) Allah memerintahkan membantu atau menyambung persaudaraan dengan keluarga, kerabat, fakir-miskin, tetangga, teman yang muslim dan non-muslim (was shahibi bil janbi). Orang yang enggan melakukannya disebut Allah orang yang sombong (QS. An-Nisa’ [4]: 36), (2) Allah amat mencintai muslim yang mengunjungi orang semata-mata karena Allah, bukan untuk pamrih duniawi (HR. Muslim dari Abu Hurairah, r.a), (3) Nabi SAW memerintahkan menyambut tamu dengan sambutan dan jamuan yang terbaik (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Aisyah, r.a), (4) Bolehkapan saja, sebab tidak ada ketentuan bulan dan tanggal untuk bersilaturrahim.

  1. Sebelum berangkat, pastikan rumah aman dari kriminal dan musibah. Berdoalah, “Bismillah, tawakkaltu ‘alallah” (dengan menyebut nama Allah, aku pasrahkan segalanya kepada Allah), agar harta, keluarga, dan perjalanan pergi-pulang dilindungi Allah.
  2. Pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu, dan durasi waktu yang bijaksana. Membuat janji bertamu tentu lebih baik. Bersabarlah menunggu sambutan tuan rumah, sebab ia mungkin sedang berganti baju, atau mengerjakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan secara mendadak. Ucapkan salam dengan hangat, lalu ucapkan pula, “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah menerima ibadah kita), atau ditambahkan “ied mubarak” (semoga kita mendapat berkah pada idul fitri ini), atau “minal ‘a-idin wal fa-izin (semoga kita kembali suci, dan sukses dunia akhirat), atau  “mohon maaf lahir batin.”
  3. Berikan waktu bicara lebih banyak kepada lawan bicara. Ajukan pertanyaan atau pancingan agar ia puas bercerita. Dengarkan dengan antusias. Jangan membuka HP. Jangan banyak  bercerita tentang diri sendiri. Jika ditanya pun, jawablah yang singkat, agar lawan bicara bisa melanjutkan ceritanya. Sedekah telinga kita amat membahagiakan orang. 
  4. Hindari topik yang berat, misalnya, tentang politik, hukum agama, dan sebagainya, atau masalah yang sensitif, misalnya pernikahan, anak, kesuksesan keluarga, dan sebagainya. Topik-topik tersebut bisa menyinggung perasaan orang yang beda paham politik, atau keagamaan, atau belum menikah, atau belum dikaruniai anak, atau kesulitan ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
  5. Jika memungkinkan, bawalah oleh-oleh, meskipun sederhana, semata-mata untuk tanda kasih dan keakraban. Tuan rumah harus menunjukkan ekspresi senang dan memberi apresiasi atas hadiah itu.
  6. Nikmatilah menu hidangan yang disediakan, dan ambillah secukupnya. Jangan membawa pulang hidangan, kecuali dipersilakan tuan rumah. Jangan sekali-kali mengritik hidangan, meskipun dengan bahasa yang sopan dan halus. Jika sedang berpuasa sunah, Anda boleh membatalkannya. Atau Anda tetap berpuasa, asalkan memberitahu tuan rumah sebelum berangkat bertamu. Hindari bertamu dalam keadaan lapar, kecuali tuan rumah telah menginformasikan kesiapan hidangan makan sebelumnya.
  7. Jagalah kesopanan, kebersihan, dan kerapian selama bertamu. Jangan menyusahkan tuan rumah. Misalnya, membuat lantai, meja, taman, atau asesori rumah berantakan.
  8. Dalam acara reuni, hindari hal-hal yang menimbulkan minder atau ketidaknyamanan teman, atau kecemburuan pasangan Anda. Lupakan gelar akademis, jabatan, dan semua atribut Anda, agar dalam acara itu semuanya merasa setara. Jangan terkejut atau sakit hati, ketika teman menyapa Anda dengan panggilan yang unik dan khas semasa berteman tempo dulu. Sebab, mereka sedang mengembalikan memori kebersamaan yang indah masa lalu.
  9. Berhias dan berbusanalah dengan sederhana, dengan tetap memperhatikan kepantasan dan bau badan. Berlebihan dan pamer adalah perbuatan dosa.  
  10. Segera temuilah tamu Anda. Jika Anda, misalnya, sedang makan, atau beribadah, temuilah tamu itu sejenak untuk meminta ijin menuntaskan kegiatan Anda. Berikan hidangan terbaik sesuai kemampuan dan penyambutan yang paling mengesankan.  Ketika tamu berpamit, berdirilah, dan berikan oleh-oleh jika memungkinkan. Jika tamu membawa anak kecil, dan Anda diberi kelebihan rizki, berilah oleh-oleh yang cocok untuk dunia anak, atau amplop cantik berisi uang sekedarnya agar ia bersukacita dan memiliki kenangan khusus. Antarkan tamu sampai ke pintu gerbang dengan mengucapkan terima kasih dan doa, “ma’as salamah” dan atau “fi amanillah” (semoga selamat dan selalu dalam lindungan Allah). Jawablah, “wa-iyyakum” (semoga Anda mendapat keselamatan dan perlindungan yang sama dari Allah).

Moh. Ali Aziz, penulis buku Terapi Shalat Bahagia, email: ali.aziz@uinsa.ac.id; fb: moh ali aziz, Youtube: moh ali aziz channel (Surabaya, 29-4-2022)