Column

WORK-LIFE BALANCE (Seri 1): MANAJEMEN ORGANISASI BERBASIS KESEIMBANGAN DI PERPUSTAKAAN UINSA

Oleh: Prof. Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag.
Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran/ Kepala Perpustakaan UINSA 2022-2026

September ceria telah lewat. September tepatnya pada tanggal 14 September selalu menjadi momen istimewa bagi para pegiat literasi dan pecinta buku di seluruh Indonesia. Pasalnya, tanggal ini telah ditetapkan sebagai Pekan Kunjung Perpustakaan secara nasional melalui Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 15 Tahun 1995. Pada tanggal ini, berbagai perpustakaan di seluruh pelosok negeri membuka pintunya lebar-lebar, mengundang masyarakat untuk lebih dekat dengan dunia buku dan pengetahuan.

Sedangkan di UIN Sunan Ampel Surabaya, Pekan Kunjung Perpustakaan 2024 kali ini menjadi event tahunan yang terasa begitu istimewa. Momennya tepat setelah 2 tahun lebih ini, Perpustakaan UINSA menemukan babak baru dalam pola pengelolaannya.  Tentu saja, hal ini memantik semangat yang khas dalam menjawab tantangan dari top manajemen di Kemantrian Agama melalui Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, top manajemen di Perpustakaan Nasional, dan top manajemen di internal UINSA.  Meskipun di sisi lain berbagai tantangan dan hambatan menyusul secara bersamaan. Namun, perpustakaan UINSA tetap teguh dan siap menyambut para pengunjung dengan sajian berbagai program menarik, mulai dari gerakan peningkatan indeks literasi, pameran buku langka, bedah buku, literasi informasi, hingga diskusi interaktif seputar literasi.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi, perpustakaan UINSA menyadari betul bahwa Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) merupakan irama utama yang harus diikuti. Namun, Perpustakaan PT tidak  berhenti sampai di situ saja, namun Perpustakaan secara umum termasuk Perpustakaan UINSA harus mengikuti mandatori nasional Perpustakaan Nasional dalam menjalankan fungsinya agar tidak hanya menjadi tempat penyimpanan dan akses buku saja, tetapi juga menjadi ruang yang menawarkan keseimbangan antara pekerjaan dan hiburan, atau work-life balance.

Fungsi ini berlandas pada bunyi Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 Pasal 3 yang menyatakan bahwa perpustakaan memiliki peran multifungsi: sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian budaya, sumber informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Fungsi terbut kemudian biasa disingkat dengan P3IR. Melalui pendekatan fungsi ini maka perpustakaan sejatinya juga harus menjadi tempat rekreasi yang memberikan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung. Perpustakaan tidak hanya menjadi tempat yang kaku untuk belajar atau meneliti, namun sekaligus harus menjadi ruang relaksasi, inspirasi, dan rekreasi.

Lebih lanjut, perpustakaan UINSA menargetkan integrasi fungsi tadi secara seimbang, sehingga setiap pemustaka bisa menikmati perpustakaan sebagai tempat yang mendukung produktivitas sekaligus menyediakan suasana yang menenangkan dan menghibur. Ini adalah konsep perpustakaan modern yang menggabungkan aktivitas profesional dengan hiburan/rekreasi, menciptakan ruang bagi work-life balance yang ideal.

Ide tentang keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, atau yang sedari awal disebut sebagai work-life balance, sebenarnya bukan hal baru. Konsep ini mengingatkan pada gagasan Robert Owen, seorang reformator sosial asal Wales, yang pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 memperjuangkan keseimbangan dalam hidup. Owen mempromosikan konsep “delapan jam kerja, delapan jam rekreasi, dan delapan jam istirahat” sebagai solusi untuk kesejahteraan pekerja. Ide ini lahir dari gerakan pekerja yang saat itu berjuang untuk mengurangi jam kerja yang panjang dan melelahkan, sambil memperjuangkan hak-hak pekerja dan memastikan kondisi kerja yang lebih manusiawi. Dalam pandangan Owen, sekeras apapun seseorang bekerja, harus ada keseimbangan. Tujuannya jelas yaitu untuk mendapatkan kesejahteraan, mencapai prestasi yang optimal, serta tetap sehat dan bahagia. Konsep ini relevan hingga hari ini, tidak hanya untuk para pekerja di kantor atau pabrik, tetapi juga di ruang-ruang akademik seperti perpustakaan.

Berdasarkan hal ini maka perpustakaan UINSA, selain mendukung fungsi pendidikan, penelitian, dan pelestarian budaya, juga mengusung semangat yang sama dengan Owen point of view tentang work-life balance-nya. Perpustakaan UINSA menargetkan keseimbangan antara pekerjaan formal seperti belajar dan meneliti, dengan fungsi rekreasi yang menyegarkan pikiran. Jadi, perpustakaan UINSA tidak hanya menjadi tempat untuk menenggelamkan para pemustaka dalam tugas akademik yang kaku,  tetapi juga menyediakan ruang untuk beristirahat, menikmati kegiatan ringan, dan menemukan inspirasi baru. Ini adalah perpaduan sempurna antara kerja dan rekreasi, yang pada akhirnya mendorong produktivitas sekaligus menjaga keseimbangan hidup pengunjungnya. Dengan kata lain juga fungsi perpustakaan ini menyeimbangka kerja otak kanan dan kiri. Meminjam temuan dari seorang Psikolog Roger W. Sperry yang menyatakan bahwa otak kanan untuk hal-hal yang mendorong kreativitas, intiusi, dan pemrosesan visual. Sementara otak kiri berfokus pada hal-hal yang bersifat analisis, logika dan Bahasa. Maka keseimbangan tersebut yang juga dicoba bangun melalui Perpustakaan UINS saat ini.

Ide keseimbangan ala Robert Owen ini juga berlaku bagi para pemustaka. Sebesar apapun tantangan mendidik-mengajar,  membaca, belajar, dan meneliti yang para pemustaka hadapi, perpustakaan UINSA dapat menjadi jalan keluar melalui ketersediaan ruang-ruang yang rekreatif dapat memberi kesempatan untuk istirahat dan mengembalikan semangat. Di perpustakaan UINSA, misalnya, fungsi rekreasi ini terwujud dalam bentuk yang menyatu antara desain interior, pewarnaan, kehadiran berbagai macam corner, tempat lesehan, petugas yang semakin hari semakin ramah, petugas yang memiliki lisensi dari BNSP (Badan Sertifikasi Profesi), dan serta pelestarian budaya. Termasuk didalamnya terdapat “gubug wayang” dan manuskrip kuno yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Suasana yang nyaman dan tenang pun dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Dengan kata lain, perpustakaan UINSA berusaha menghadirkan fungsi P3IR (pendidikan, penelitian, pelestarian budaya, sumber informasi, dan rekreasi) secara seimbang. Tidak ada yang terabaikan, justru semua fungsi tersebut saling menopang dan melengkapi.

Melalui konstruk ini, perpustakaan UINSA dengan percaya diri mengajak pemustaka dan masyarakat akademik secara keseluruhan untuk hadir di perpustakaan UINSA. “Anda ingin belajar hingga meneliti sambil lalu rekreasi? Datanglah ke perpustakaan UINSA!”  Di perpustakaan UINSA, anda ya belajar, ya meneliti, ya rekreasi! Semua menjadi satu secara seimbang, balance, representasi dari work-life balance. Siapapun anda, yuks semangat belajar untuk datang ke perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya yang semakin keren dan kecceh badai.

Bagaimana kelanjutan secara detail fungsi P3IR secara seimbang berlaku di Perpustakaan UINSA, yuk simak tulisan yang akan datang.