Berita

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, berkolaborasi dengan Institut Leimena sukses menyelenggarakan Seminar International dengan tema “Global Education Challenges for Contemporary Social Cohesion: Why Religious Literacy” pada Sabtu (13/7/2024). Dilakukan secara hybrid, kegiatan luring dilakukan di Amphitheater, Gedung Teungku Ismail Ya’kub, Kampus Ahmad Yani, UIN Sunan Ampel Surabaya. Sementara itu, untuk menjangkau manfaat yang lebih luas, seminar juga ditayangkan secara virtual melalui Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube.

Seminar Internasional yang menghadirkan sejumlah kurang lebih 284 peserta hadir di Amphiteater ini dibuka dengan kehadiran dan sambutan dari tiga sosok penting Kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Institut Leimena yaitu Prof Akh. Muzakki,M.Ag, Grad.Dip.SEA,M.Phil, Ph.D selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. H. Muhammad Thohir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dan Dr. Matius Ho selaku Direktur Eksekutif Institut Leimena. Pada sambutannya, Prof. Thohir, Dekan FTK, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang ke-6 implementasi Kerjasama FTK UINSA dan Leimena dan kegiatan pada hari ini merupakan kegiatan dengan peserta terbanyak. Hal ini dikuatkan oleh Dr. Ho dalam sambutannya. “International seminar ini adalah sebuh langkah yang besar dari kerjasama yang telah dibangun. Penting bagaimana kita memberikan suara kepada dunia sehingga dunia bisa mengenal bagaimana Indonesia menghadapi tantangan-tantangan serta perbedaan yang ada. UIN Sunan Ampel berada di ujung tombak untuk menjaga kebhinekaan di Indoesia serta kesatuan bangsa dan kesatuan umat manusia”, ujar Dr. Matius Ho. Berencana mengambil langkah ke depan, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya mengajak Leimena untuk mengambil langkah implementasi Kerjasama tidak hanya kegiatan berbasis transfer ilmu melalui diskusi dan seminar, tetapi mulai masuk pada social practices yaitu madrasah for harmony dan madrasah for peace untuk dirancang bersama oleh FTK UINSA dan Institut Leimena. “Kebaikan tidak bisa dinikmati sendiri, sehingga perlu untuk disebarkan pada ranah masyarakat yang lebih luas”, tutur Prof. Muzakki dalam sambutannya. Mengusung tema terkait Pendidikan, dunia sosial, dan literasi keagamaan; seminar internasional ini menghadirkan tiga narasumber Dr. Katherine Marshall yang merupakan Wakil presiden G20 Interfaith Forum (IF20), Dr. Ari Gordon yang merupakan direktur of Muslim-Jewish Relations American Jewish Committee, serta M. Hanafi, MA yang merupakan dosen sekaligus praktisi Pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dipandu oleh Sigit Pramono Jati, M.Pd, dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sekaligus staf International Office UINSA, sebagai moderator, seminar berlangsung dalam format panel dengan interpreter Sakdiyah Ma’ruf.

Narasumber pertama, Dr. Katherine memiliki background terkait pembangunan berkelanjutan (SDG). Beliau menyampaikan terkait peran agama pada Pendidikan dalam konteks global untuk pembangunan yang mengarah pada kiterasi agama. Berdasarkan survey, secara global, ternyata prioritas pertama pembangunan adalah pendidikan. Agama memang tidak disebutkan pada SDGs, bukan bagian dari tujuan Pembangunan berkelanjutan karena adanya perbedaan pandangan2 terhadap agama dan Pendidikan agama. Namun, di Indonesia banyak institusi tidak hanya Pendidikan agama tapi juga dikelola oleh institusi agama, dapat dilihat Pendidikan yang mengajarkan tentang agama yang disebut literasi keagamaan (religious literacy). Kebutuhan religious literacy adalah kecukupan dan adaptabilitas. Pertanyaan penting adalah tentang bagaimana agama dan literasi agama menjadi bagian dari Pendidikan. “Ini adalah isu yang penting bagaimana literasi agama dapat memprovokasi harmoni sosial”, ujar Dr. Katherine.

Dr. Ari Gordon sebagai narasumber kedua merespon terhadap masih banyaknya prasangka antar umat agama. “Hingga hari ini organisasi kami tetap membangun jembatan untuk multiumat dan isu global kemanusiaan, demokrasi dan hak asasi manusia terutama di Amerika”, ujar Dr. Ari. Beliau menceritakan bagaimana asal muasal mengapa memutuskan dan berkomitmen membangun jembatan untuk menghadapi tantangan-tantangan global. Ketika ingin menyelesaikan persoalan dunia, kita butuh setiap masyarakat berkerjasama dan kita tidak bisa bekerjasama jika ada kecurigaan satu sama lain. Jika tidak saling mengenal, maka akan mudah untuk saling menyalahkan. Itulah tantangan yang ada, salah satu contoh yang beliau berikan adalah isu konspirasi yang ada pada saat covid. “Seperti topik disertasi doktoral saya, Tuhan mengarahkan kiblat ke arah yang sama karna kita harus berkerja bersama menuju hal yang sama yaitu kebaikan” tutur Dr. Ari Gordon. Simpulannya menurut beliau yang penting adalah bagaimana tetap beriorientasi yang baik untuk kebaikan semua umat manusia.

Narasumber yang ketiga, Hanafi, MA membahas bagaimana memelihara perbedaan agama melalui multiliterasi pedagogi untuk masyarakat global. Pada awal pemaparannya Mr. Hanafi menyampaikan hasil survey singkat yang dilakukan terkait dengan teologi dan kemampuan pluralistik dari para responden yang Sebagian besar adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang juga merupakan calon wisudawan pada periode genap 2023-2024.  Selanjutnya Mr. Hanafi memaparkan 5 potential opportunities dan 5 potential threats pada Masyarakat majemuk yang berkeagamaan. Pedagogy Multiliterasi keagaamaan menjadi bagian dalam mengatur perbedaan-perbedaan yang ada.

Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif antara peserta dan narasumber, membahas berbagai isu dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi literasi keagamaan di lapangan. Para peserta seminar, baik yang hadir secara langsung maupun yang mengikuti secara daring, memberikan respon positif dan menunjukkan antusiasme tinggi terhadap tema yang diangkat. Diskusi merujuk pada topik terkait bagaimana G20 merespon terhadap radikalisme. Selain itu, bagaimana merespon konflik juga menjadi highlight diskusi antara narasumber dan peserta. Apakah sekolah perlu mengajarkan literasi keagamaan dan mulai level Pendidikan apa sebaiknya diajarkan menjadi arah diskusi selanjutnya dimana kurikulum di Indonesia, dan lebih sempit lagi, di masing-masing institusi Pendidikan. Pikulan tanggung jawab perlu dilakukan bersama tidak hanya sekolah saja sebab pelajaran dasar terkait dengan nilai-nilai juga bisa ditanamkan pada lingkungan rumah atau keluarga dan komunitas terdekat.

Dalam seminar internasional ini juga teruangkapkan, berbagai poin penting terkait mengembangkan strategi literasi keagamaan di Indonesia khususnya untuk para peserta yang mebagian besar akan memasuki dunia kerja nyata. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya bersama Institut Leimena berharap dapat terus melanjutkan upaya mereka dalam meningkatkan literasi keagamaan dan membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis. Seminar ini menjadi bukti nyata bahwa melalui pendidikan dan dialog antaragama, kita dapat menghadapi tantangan global dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua umat manusia. FTK Sakti! (FI)