Berita

Sebagai langkah strategis dalam membangun budaya refleksi dan peningkatan mutu pembelajaran berbasis data, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menyelenggarakan Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Kamis, 10 Agustus 2023. Bertempat di Meeting Room FTK dan disiarkan secara daring melalui Zoom, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG), dosen pembimbing, guru pamong, serta alumni PPG dari seluruh Indonesia.

Workshop ini merupakan bagian dari program penguatan kompetensi riset praktis guru, yang tidak hanya mengedepankan pemahaman konseptual, tetapi juga kemampuan menyusun dan melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran di kelas. PTK diposisikan sebagai alat ilmiah yang dekat dengan praktik guru sehari-hari, dan menjadi jembatan antara pengajaran dan pengembangan diri profesional.

Kegiatan dibuka oleh Prof. Dr. Muhammad Thohir, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA. Dalam arahannya, Prof. Thohir menekankan bahwa guru abad ke-21 adalah mereka yang tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga mampu merefleksikan praktiknya dan terus memperbaiki proses pembelajaran melalui riset sederhana namun sistematis. “Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk keilmuan guru. Ini bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan. Guru yang mampu meneliti kelasnya sendiri akan menjadi pembelajar seumur hidup dan agen perubahan pendidikan,” tegasnya. Beliau juga menggarisbawahi bahwa dalam konteks Kurikulum Merdeka, PTK menjadi sarana ideal untuk merespons kebutuhan siswa yang beragam serta menciptakan ekosistem pembelajaran yang partisipatif dan kontekstual.

Sebagai narasumber utama, Dr. Umi Hanifah, M.Pd membuka sesi pemaparan dengan tajuk “Menghidupkan Praktik Reflektif melalui Penelitian Tindakan Kelas”. Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa PTK bukanlah proyek satu kali, melainkan sikap profesional yang harus dimiliki setiap guru dalam menjalani proses pembelajaran. Menurut Dr. Umi, PTK memiliki kekuatan unik karena berangkat dari persoalan nyata yang dihadapi guru di kelas, bukan dari asumsi teoretis semata. Dengan melibatkan proses refleksi yang jujur, tindakan berbasis data, serta evaluasi berkelanjutan, PTK menjelma menjadi strategi peningkatan mutu pembelajaran yang teruji. “Jangan menunggu kurikulum baru untuk berubah. Mulailah dari ruang kelas Anda sendiri. Temukan masalahnya, rancang tindakannya, uji hasilnya. Itulah kekuatan PTK,” jelasnya penuh semangat.

Ia juga memaparkan struktur umum proposal PTK, mulai dari latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, langkah tindakan, hingga teknik analisis data. Disertai dengan contoh-contoh aktual dari guru-guru yang telah berhasil menerapkan PTK dan mendapatkan dampak signifikan dalam praktik pengajaran mereka.

Setelah sesi materi, kegiatan dilanjutkan dengan Klinik PTK yang dipandu oleh tim dosen pembimbing lapangan dan instruktur PPG. Dalam sesi ini, peserta diminta membawa rancangan masalah kelas yang ingin diselesaikan, lalu menyusun kerangka PTK berdasar bimbingan narasumber.

Peserta dibagi ke dalam kelompok kecil sesuai dengan mata pelajaran dan jenjang tempat mereka mengajar. Dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan persoalan seperti Rendahnya partisipasi siswa dalam diskusi daring, Kesulitan memahami konsep matematika abstrak, Kurangnya minat baca pada siswa kelas bawah, dan Pembelajaran yang belum menyentuh konteks lokal. Setiap kelompok difasilitasi menyusun perumusan masalah, indikator keberhasilan, rencana tindakan, serta metode pengumpulan dan analisis data. Hasil kerja kelompok kemudian dipresentasikan untuk mendapatkan masukan langsung dari narasumber.

Salah satu alumni PPG 2022 yang kini mengajar di Madura, mengungkapkan bahwa sesi klinik sangat membantunya merancang solusi nyata atas masalah pembelajaran yang ia hadapi. “Biasanya saya bingung mau mulai dari mana untuk meneliti. Tapi setelah sesi ini, saya punya panduan langkah-langkahnya. PTK ternyata bisa dimulai dari hal-hal kecil tapi bermakna,” ujarnya.

Salah satu bagian yang sangat diapresiasi peserta adalah sesi Diskusi Panel Alumni yang menghadirkan tiga orang alumni PPG UINSA yang telah berhasil melaksanakan dan mempublikasikan hasil PTK mereka. Para alumni berbagi pengalaman mulai dari perumusan masalah, tantangan implementasi, hingga proses mengirimkan artikel ke jurnal ilmiah.

Panelis mendorong peserta untuk tidak hanya berhenti pada laporan, tetapi juga menulis artikel ilmiah populer atau jurnal pendidikan dari hasil PTK mereka. Menurut mereka, berbagi pengalaman melalui tulisan adalah bagian dari tanggung jawab moral guru terhadap komunitas pendidik lainnya. Dewi Arfiani, salah satu panelis yang artikelnya diterbitkan di Jurnal Pendidikan Dasar, menyatakan, “Menulis PTK itu bukan hanya untuk nilai atau sertifikasi. Tapi kita sedang mewariskan praktik baik yang bisa ditiru dan dikembangkan oleh guru-guru lain.”

Sebagai penutup kegiatan, Dekan FTK kembali menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendorong mahasiswa dan dosen untuk menjadikan PTK sebagai bagian dari budaya akademik dan praktik. Beliau juga mengumumkan rencana strategis FTK UINSA untuk membentuk Pusat Layanan PTK sebagai wadah mentoring, publikasi, dan pengarsipan hasil PTK yang dilakukan mahasiswa maupun guru mitra. “Kami tidak ingin PTK berhenti di kelas, apalagi di lemari arsip. Kami ingin PTK menjadi bagian dari gerakan pendidikan berbasis data dan refleksi,” kata Prof. Thohir. Beliau juga mengajak Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) lainnya untuk mengembangkan ekosistem PTK sebagai bagian dari pembentukan guru profesional.

Workshop Penelitian Tindakan Kelas tahun 2023 ini membuktikan bahwa UIN Sunan Ampel Surabaya terus berkomitmen membina guru-guru profesional yang reflektif, inovatif, dan kontributif. Dengan pendekatan interaktif, klinis, dan berbasis praktik, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, tetapi juga ruang penguatan identitas guru sebagai ilmuwan pendidikan.

Melalui kolaborasi antara narasumber, peserta, alumni, dan dosen, kegiatan ini telah menghasilkan banyak rancangan tindakan yang siap diterapkan di kelas masing-masing. Tidak hanya itu, semangat untuk berbagi, menulis, dan membangun komunitas guru peneliti juga menjadi warisan berharga dari kegiatan ini.