Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya mengadakan seminar bertajuk “Pengembangan Aset Wakaf Berbasis Masjid” pada 6 Juni 2023. Acara ini berlangsung di Ruang Seminar UIN Sunan Ampel dan dihadiri oleh mahasiswa semester 5 dari program studi tersebut. Seminar ini menghadirkan dua narasumber terkemuka, Drs. H. Supriyadi, MM, Ketua Tim BIMAS Kemenag Jawa Timur, dan Cholidin, Direktur Cinta Wakaf Indonesia, yang memberikan wawasan mendalam mengenai pengelolaan dan pengembangan aset wakaf berbasis masjid serta kendala yang sering dihadapi dalam proses tersebut.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang strategi dan praktik terbaik dalam pengembangan aset wakaf yang berbasis masjid serta mengidentifikasi potensi yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Acara ini diharapkan dapat mempersiapkan mahasiswa sebelum mereka terjun langsung ke lapangan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan wakaf.
Dr. Mustofa, Ketua Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Sunan Ampel, membuka acara dengan sambutan hangat. Dalam sambutannya, Dr. Mustofa menekankan pentingnya seminar ini dalam memberikan pemahaman praktis kepada mahasiswa. “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Supriyadi dan Bapak Cholidin yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan pengalaman mereka. Seminar ini tidak hanya bertujuan memberikan pengetahuan tambahan, tetapi juga mempersiapkan mahasiswa agar siap menghadapi tantangan di dunia nyata,” ungkapnya.
Sesi pertama seminar dipimpin oleh Drs. H. Supriyadi, MM, yang memaparkan kebijakan dan strategi pengembangan aset wakaf dari perspektif Kementerian Agama. Drs. Supriyadi membahas berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh BIMAS Kemenag Jawa Timur untuk meningkatkan pengelolaan aset wakaf, khususnya yang berbasis masjid. Ia juga tidak lupa menjelaskan berbagai kendala yang sering dihadapi dalam pengelolaan aset wakaf berbasis masjid. “Masjid memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kegiatan wakaf yang produktif. Namun, ada beberapa kendala yang sering dihadapi, seperti kurangnya pemahaman tentang pengelolaan wakaf, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya partisipasi aktif dari jamaah. Kemenag berkomitmen untuk memfasilitasi pengelolaan aset wakaf agar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” jelas Drs. Supriyadi.
Menurut Drs. Supriyadi, kendala utama dalam pengelolaan aset wakaf berbasis masjid adalah masalah manajemen yang tidak terencana dengan baik. “Banyak pengelola wakaf berbasis masjid yang belum memiliki rencana pengelolaan yang terstruktur. Hal ini sering mengakibatkan penggunaan aset yang tidak optimal dan tidak berkelanjutan,” tambahnya. Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan dan pembinaan bagi pengelola wakaf untuk memastikan bahwa aset yang ada dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat jangka panjang.
Sesi kedua seminar menghadirkan Cholidin, Direktur Cinta Wakaf Indonesia, yang membagikan pengalaman praktis dan studi kasus terkait pengembangan aset wakaf berbasis masjid. Cholidin menguraikan berbagai proyek sukses yang telah dijalankan oleh Cinta Wakaf Indonesia dalam mengembangkan aset wakaf, serta tantangan yang dihadapi dalam prosesnya. “Kami telah bekerja sama dengan berbagai masjid untuk mengembangkan aset wakaf yang tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada jamaah tetapi juga berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi lokal. Namun, kami juga menghadapi beberapa kendala, seperti kurangnya transparansi dalam pengelolaan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat, dan ketidakcukupan infrastruktur,” ujar Cholidin.
Cholidin menekankan bahwa salah satu cara untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan wakaf. “Melibatkan masyarakat secara aktif dan memastikan transparansi dalam pengelolaan wakaf adalah kunci untuk keberhasilan program. Selain itu, penting untuk memiliki rencana pengembangan yang jelas, melibatkan berbagai pihak terkait, serta membangun infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengelolaan aset wakaf,” paparnya.
Sesi tanya jawab menjadi salah satu bagian yang sangat dinantikan oleh para mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan tentang cara-cara efektif untuk mengatasi kendala dalam pengelolaan aset wakaf dan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Baik Drs. Supriyadi maupun Cholidin memberikan jawaban yang mendalam dan praktis serta berbagi pengalaman dari kasus-kasus nyata.
Acara seminar ini diakhiri dengan sesi workshop, di mana mahasiswa dibagi ke dalam kelompok untuk merancang proposal pengembangan aset wakaf berbasis masjid. Setiap kelompok mempresentasikan ide mereka, dan narasumber memberikan masukan serta saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas proposal tersebut.
Dr. Mustofa berharap bahwa seminar ini dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi mahasiswa. “Kami berharap mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh dari Bapak Supriyadi dan Bapak Cholidin dalam praktik mereka nanti. Semoga mereka dapat berkontribusi secara positif dalam pengelolaan aset wakaf dan pemberdayaan komunitas di masa depan,” pungkasnya. Acara ini diakhiri dengan sesi foto bersama dan penyerahan cendera mata dari Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Sunan Ampel Surabaya kepada Drs. H. Supriyadi dan Cholidin sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka. Para peserta merasa mendapatkan wawasan berharga dan siap untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dalam praktik mereka.