Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Madura sukses meraih gelar doktor ke-10 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya pada Rabu 8 Januari 2025. Mahasiswa yang bernama lengkap Akh. Syaiful Rijal ini telah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “ Keragaman Penerapan Metode Talaqqi dan Mushafahah: Studi Genealogi Pembelajaran Tahfidz pada Madrasah-Sekolah Berbasis Pesantren di Madura”. Ujian promosi doktoral di hadapan para penguji ini menjadi momentum yang sangat bersejarah dan tak terlupakan dalam kehidupan Akh. Syaiful Rijal. Selain itu, ujian ini dihadiri langsung oleh dekan beserta para wakil dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Madura sehingga menjadi penambah semangat baru bagi promovendus selain karena kehadiran para keluarga besar dan kolega-koleganya.
Dalam ujian terbuka, Akh. Syaiful Rijal mengawali dengan paparan tentang pentingnya pelacakan jejak sejarah metode talaqqī dan mushāfahah dalam pembelajaran tahfiz di Madura yang dapat dikaji dengan pendekatan genealogi. Ia mengatakan, “Genealogi merupakan studi kritis dan efektif yang mampu menjembatani antara sejarah dan filsafat.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis urgensi, bentuk keragaman, dan genealogi keilmuan penerapan pembelajaran tahfiz al-Qur’an melalui metode talaqqī dan mushāfahah pada madrasah-sekolah berbasis pesantren di Madura.”
“Formula baru metode talaqqi dan mushafahah berbasis integratif yang ditawarkan ini sebagai sebuah pengembangan hasil dari kombinasi beberapa penerapan metode talaqqi mushafahah di tiga lembaga madrasah-sekolah formal berbasis pesantren. Lahirnya ide ini menjadi angin segar bagi para siswa untuk menghafal al-Qur’an dengan lebih mudah dan variatif,” tegas mahasiswa yang akrab dipanggil Rijal ini.
Prof. Marzuki, M.Ag. selaku penguji eksternal yang berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta mempertanyakan kelayakan dari hasil temuan disertasi ini yang dalam KKNI berada pada level 9 yang mengharuskan ada luaran atau menemukan sesuatu yang baru dalam penelitian. Rijal menjawab, “Metode talaqqi dan mushafahah berbasis integratif ini merupakan konstruks baru hasil dari kombinasi keragaman penerapan metode talaqqi dan mushafahah dalam pembelajaran tahfiz al-Qur’an di tiga lembaga tahfiz yang berbeda.” Selain dari sisi keragaman, Prof. Dr. H. Muhammad Thohir, M.Ag. mempertanyakan tentang genealogi dari keragaman penerapan itu terjadi. Promovendus menjawab bahwa penerapan metode talaqqi dan mushafahah itu terjadi disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan teknis-teknis pengajaran sesuai keterampilan mereka masing-masing. Ada yang memiliki kemampuan membaca dengan berbegai nagham (irama lagu baca al-Qur’an) seperti irama raust, bayati, nahawand, dan sebagainya.”
Penguji lain, Prof. Dr. H. A. Zahro, M.A. bertanya tentang eksistensi orang Madura dalam membaca al-Qur’an sebenarnya lebih fasih dari orang Jawa. Buktinya banyak dari Madura yang juara MTQ dan dan ajang al-Qur’an lainnya, sampai-sampai untuk membuktikan bahwa orang Madura fasih dalam membaca al-Qur’an Prof. Zahro meminta promovendus untuk membaca al-Qur’an yang dihafal. Mendapatkan pernyataan demikian, Rijal menegaskan bahwa, “itu hanya sebagian kecil orang Madura yang benar-benar sudah belajar baca al-Qur’an secara fasih. Sebagian besar lainnya, masih belum sepenuhnya bisa melafalkan al-Qur’an secara banar sesuai kaidah aturan tajwid terutama dari segi makharij al-huruf. Hal ini disebabkan oleh motivasi dalam mengajar dan belajar al-Qur’an difokuskan pada kelancaran membaca saja tanpa memperhatikan dengan betul cara pengucapan yang benar dan fasih.”
Dr. Muflihah, M.Ag. selaku penguji ke 3 mempertanyakan konsep baru yang ditemukan oleh promovendus masih belum menyentuh ranah pemanfaatan teknologi informasi sebagai upaya menjawab tantangan yang dialami oleh gen-Z saat ini. Mendapatkan pertanyaan demikian, Dosen IAIN Madura ini berusaha menjawab sebagai upaya mempertahankan disertasinya, “Mohon maaf, izin menanggapi pernyataan ibu, bahwa dalam disertasi ini secara sengaja tidak menyinggung pemanfaatan teknologi seperti digitalisasi model pembelajaran dan sebagainya. Untuk itu dalam konsep formula baru penerapan metode talaqqi dan mushafahah berbasis integratif ini tidak dimasukkan media teknologi sebagai pendukung terhadap pelaksanaannya dalam pembelajaran tahfiz al-Qur’an. Namun demikian, masukan ibu akan saya jadikan rekomendasi dalam disertasi ini bagi peneliti lain atau saya sendiri untuk menyempurnakannya dengan memasukkan unsur pemanfaatan teknologi agar hasil yang didapat lebih maksimal.” Pungkasnya.
Sebagai penutup, ketua sidang ujian terbuka Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyah, M.Ag. memberi motivasi agar temuan ini dapat diterapkan secara maksimal di tempat kerja promovendus dan memberi manfaat pada dunia pendidikan Islam pada umumnya. Dalam kesempatan ini juga, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Madura Prof. Dr. Siswanto, M.Pd.I. diberi kesempatan untuk menyampaikan sepatah duapatah kata sebagai perwakilan dari IAIN Madura. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya pada para penguji dan Dekan FTK UINSA Surabaya yang telah berhasil membimbing dan mengantarkan salah satu dosennya sampai pada capaian pendidikannya demi mengembangkan kompetensi diri dan keilmuannya sehingga bisa berdampak positif khususnya bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Madura. Kemudian acara ujia terbuka ini ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah. (baale)