Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di MAN Kota Surabaya dengan tema “Membangun Karakter Siswa Melalui Konseling Berbasis Nilai Spiritual.” Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam mengintegrasikan nilai-nilai spiritual ke dalam praktik konseling demi pembentukan karakter siswa yang utuh secara moral dan keagamaan.
Dalam kegiatan yang bertempat di Aula Asrama MAN Kota Surabaya, sebanyak 17 peserta yang terdiri dari enam guru BK, perwakilan pimpinan madrasah, serta lima mahasiswa BKI turut hadir dan terlibat aktif. Acara ini menghadirkan Prof. Dr. H. Abd. Syakur, M.Ag., seorang akademisi sekaligus praktisi konseling Islami, yang memberikan pemaparan dengan pendekatan inspiratif dan kontekstual. Melalui sesi sharing session, Prof. Syakur menjelaskan pentingnya konseling spiritual sebagai pendekatan yang menyentuh sisi terdalam manusia, yakni hati dan nilai-nilai keimanan. Menurut beliau, konseling tidak cukup hanya menyelesaikan masalah siswa secara kognitif atau emosional, tetapi harus mampu membangkitkan kesadaran ruhani siswa agar menjadi pribadi yang tenang, jujur, sabar, dan bertanggung jawab.

Antusiasme peserta terlihat dari partisipasi aktif selama sesi tanya jawab dan diskusi kelompok. Beberapa guru BK menyampaikan kendala mereka dalam membimbing siswa yang mengalami kegelisahan, kehilangan semangat, hingga kesulitan dalam mengambil keputusan hidup. Menanggapi hal ini, Prof. Syakur menekankan pentingnya keteladanan dan komunikasi hati ke hati dalam membentuk jiwa spiritual siswa. Beliau menjelaskan bahwa pendekatan konseling Islami bukan hanya metode profesional, tetapi merupakan misi keikhlasan dalam mendampingi anak didik kembali kepada fitrahnya sebagai makhluk beragama. “Guru bukan hanya pembimbing akademik, tapi juga penjaga ruh siswa,” tegasnya.
Tidak hanya memperkuat dimensi keilmuan, kegiatan ini juga menjadi ruang refleksi bagi para peserta. Beberapa guru mengaku bahwa mereka mulai memahami bahwa kesuksesan konseling sangat dipengaruhi oleh kesiapan pribadi guru secara spiritual. Ada kesadaran baru bahwa nilai-nilai seperti keikhlasan, kesabaran, dan empati harus terlebih dahulu tertanam dalam diri pembimbing sebelum ditanamkan kepada siswa. Suasana kegiatan yang hangat dan interaktif membuat diskusi berlangsung dengan dinamis dan penuh semangat, mencerminkan kesungguhan peserta dalam memperbaiki layanan konseling di lingkungan madrasah.

Kegiatan ini juga mempererat sinergi antara kampus dan sekolah melalui kolaborasi langsung dengan mahasiswa. Lima mahasiswa BKI yang terlibat dalam kegiatan ini tidak hanya berperan sebagai panitia, tetapi juga menjadi bagian dari diskusi dan pembelajaran lapangan. Mereka mendapatkan pengalaman konkret tentang bagaimana teori konseling spiritual yang dipelajari di bangku kuliah dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, kegiatan ini menjadi wadah pembelajaran kolaboratif antara akademisi, praktisi, dan calon konselor masa depan.
Sebagai hasil dari kegiatan ini, para guru BK menyampaikan rencana tindak lanjut untuk mulai merancang sesi konseling yang secara eksplisit memuat nilai-nilai spiritual dalam pelaksanaannya. Nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan cinta kepada Allah akan dijadikan fondasi dalam membimbing siswa menghadapi dinamika kehidupan remaja. Tidak sedikit dari mereka yang mengusulkan agar kegiatan serupa dilanjutkan dalam bentuk pelatihan intensif dan supervisi agar penerapan di lapangan bisa lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Dengan berakhirnya kegiatan pengabdian masyarakat ini, terbangun sebuah komitmen baru dalam lingkungan MAN Kota Surabaya bahwa pendidikan karakter sejati tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai spiritual yang berakar pada ajaran Islam. Konseling yang berbasis pada nilai-nilai ini bukan hanya membentuk pribadi siswa secara akademik, tetapi juga secara emosional dan ruhani. Melalui kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan sekolah menengah, pendekatan ini diharapkan menjadi bagian dari transformasi pendidikan yang lebih bermakna dan menyentuh sisi kemanusiaan yang terdalam.
Penulis: Tim MBKM