Kampung Buntaran Surabaya adalah sebuah kampung yang terletak di bagian Barat Surabaya. Di kampung ini, terdapat tiga masjid dengan naungan Organisasi Kemasyarakatan Islam (Ormas Islam) yang berbeda, yaitu ada LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), NU (Nahdatul Ulama) dan Muhammadiyah. Ketiga masjid tersebut terletak secara berdekatan. Walaupun ketiga masjid jaraknya berdekatan tetapi semua masyarakat sekitar saling toleransi serta menjaga keharmonisan di kampung tersebut. Dan di sinilah kami para mahasiswa Studi Agama-Agama yang Magang di KUA Tandes menggantikan observasi penyuluh dari KUA Tandes yaitu Soemiadji, S. Ag dalam rangka Kegiatan Moderasi Beragama dengan tujuan untuk meningkatkan kerukunan antar masyarakat setempat dari ormas yang berbeda.


Bapak Eko Hadi, Kepala Masjid LDII. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bapak Eko Hadi, selaku kepala TPQ Baitul Makmur (Masjid LDII) menceritakan bahwa TPQ ini didirikan sekitar hampir 5 tahun. TPQ ini dulunya berada di dalam madrasah. Madrasah tersebut menaungi tiga ormas yang berbeda yaitu LDII, NU dan Muhammadiyah. Seiring berjalannya waktu lembaga organisasi yang menetap di madrasah tersebut akhirnya dipecah dengan mendirikan masjid sendiri-sendiri atas kesepakatan seluruh warga setempat. Tak hanya itu saja, ciri khas dari masjid LDII yaitu tidak adanya beduk ketika mengumandangkan adzan serta bangunan masjid LDII sangat tertutup dengan tidak adanya jendela, yang artinya tidak sembarangan orang lain boleh masuk.


Bapak Fatikhul Ghozi, Takmir Masjid Muhammadiyah. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sama halnya dengan masjid Muhammadiyah, tidak ada beduk ketika mengumandangkan adzan, lalu bangunannya lebih modern dari NU dan LDII. Menurut Bapak Fatikhul Ghozi, selaku takmir masjid Al-Muhajirin (Muhammadiyah) mengatakan bahwa sebelum menjadikan masjid Muhammadiyah di sini, dulunya masjid tersebut berada di dekat madrasah (yang sekarang menjadi masjid LDII) karena adanya sedikit masalah. Misalnya, pada sholat Jumat, jadwal imam dibagi-bagi antara LDII, NU, dan Muammadiyah. Namun, adanya protes membuat masing-masing ingin mendirikan masjid sendiri-sendiri. Meski demikian, mereka masih tetap saling menghargai satu sama lain serta saling menjaga toleransi antar sesama salah satunya pada saat kegiatan Maulid Nabi, mereka tetap mengundang masyarakat sekitar seperti NU dan LDII termasuk dengan duduk dan bercerita bersama-sama tanpa mempermasalahkan hal tersebut.


Bapak Ainur Rofiq, Badal Takmir Masjid NU. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Lalu, menurut Bapak Ainur Rofiq, selaku badal takmir Masjid Al-Furqon (NU) mengatakan bahwa ciri-ciri masjid NU yaitu adanya beduk ketika mengumandangkan adzan. Terkait mengumandangkan adzan di masjid-masjid setempat, para masyarakat menyepakati bahwa ketika adzan harus bergantian misalkan masjid NU dulu untuk mengumandangkan adzan lalu beberapa menit barulah masjid Muhammadiyah yang mengumandangkan setelah itu baru LDII untuk meminimalisir tumpukan suara adzan. Dari hal itu masyarakat serta pemimpin organisasi tersebut tidak mempermasalahkan hal tersebut karena hal tersebut sudah disepakati dari awal. Contoh lainnya juga ada pada sholat Istisqo’ (sholat meminta hujan), di kampung Buntaran ini sangat unik dengan adanya masyarakat yang selalu menjaga rasa toleransi serta keharmonisan antar warga. Pelaksanaan sholat Istisqo’ ini, dipimpin imam dari Masjid Al-Muhajirin (Muhammadiyah), khotib dari Masjid Al-Furqon (Nahdatul Ulama) serta muadzin dari TPQ Baitul Makmur (LDII). Para jamaah yang ikut serta terdiri dari NU, Muhammadiyah, dan LDII.
Walaupun seperti itu mereka sangat sering berkumpul bersama, bercanda gurau tanpa mempermasalahkan naungan organisasi mereka. Tak hanya itu saja, para santri-santriwati yang mengaji, mereka memiliki kebebasan dalam menentukan lembaga mengaji terlepas dari ormasnya. Dari sinilah kami sebagai mahasiswa SAA yang magang di KUA Tandes menilai bahwa masyarakat di Kampung Buntaran ini sangat menjaga toleransi antar ormas yang berbeda, mereka tetap menghargai satu sama lain, menghargai segala pendapat oleh semua kalangan masyarakat yang berada di sana. (Tim Magang KUA Tandes)