Berita

@adminuinsa

Tuesday, 21 June 2022

REKTOR UINSA: KETERBATASAN ITU BUKAN TAKDIR*

UINSA Newsroom, Selasa (21/06/2022) Senin, 6 Juni 2022, UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya resmi memiliki Rektor baru berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 021232/B.II/3/2022. Memiliki nama lengkap, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., Rektor ke-10 UINSA Surabaya ini terkenal dengan pembawaan yang tegas, disiplin, dan ulet. Karakter tangguh yang terbentuk melalui kerasnya perjalanan hidup yang dilalui.

Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan pegiat media kampus, Prof. Muzakki menceritakan bagaimana roller coaster kehidupannya. Reportase yang dipublish pada https://www.mediasolidaritas.com/rektor-uinsa-keterbatasan-itu-bukan-takdir/ ini mengungkapkan, bahwa Rektor  kelahiran 9 Februari 1974 tersebut tidak terlahir sebagai orang berada. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UINSA periode 201-2022 ini mengatakan, bahwa dirinya tidak hidup dalam kemewahan, tetapi justru hidup dalam keterbatasan ekonomi.

“Bapak saya dulu guru Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kalau siang pulang ngajar, jualan petis udang. Ibu saya membatik tulis,” terangnya.

Terlatih bekerja keras dan disiplin sejak kecil, menjadikan Prof. Muzakki tumbuh menjadi sosok yang penuh ambisi. Ia meyakini bahwa satu-satunya cara yang bisa mengubah hidupnya adalah melalui jalur pendidikan.

“Keterbatasan itu bukan takdir yang bisa langsung dipasrahkan, melainkan kondisi yang harus ditaklukkan. Jangan lihat Aburizal Bakrie, jangan lihat Bu Susi Pudjiastuti. Mereka memang Kaya turunan. Kita ini kaya saat turunan, begitu tanjakan, ya miskin lagi,” canda pria berkacamata tersebut.

Pria yang kerap disapa Zakki ini mengaku bahwa belajar merupakan petualangan yang mengasyikkan. Belajar membuat dahaganya terobati. Tak heran jika gelar akademiknya berentetan bak gerbong kereta.

Perjalanan pendidikannya pun tak selalu berjalan mulus. Ejekan dan cibiran pernah ia dapatkan karena tidak mengenyam pendidikan di kawasan sekolah elite. Namun, Alumni Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama ini justru semakin termotivasi untuk terus belajar.

Setelah lulus dari UINSA, putra pasangan Imam Syafii dan Zulaicha ini melanjutkan pendidikan di kampus bergengsi Australia,yaitu Australia National University (ANU), Canberra dan meraih gelar Master of Philosophy.

Dengan keuletannya, ia berhasil mendapatkan berbagai beasiswa hingga mengantarnya ke University of Queensland untuk menempuh pendidikan S3. “Beasiswa saya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi saya kerja sambil kuliah, jadi driver sushi delivery,” paparnya.

Sambil mengenang, guru besar termuda UINSA ini bercerita bahwa pada masa itu istrinya hamil anak kedua. Pukul setengah tujuh pagi ia datang ke home industry dan langsung memasukkan sushi ke mobil. Lalu, mulailah ia berkeliling menyusuri kota Brisbane, Australia.

Hingga pukul 12.00 siang, ia pergi ke perpustakaan untuk belajar. Jam tiga sore menjemput anak sekolah, setelah itu belajar lagi. Begitulah kesehariannya.

“Saya jam sepuluh sudah tidur karena jam dua pagi harus bangun untuk tahajud. Tuhan itu begitu luar biasa ‘loh dalam menciptakan instrumen ibadah. Tahajud ini sangat penting untuk memperkuat pertahanan diri,” ujarnya dengan penuh ketakjuban akan kuasa-Nya.

Sebagai kaum terpelajar, Prof. Muzakki tak hanya bergelut di dunia kampus. Ia juga aktif berorganisasi guna menyalurkan kegelisahan intelektualnya. Ia meyakini, bahwa kalangan akademisi akan muncul sebagai pengkritik tajam terhadap kemapanan yang hegemonik. Maka dari itu, ia mengabdi sebagai Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

Dari berbagai pencapaiannya, Prof. Muzakki mengaku, bahwa prestasi sesungguhnya bukanlah menjabat sebagai rektor, melainkan menjadi seorang ilmuwan merupakan kebanggaan tersendiri baginya. ”Rektor ini merupakan amanah akademik dan amanah keumatan, kalau amanah keumatan ‘kan saluran mobilisasi vertikal paling efektif melalui pendidikan,” tuturnya.

Sebagai rektor terpilih, Prof. Muzakki mengaku bahwa ia ingin meneruskan kemuliaan yang telah disampaikan Prof. Masdar Hilmy yang merupakan rektor pada periode sebelumnya. Tak hanya itu, Guru Besar Bidang Sosiologi tersebut ingin mendorong kembali UINSA sebagai Kiblat Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. “Kita ada di rank 1. Banyak kyai ada disini, tokoh masyarakat ada di sini, banyak tokoh hebat di sini. Ini harus didorong kembali,” tegasnya.

UINSA Surabaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) besar yang memiliki sejarah panjang. Jumlah mahasiswanya sendiri tak kalah besar, terdapat 30 ribu mahasiswa yang menimba ilmu dan menjadikan UINSA Surabaya sebagai destinasi pendidikannya. ”Saya datang, hati-hati PTKI se-Indonesia ini. Saya datang untuk menjadi champion bagi UIN,” imbuhnya. ***

*Materi reportase dicuplik dan disesuaikan dari hasil wawancara pemberitaan pada https://www.mediasolidaritas.com/rektor-uinsa-keterbatasan-itu-bukan-takdir/