Column UINSA

PROF. ROEM ROWI: BUKAN SEKADAR GURU

Oleh Sirajul Arifin*

Sewaktu saya buka WhatsApp Group UINSA pada pukul 05:31, pertama kali yang saya baca adalah ucapan belasungkawa. Seketika saya terkejut karena ternyata yang kapundut adalah orang yang pertama mengajariku tentang transparansi keuangan. Beliau adalah Prof. Dr. H.M. Roem Rowi, MA., dan karenanya, saya sandangkan mahkota terbaik “Guruku, Guru Transparansi.” Ajaran tentang transparansi saya dapatkan saat pertama kali saya diberi amanah sebagai Kepala Perpustakaan Pascasarjana IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya tahun 2002.

Pendapatan non-budgetair setiap hari disetor ke Bendahara Pascasarjana setelah diperiksa dan diparaf oleh almarhum selaku Asisten Direktur bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Mengelola uang walau sekadar berposisi sebagai money transitory bukan hal mudah karena terkait langsung dengan integritas. Integritas seseorang bukan hanya tergaransi oleh pengelolaan uang miliaran tetapi juga oleh seberapa transparan dalam tata kelola keuangan sekalipun uang receh. Saya katakan uang receh karena hanya ngurusi uang hasil foto copy dan uang denda keterlambatan pengembalian buku dari sebuah unit kecil perpustakaan.

Jabatan ganda sebagai kepala sekaligus kasir saya jalani selama enam bulan. Perjalanan selama satu semester ternyata merupakan sekolah uji transparansi yang berhasil saya lalui. Bulan ketujuh saya dinyatakan lulus dan kemudian diberi tanggung jawab untuk menjadi seperti tugas almarhum, yaitu sebagai verifikator dan validator dengan posisi keuangan tetap berada di perpustakaan. Keuangan perpustakaan tidak lagi berada dalam genggaman saya melainkan dialihkan dan dikelola oleh JFU internal, namun tetap berada dalam pengawasan dan tanggung jawab saya.

Bukan Sekadar Guru

Kedekatan saya dengan almarhum tergolong sebagai kedekatan sejati dan abadi. Tidak ada hubungan apa pun dengan almarhum kecuali karena kesatuan hati yang dimulai sejak bersama-sama mengabdi di Pascasarjana. Saya katakan “sejati dan abadi” karena hingga beliau dipanggil oleh Yang Maha Kuasa setiap kali bertemu beliau selalu mengingatkan saya dengan tema yang sama, yaitu “hati-hati dengan uang negara”, “uang negara adalah uang rakyat”, “uang rakyat adalah uang Tuhan”, dan begitu varian wejangan lainnya yang merefleksikan keuangan dan transparansi.

Wejangan guru kepada muridnya selalu disampaikan baik ketika saya masih di Pascasarjana dan bersamanya, maupun setelah pindah ke unit kerja lainnya. Saat awal saya pindah ke Perpustakaan Pusat, beliau pun hadir walau hanya melalui pesan WhatsApp. Pesan pentingnya tidak berbeda dengan pesan-pesannya ketika masih bersama. Pesan-pesan itulah kemudian saya berusaha untuk menerapkan seutuhnya dalam tata kelola keuangan di tempat yang baru pada tahun 2013-2018. Pesan yang paling menyentuh adalah “uang yang kamu terima harus STERIL dari noktah hitam”.

Noktah yang beliau maksud adalah “uang bukan miliknya” sekalipun tidak bernilai karena nominalnya kecil. Noktah itu akan terus mengalir dan menodai anak-keturunannya. Pada titik terakhir inilah tergambar bahwa hubungan saya dengan almarhum bukan sekadar hubungan guru dengan muridnya tapi lebih dari itu. Saya tidak bisa melukiskan dengan kata-kata karena apa yang terjadi melebihi dari yang bisa saya katakan. Varian wejangan beliau yang menjadi alarm dalam setiap saya melangkah tidak berbeda dengan wejangan yang selalu saya dapatkan dari guru sekaligus orang tua saya, yaitu almarhum Prof. Dr. K.H. Sjechul Hadi Permono, SH., M.A., namun dalam konteks yang lain.

Prof. Sjech saya anggap sebagai orang tua karena sejak saya menempuh S1 yang kedua di Universitas Indonesia Jakarta dan setelah kembali ke Surabaya, rumah beliau seakan rumah saya juga. Seakan tidak ada batas antara rumah beliau dengan rumah saya, dan seakan tidak ada sekat antara anak beliau dengan saya. Terima kasih Guruku sekaligus orang tuaku.

Selamat jalan Guruku! Semoga ilmu dan pengalaman baik yang diajarkan menjadi jembatan emas untuk mengantarkan Guruku ke dalam surgaNya. Aamiin.

*Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.