Berita

Pemuda biasanya didefinisikan sebagai individu yang berada dalam rentang usia 15 hingga 30 tahun. Mereka berada dalam fase transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa, yang seringkali ditandai dengan pencarian identitas, eksplorasi, dan pembentukan nilai-nilai pribadi.

Dewasa ini beberapa tantangan yang dihadapi pemuda dapat disarikan dalam berbagai bentuk seperti; a). Tekanan Sosial dan Ekonomi, Banyak pemuda menghadapi tekanan sosial dan ekonomi yang dapat membuat mereka rentan terhadap pengaruh ekstrem­isme. Ketidakpastian masa depan, pengangguran, dan diskriminasi dapat memicu rasa frustrasi dan ketidakpuasan. b). Misinformasi dan Radikalisasi Online, Di era digital, pemuda juga menghadapi risiko terpapar informasi yang salah atau menyesatkan yang dapat mendorong mereka ke arah radikalisme. Konten ekstremis yang tersebar luas di internet menjadi tantangan besar. c). Kurangnya Pendidikan tentang Moderasi,  pada beberapa tempat, pendidikan tentang moderasi beragama dan nilai-nilai toleransi masih kurang. Kurikulum pendidikan yang tidak seimbang dapat menyebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya moderasi.

Alasan ini yang mendasari Prodi Pemikiran Politik Islam menggelar diskusi dalam program PKM (Peningkatan Kompetensi Mahasiswa) dengan tema INSPIRING THOUGHT, EMPOWERING ACTION. Kepemimpinan Pemuda dalam Membangun Ekosistem Keberagamaan yang Moderat, kegiatan ini menghadirkan Narasumber Prof. Dr. Asrorun Ni’am Sholeh, MA dan Margaret                           Aliyatul Maimunah, M.Si, di gedung amphyteater twintower  UINSA pada Rabu 9 Oktober 2024.

Dalam sesi pertama Prof Niam sebutan dari Prof. Dr. Asrorun Ni’am Sholeh, MA yang merupakan  Deputi bidang Pemberdayaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menyampaikan bahwa pelayanan atau pembangunan kepemudaan diawali dengan penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan, tahap selanjutnya adalah kepemimpinan dan kepeloporan, beliau merujuk beberapa contoh para pendiri bangsa ini yang sudah berkecimpung dalam kegiatan sosial politik dalam usia yang sangat muda, Seperti HOS Tjokroaminoto yang mendirikan Serikat Islam pada usia 30 tahun, Soekarno mendirikan PNI pada usia 26 tahun, Bung Tomo menggelorakan pidato heroiknya pada usia 25 tahun, Sudirman menjadi jenderal gerilya dalam usia 26 tahun, dan KH Wahid Hasyim menjadi ketua Majelis Islam ‘Ala Indonesia pada 26 tahun dan Menteri Agama pada 33 tahun serta beberapa tokoh nasional lain yang berusia muda beliau paparkan juga sebagai contoh.

Lanjut belia, banyak program kepemudaan dalam kementrian pemuda dan olahraga diantaranya adalah PKPBN, Bakti Pemuda Nusantara, Collab Ranger, Kepemimpinan Pemuda dalam Rumah Tangga, Talenta Muda dan Moderasi Beragama. untuk point yang terakhir Prof Niam yang juga terlibat aktif di MUI menjelaskan dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh para mahasiswa UINSA dalam 4 prinsip Moderasi Beragama yakni; a). Moderasi beragama adalah konsep tentang cara yang terbaik (moderat) dalam mengamalkan ajaran agama yang sifatnya universal di ruang publik untuk menghasilkan keharmonisan dan kerja sama di tengah keragaman. b). Moderasi beragama TIDAK masuk ke wilayah pengamalan ajaran agama di wilayah pribadi (privat). c). Moderasi beragama BUKAN untuk memoderatkan agama. Serta d). Moderasi beragama TIDAK masuk ke wilayah ibadah atau hal-hal yang menjadi eksklusivitas suatu agama.

Margaret Aliyatul Maimunah, M.Si sebagai narasumber kedua juga memaparkan diskusi dengan menarik, sebagai komisioner KPAI beliau banyak berkecimpung pada urusan anak, tak terkecuali akhirnya pada urusan rumah tangga dan perempuan, banyaknya persoalan pada anak terutama perempuan di antaranya bermula pada bias streotipe gender, budaya patriarki, ketidakpercayaan diri, ragu, cemas dan khawatir serta tidak mampu menyeimbangkan tanggung jawab. Padahal menurut beliau Islam mengajarkan posisi mitra yang sejajar antara lelaki dan perempuan. Tanggung jawab ini juga sama antara lelaki dan perempuan dalam bermasyarakat, kegiatan sosial, berbangsa dan bernegara.

Karakter perempuan yang berkualitas menurut Margaret yang juga ketua umum Fatayat NU ini meliputi 5 karakter yakni, Prinsip hidup yang kokoh, empati, Konsistensi, Tanggung jawab dan kepercayaan diri, serta berani. Perempuan merupakan sosok tangguh yang multitasking, selain menjadi seorang ibu juga berkarir, sehingga menjadi sosok yang berpengaruh dan menjadi inspirasi bagi yang lain. Presiden Indonesia juga pernah dipimpin oleh perempuan, Bupati, Gubernur, Menteri juga banyak dari perempuan, ujar pemenang santri perempuan penggerak inspiratif 2024 ini.

Kegiatan diskusi ini menarik, karena narasumber memberikan tantangan, untuk ekplorasi bakat dan minat yang nantinya akan diapresiasi KEMENPORA, sehingga muncul salah satu mahasiswa Pemikiran Politik Islam yang membuat tertawa seluruh ruangan dengan stand up comedy, mahasiswa prodi Tasawuf dan Psikoterapi juga tak ketinggalan menampilkan kebolehannya di podium dengan pidato bahasa Arab. Acara diskusi berjalan lancar dan bagus disertai banyak pertanyaan dari peserta terutama tentang kondisi gen Z tentang galaunya mereka terhadap masa depan, jika mereka bukan orang kaya atau anak pejabat, budaya patriarki yang masih melekat (pengamatan langsung penanya yang merupakan mahasiswa asal Medan dan Madura), serta curhat tentang kurangnya fasilitas keolahragaan pemuda di UINSA. Semua pertanyaan direspon apik oleh kedua narasumber. Di penghujung acara mahasiawa berfoto bersama dan membuat konten medsos bersama narasumber tentang Pemikiran Politik Islam.