Dalam rangka memperingati hari Santri Nasional 22 Oktober 2022, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya gelar layanan dan pembinaan kesejahteraan secara online dengan tema “mengasah kecerdasan spiritual di era digital”. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom meeting dimulai dari pukul 13.00 WIB. Peserta pembinaan layanan yang merupakan mahasiswa prodi pgmi dari angkatan 2019-2022 ini mengikuti kegiatan dengan khidmat. Acara dibuka langsung oleh Ketua Program Studi PGMI, Ibu Uswatun Chasanah, M.Pd.I. Dalam sambutannya beliau mengungkapkan bahwa pada hari peringatan hari Santri Nasional ini, prodi PGMI memberikan program layanan di bidang kesejahteraan agar mahasiswa dapat mengasah kecerdasan spiritual yang dimilikinya. “Telah hadir narasumber yang luar biasa, yang dapat memberikan kita ilmu bagaimana kita bisa mengasah kecerdasan spiritual terutama di era digital, sehingga silahkan teman-teman mahasiswa memanfaatkan sebaik-baiknya kegiatan siang hari ini”, ucap Ketua Prodi PGMI.
Bapak Dr. Irfan Tamwifi, M.Ag, yang merupakan narasumber kegiatan perdana layanan dan pembinaan kesejahteraan, menjelaskan kepada seluruh peserta bagaimana mengasah kecerdasan spiritual di era digital. Di awal pemaparan materinya, beliau menjelaskan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dalam menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sedangkan spritual adalah jalan paling logis dan realistis dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual memiliki kemampuan berpikir, bersikap, dan bertidak secara bijak. Secara lebih kongkret, kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Level tertinggi dalam agama adalah spiritualitas. Pada era digital ini, banyak perubahan perilaku dan sikap yang dialami oleh sebagian besar masyarakat. Dimulai dari adiktif terhadap gadget, berkurangnya interaksi sosial, nomophobia, framing detruktif berupa kejutan-kejutan sosial, politik, ekonomi, dan budaya, sampai kepada disrupsi tradisi, budaya dan agama. Menyikap hal tersebut, maka diperlukan kecerdasan spiritual yang memuat nilai-nilai spiritual seperti cinta, pengampun, kasih sayang, bijaksana. Membangun kecerdasan spiritual di era digital ini adalah dengan selalu menghadirkan Tuhan, bijak dalam merespon perubahan, penguatan lifeskill dan aktivitas fisik, sikap terbuka dan komunikatif, aturan yang rasional, mengedepankan cinta dan kasih sayang, serta selalu mengkampanyekan kebaikan dan kearifan.
Di akhir sesi, MC yang merupakan mahasiswa semester 3 (tiga) Ratna Ayu membuka sesi tanya jawab. Peserta antusias memberikan pertanyaan, mulai dari yang berkaitan dengan bagaimana menanamkan rasa keikhlasan sampai kepada bagaimana menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat. Acara ditutup dengan sesi foto bersama. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa untuk mengasah dan mengembangkan kecerdasan spiritual.