Artikel

Memahami dan Meningkatkan Potensi Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia: Kuliah Tamu bersama Miko Budi Raharjo dari WWF Indonesia

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel kembali mengadakan kuliah tamu pada Sabtu (2/4/2022). Mengambil tajuk “Pengenalan dan Optimalisasi Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia” gelaran ini turut mengundang Miko Budi Raharjo dari WWF Indonesia selaku pemateri pada kesempatan ini.Top of Form

Pada kuliah tamu itu, Miko banyak memaparkan mengenai banyak manfaat dari terbentuknya MPA atau Marine Protected Areas. Menurutnya, dengan terbentuknya MPA dapat menguntungkan untuk berbagai kalangan masyarakat. “MPA membentuk warisan budaya, peningkatan aktivitas periwisata, melindungi keanekaragaman dan ekosistem, membangun kembali aktivitas peikanan, melindungi kawasan pesisir hingga dapat mengurangi karbon,” ujar Miko.

Melalui contoh-contoh studi kasus, beliau memberikan wawasan praktis mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kawasan konservasi perairan di Indonesia. Miko juga memperkenalkan peran WWF Indonesia dalam upaya pelestarian sumber daya perairan. Ia menjelaskan bagaimana WWF Indonesia bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat lokal, dan mitra lainnya untuk melindungi kawasan konservasi perairan yang kaya keanekaragaman hayati di Indonesia.

Diketahui ada beberapa jenis kawasan konservasi perairan, salah satunya adalah taman nasional yang melindungi ekosistem laut dan pesisir yang memiliki nilai penting bagi keanekaragaman hayati. Selain itu, terdapat juga taman laut yang ditetapkan untuk melindungi ekosistem terumbu karang dan spesies laut yang hidup di sekitarnya. Kawasan suaka alam laut juga menjadi bagian penting dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi terumbu karang yang rusak.

Untuk mewujudkan tujuan dan tempat konservasi yang ideal, Miko menyebutkan bahwa perlu dilakukan kegiatan tahapan pembentukan kawasan konservasi perairan. “Berbagai tahapan yang harus dilakukan sebelum membentuk tempat konservasi diantaranya meliputi identifikasi wilayah yang memiliki potensi ekologi yang tinggi, pengumpulan data dan informasi tentang keanekaragaman hayati, pemetaan ekosistem perairan, dan partisipasi masyarakat setempat dalam proses pengambilan keputusan. Setelah tahapan tersebut, dilakukan penetapan status dan perencanaan manajemen yang melibatkan berbagai pihak terkait,” papar Miko.

Pentingnya keterlibatan masyarakat dalam tahap perencanaan dan implementasi juga menjadi fokus dalam pembentukan kawasan konservasi perairan. Hal ini dikarenakan diperlukan adanya

pengukuran efektivitas yang berkelanjutan. Hal ini melibatkan pemantauan terhadap kondisi ekosistem, populasi spesies, serta tingkat kepatuhan terhadap aturan dan regulasi yang ada. Pemantauan ini memberikan gambaran mengenai dampak dari kegiatan manusia terhadap kawasan konservasi perairan. “Oleh karena itu melibatkan masyarakat dalam pemantauan dan pemeliharaan kawasan konservasi perairan juga menjadi kunci keberhasilan dalam jangka panjang,” lanjutnya.

Sebagai langkah optimalisasi diperlukan juga kegiatan yang dapat menunjang pembentukan kawasan konservasi perairan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan kawasan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan mengenai pentingnya pelestarian ekosistem perairan, pengembangan kegiatan ekonomi berkelanjutan, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. “Dengan melakukan kegiatan yang bersifat membangun kepada masyarakat akan menghasilkan dampak positif pada hasil dari tempat konservasi yang sedang dibuat,” tutup Miko.