
Prof. Dr. Hj. Titik Tirwulan Tutik, S.H., M.H
Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara FSH UINSA Surabaya
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht. Setelah Kartini wafat, J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa (Andi Achdian, (2018); Arief Syaifuddin, 2018)). Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya“. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.
Pada mulanya buku Kartini tidak berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Saat menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Kartini diberi hadiah terjemahan Al Qur’an yang diberi nama Faidh Al Rahman Fii Tafsir Qur’an oleh guru ngajinya, Kiai Soleh Darat (https://www.boombastis.com/fakta-kartini/69290). Saat membacanya, Kartini begitu terkesan dengan Surat Al Baqarah ayat 257 yang menyebutkan, bahwa Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap menuju cahaya (Allāhu waliyyullażīna āmanụ yukhrijuhum minaẓ-ẓulumāti ilan-nụr, https://tafsirweb.com/1023-quran-surat-al-baqarah-ayat-257.html.)
MIMPI KARTINI
Habis Gelap Terbitlah Terang hakekatnya merupakan “mimpi Kartini” untuk mewujudkan pendidikan bagi kaum wanita. Kartini ingin menyejajarkan pendidikan tidak hanya menjadi milik (hegemoni) laki-laki, tetapi juga menjadi hak wanita (emansipasi).
Kartini yang dinikahkan muda (pernikahan dini) sebagai tradisi masa itu, ‘membrontak’ dari kungkungan tradisi dengan melayangkan surat kepada temanya di Belanda. Melalui surat-surat tersebut Kartini mencurahkan segala isi hati terkait bagaimana tradisi telah ‘menjeruji kaum wanita’ yang dalam tradisi Jawa saat itu hanya dikenal sebagai rencang wingking yang berkutat pada 3 (tiga) tempat yaitu dapur, sumur, dan kasur. Dapur, bahwa seorang wanita harus mampu menyiapkan menu-menu masakan yang lezat bagi suami. Sumur, bahwa wanita harus bias mencuci baju, dan piring bagi keluarga. Dan kasur, bahwa wanita harus bias meladeni sang suami secara bathin.
Selaku putri dari seorang Adipati (Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang Bupati Jepara), meskipun dari garwa selir, impian Kartini adalah melanjutkan sekolah ke Belanda sebagaimana kebiasaan para putra adipati. Tetapi tradisi patrilineal Jawa masa itu menentukan lain, bahwa seorang wanita harus dipingit (dibatasi), sehingga Kartini harus menerima kenyataan kalau dia harus kawin muda dengan Adipati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat. Meski batal menjejakkan kaki di ‘Negeri Kincir Angin’, Kartini tetap bisa menjalin pergaulan dengan teman-temannya di Belanda. Ada 6 (enam) orang yang pernah berkorespondensi dengan Kartini, sekaligus membangun mimpi-mimpinya yaitu:
Pertama, Estella Zeehandelaar, ia mengenal Kartini lewat surat pembaca di majalah de Hollandsche Lelie, 8 April 1999. Ia feminis keturunan Yahudi, politisi di Partai Sosialis, dan penulis isu-isu feminisme di jurnal-jurnal perempuan.
Kedua, Pieter Sijthoff. Ia adalah Residen Jepara (1894-1899). Pieter adalah orang yang selalu menampilanj RA Kartini disetiap kesempatan, dan membujuk orang tuanya agar Kartini ke luar dari pingitan.
Ketiga, Henri Hubertus van Kol. Ia seorang insinyur yang selama 16 tahun bekerja di Jawa. Pada tahun 1920, ia melakukan studi di Hindia Belanda tentang kondisi ekonomi dan hal-hal yang buruk dan baik pada pemerintah.
Keempat, Rosa Manuela Abendanon-Mandiri. Rosa bertemu Kartini di Jepara pada 1900, saat mendampingi suaminya yang menjadi Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda. Kartini menganggap Rosa sebagai ibu, dan bisa mengungkapkan berbagai kegelisahan, dan pemikiranya melalui surat.
Kelima, Marie Ovink-Soer. Dia adalah stri Asisten Residen Jepara. Melalui Marie, Kartini dan kedua adiknya belajar tentang budaya barat.mereka merasa lebih bebas berbicara tentang gagasan dan impiannya dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Meski bertetangga, setelah dipingit komunikasi dilakukan melalui surat.
Keenam, Hilda Gerarda de Booy Boissevain. Ia adalah istri opsir laut Hendrik de Booy ajudan Gubernur Jenderal Rooseboom (1990). Hilda bertemu dengan Kartini dan kedua adik peempuannya saat Sosrodiningrat diundang Gubernur Jenderal ke Bogor. Selepas pertemuan, Kartini dan Hilda mulai bersurat-suratan.
Melalui ke-enam tersebut Kartini membangun mimpi-mimpi tentang pendidikan bagi kaum putri meski hanya dalam sepucuk surat yang merupakan gambaran dan curahan hati bagaimana seharusnya pendidikan ini bukan hanya menjadi hak dan hegemoni para pria tetapi juga menjadi hak wanita – sebagai wujud kesetaraan gender yang oleh Karrini dianggap sebagai emansipasi. Dan ini pula yang menginspirasi sang Raja Dangdut Rhoma Irama dalam lagunya ‘EMANSIPASI WANITA’.
Kenapa ingin kau mencoba merubah
Apa yang telah ditetapkan-Nya?
Kalau kita mencoba untuk merubah-rubah
Pasti akan mendapat segala kepincangan
Kalau aturan Tuhan sudah dirubah-rubah
Pasti ‘kan kaudapatkan segala kepincangan
Wanita dan pria takkan pernah sama
Secara kodrati berbeda fungsinya
Jiwanya, badannya
Tuhan telah mengatur pembidangannya
Wanita laksana tiangnya negara
Tanpa tiang, coba Anda bayangkan
Kalau semua maju di garis depan
Lalu siapa di garis belakang? Yeah
Kalau wanita juga sibuk bekerja
Rumah tangga kehilangan ratunya
Kalau wanita juga sibuk bekerja
Anak-anak kehilangan pembina
Bukan salah remaja kalau mereka binal
Bukan salah mereka kalau tidak bermoral
Bukan hanya makanan, bukan hanya pakaian
Yang lebih dibutuhkan cinta dan kasih sayang
Majulah, wanita, giatlah bekerja
Namun, jangan lupa, tugasmu utama
Apa pun dirimu
Dan engkau adalah ibu rumah tangga
Emansipasi wanita
Perlu di dalam pembangunan
Emansipasi wanita
Jangan sampai keterlaluan
Emansipasi wanita
Jangan melawan takdir Tuhan
Ini bencana
Selamat Hari Kartini 21 April 2025. Bangkitlan Wanita Indonesia, tetap profesional tanpa menanggalkan kodrat. Dengan begitu negara tetap tegak, dan agama tidak goyah. Insyaallah.