Berita

Selasa, 29 November 2022 merupakan peringatan HUT KORPRI yang ke-51 tahun. Bertepatan dengan HUT KORPRI, Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya melakukan kunjungan ke Museum Gubug Wayang di Mojokerto sebagai bentuk syukur nikmat agar dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi layanan dengan cara belajar ke tempat tersebut. Kunjungan tersebut juga merupakan bagian dari upaya implementasi amanah UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang peran perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi.

Salah satu amanah berupa fungsi pelestarian tersebut akan dikembangkan oleh Perpustakaan UINSA melalui kerjasama dengan Museum Gubug Wayang Mojokerto. Museum tersebut menyediakan ribuan koleksi yang terdiri dari koleksi-koleksi prasejarah berupa terakota, keris, wayang, boneka, kaset, CD yang menggambarkan khazanah budaya serta peradaban dunia dan Indonesia. Museum tersebut telah banyak melakukan kerjasama dengan perpustakaan perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di Indonesia, misalnya Perpustakaan Universitas Ciputra, Universitas Surabaya dan sekolah-sekolah di Jawa Timur.

“Datang ke Museum Gubug Wayang menyuguhkan kepada kami khazanah peradaban dunia dan Indonesia yang didesain secara kontemporer. Ini merupakan gaya baru dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada generasi muda Indonesia.” komentar Evi Fatimatur Rusydiyah sebagai kepala Perpustakaan UINSA.

Demikian juga para pustawakan yang berkesampatan mengikuti kunjungan tersebut memberikan komentar.

“Koleksi Gubuk wayang   patut untuk kita kenalkan dan jelaskan pada generasi-generasi kita agar mereka mengerti dan memahami nilai-nilai budaya di masa silam. Benda-benda peninggalan tersebut cocok ditempatkan di perpustakaan, agar pemustaka dapat mengerti dan memahami kekayaaan budaya Indonesia tanpa datang ke museum, namun sudah disediakan di perpustakaan UINSA.” Ujar Habib, salah satu pustakawan senior.

Menurut Nurul Fitriyah salah satu JFU Perpustakaan juga menyampaikan “Bagus, inspiratif sekali untuk menambah koleksi atau corner di perpustakaan UINSA dan pasti menjadi nilai tambah karena biasanya perpus konvensional identik dengan buku atau koleksi cetak saja, Perpustakaan UINSA nantinya to be different walaupun telah banyak perpustakaan yang sudah bekerjasama, namun UINSA juga harus berperan, karena koleksinya banyak yang bernuansa Islam.”

Abdun Nashir sebagai pustakawan juga menyampaikan “Gubug wayang merupakan salah satu bukti kepedulian anak bangsa untuk melestarikan peninggalan budaya leluhur nusantara berupa wayang golek, pusaka, topeng, mainan tradisional dan lainnya yang sarat akan nilai karakteristik kearifan budaya lokal yang patut dihadirkan di Perpustakaan UINSA.”

Hal senada juga disampaikan oleh Suprapto sebagai pustawakan “Alhamdulillah puas datang ke museum atau gubug wayang, karena dapat menambah wawasan, meningkatkan rasa ingin tahu serta belajar peristiwa masa lalu.”

Samidah Nurmayuni juga menegaskan “Museum Gubug wayang memberikan suguhan yang menarik.  Semoga dengan adanya sejarah dari pewayangan, baik wayang kulit dan wayang golek yang ada di Perpustakaan menjadikan Perpustakaan UINSA lebih maju, lebih kreatif dan inovatif. Ini juga mengajarkan kepada mahasiswa tentang budaya Indonesia yang beraneka ragam, sehingga anak di zaman modern tidak melupakan begitu saja bahkan ini adalah suatu cara melestarikan budaya Indonesia.”

Kunjungan ini diakhiri dengan penandatanganan pra-MoU dan foto bersama dengan para pengelola Museum Gubug Wayang. (EFR)