Tulungagung, 31 Oktober 2024 – Siti Habbatin Nafidza, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel FSH UINSA Surabaya, kembali mengukir prestasi yang membanggakan setelah berhasil meraih Juara 2 lomba esai nasional bertajuk Islamic Banking Festival 8.0. Perlombaan bergengsi ini diselenggarakan oleh UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dengan tema besar “Peran Gen Z dalam Perkembangan Ekonomi Berkelanjutan Menuju Visi Indonesia Emas 2045.” Prestasi Habbatin dalam ajang ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki peran penting dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan dan berlandaskan prinsip syariah.
Dalam lomba ini, Habbatin memilih subtema “Green Economy dalam Upaya Mendorong Ekonomi Indonesia yang Berkelanjutan” dengan esai berjudul “Inovasi Green Economy Berbasis Syariah melalui Gerakan Sedekah Rosok di Kabupaten Kediri.” Lewat esai ini, Habbatin mengusulkan sebuah gagasan unik yang memadukan konsep ekonomi hijau dengan prinsip syariah, berfokus pada gerakan sedekah berbasis sampah daur ulang di masyarakat. Menurutnya, gerakan ini tidak hanya memberikan dampak lingkungan yang positif melalui pengurangan sampah, tetapi juga menciptakan kemaslahatan umat melalui hasil sedekah yang ditasharufkan kepada 8 golongan. “Gerakan ini memungkinkan masyarakat untuk berkontribusi pada kelestarian lingkungan sekaligus menciptakan nilai sosial dan ekonomi, terutama bagi mereka yang membutuhkan,” ujar Habbatin dalam sesi presentasinya di hadapan dewan juri.
Dalam acara tersebut, Habbatin berjuang keras menghadapi persaingan ketat dari para peserta yang datang dari berbagai universitas di Indonesia. Suasana lomba terasa semakin menegangkan ketika sesi presentasi dimulai. Habbatin mengungkapkan bahwa ini adalah pertama kalinya ia masuk ke babak grand final dalam ajang nasional dan harus mempresentasikan esainya langsung di hadapan dewan juri. Ia merasa sangat bersyukur karena ibunya hadir mendampingi selama lomba berlangsung, yang menjadi dukungan moral penting baginya. “Alhamdulillah, acara berjalan lancar dan ibu saya bisa menemani saya. Kehadiran beliau memberikan ketenangan dan semangat tersendiri untuk saya,” ujarnya penuh haru.
Tahap presentasi terdiri dari dua sesi, yaitu sesi esai dan sesi business plan. Habbatin mengikuti sesi esai, dan ia mendapatkan nomor undian kedua, sebuah posisi yang cukup menantang bagi seorang pemula. “Sebagai peserta yang baru pertama kali masuk grand final, mendapat nomor urut kedua adalah tantangan tersendiri. Tapi dengan persiapan yang matang dan doa dari orang tua, saya dapat menjalani presentasi dan sesi diskusi dengan juri dengan lancar,” jelas Habbatin. Ia menjelaskan bahwa persiapannya sebenarnya sangat terbatas, mengingat waktu menuju grand final yang hanya terpaut tiga hari dari pengumuman babak penyisihan. Meski begitu, Habbatin berusaha memanfaatkan waktu tersebut secara optimal.
“Tantangan terbesar sebenarnya adalah rasa nervous sebelum tampil, tapi setelah saya berlatih dan mencoba menenangkan diri, alhamdulillah saya semakin percaya diri dengan materi yang sudah saya persiapkan. Pada saat tampil, saya berusaha untuk tidak ragu dan memberikan yang terbaik,” cerita Habbatin. Usaha kerasnya tidak sia-sia; meskipun pada awal pengumuman babak grand final ia berada di posisi terakhir, dengan ketekunan dan kegigihannya, Habbatin berhasil naik satu peringkat dan meraih predikat Juara 2. “Ini benar-benar tak terduga. Awalnya saya sempat pesimis karena berada di peringkat terakhir, tapi dengan izin Allah dan doa keluarga, saya bisa naik satu peringkat. Ini pencapaian yang sangat berarti bagi saya,” ungkapnya dengan penuh syukur.
Penghargaan ini memberikan kebahagiaan yang mendalam bagi Habbatin, terutama karena ia dapat membanggakan sang ibu yang turut hadir mendampinginya. “Saat itu saya merasa bahagia yang luar biasa. Bisa mempersembahkan trofi, piagam, dan hadiah langsung di hadapan ibu adalah kebanggaan yang tak ternilai. Ini adalah momen berharga yang tidak akan pernah saya lupakan, karena saya bisa memberikan kebahagiaan bagi orang tua, khususnya ibu saya, melalui prestasi yang saya raih,” ujar Habbatin sambil tersenyum haru. Ia menambahkan bahwa pencapaian ini juga menjadi penghargaan atas usaha kerasnya, meskipun di tengah-tengah kesibukan perkuliahan yang cukup padat.
Bagi Habbatin, kemenangan ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari langkah-langkah selanjutnya. Ia berharap dapat terus mengembangkan ide-ide baru yang sejalan dengan visi ekonomi syariah berkelanjutan. “Ke depannya, insyaAllah saya akan terus mengembangkan ide-ide yang ada di kepala dan mengeksplorasi lebih jauh tentang ekonomi berkelanjutan berbasis syariah. Saya masih punya banyak rencana dan gagasan yang ingin saya wujudkan,” ungkapnya penuh semangat.
Prestasi yang diraih Siti Habbatin Nafidza tidak hanya membanggakan dirinya dan keluarganya, tetapi juga menginspirasi mahasiswa lain di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya. Capaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa generasi muda memiliki kemampuan dan peran penting dalam berkontribusi terhadap isu-isu besar di masyarakat, terutama dalam bidang ekonomi berkelanjutan yang didasarkan pada nilai-nilai syariah. Habbatin berharap bahwa pencapaiannya ini dapat memotivasi rekan-rekan mahasiswa untuk berani berkarya dan bersaing dalam berbagai kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dengan kemenangan ini, Habbatin menunjukkan bahwa Gen Z memiliki potensi besar dalam mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia, terutama melalui inovasi yang berlandaskan nilai-nilai syariah. Melalui ide-ide kreatif dan pemikiran progresif, ia ingin memberikan dampak positif bagi masyarakat luas dan mendorong penerapan ekonomi hijau yang sejalan dengan prinsip-prinsip agama. Capaian ini sekaligus menjadi bukti bahwa mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dapat bersaing dan berkontribusi secara signifikan di tingkat nasional, khususnya dalam mendukung upaya pembangunan bangsa yang berkelanjutan menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Reportase: George As’ad
Redaktur: George As’ad
Desain Foto: M. Nafi’ Mubarok Dawam