Di tengah tantangan dan dinamika pendidikan di era modern, seorang mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Muhammad Iqbal Nashrullah, berhasil meraih gelar doktor dengan disertasinya yang inovatif. Disertasi yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan di Pesantren dalam Mengembangkan Keterampilan Santri di Abad ke-21” ini membahas tentang bagaimana pesantren dapat bertransformasi dan beradaptasi dengan tuntutan zaman. Iqbal, yang dibimbing oleh dua promotor, yakni, Prof. Dr. Mohamad Salik, M.Ag, dan Prof. H. Nur Kholis, M.Ed.Admin.,Ph.D berhasil meneliti dua pesantren di Kabupaten Lamongan, yaitu Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Manyar dan Pondok Pesantren Al-Fattah Siman.
Dalam sidang ujian terbuka, Iqbal memaparkan poin-poin penting hasil penelitian yang langsung direspon dengan berbagai macam pertanyaan dari para tim penguji. Prof. Dr. Ali Mustadi, M.Pd sebagai penguji eksternal bertanya apa perbedaan yang ditemukan pada dua lokus dalam penelitian. “Pola modernisasi sistem pendidikan di Pesantren Ihyaul Ulum menghasilkan pendekatan yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan lokal dan global. Di sisi lain, Pesantren Al-Fattah menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis, menyesuaikan kurikulum dengan standar nasional.” Tegas Iqbal.
Dr. H. A. Saepul Hamdani, M.Pd sebagai penguji internal turut mempertanyakan bagaimana pola pendekatan yang ada di masing-masing pesantren. Iqbal menegaskan bahwa kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Pola bottom-up di Ihyaul Ulum memungkinkan akomodasi terhadap kebutuhan lokal, sedangkan pendekatan top-down di Al-Fattah memberikan struktur yang jelas,” tambahnya.
Prof. Dr. Yunus Abu Bakar, M.Ag bertanya kepada promovendus “Bagaimana Anda menjelaskan metode penelitian yang Anda gunakan dan mengapa?” Iqbal pun menjawab dengan penuh percaya diri bahwa metode kualitatif dengan pendekatan studi multi kasus memungkinkan dia untuk menggali lebih dalam tentang pola modernisasi dan strategi implementasi pendidikan di kedua pesantren tersebut. Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan bahwa lembaga pendidikan pesantren di Abad ke-21 menghadapi tantangan besar untuk menyesuaikan sistem pendidikannya dengan kebutuhan dan tuntutan zaman modern. “Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar agama, tetapi juga harus mampu mengembangkan keterampilan santri agar siap menghadapi tantangan global,” ujarnya.
Dr. Hammis Syafaq sebagai ketua penguji bertanya tentang kontribusi signifikan dari penelitian promovendus. “Kontribusi peneltian ini yaitu pengembangan konsep baru yang disebut “fleksibilitas-integratif dalam modernisasi pendidikan pesantren”. Konsep ini menggambarkan bahwa keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan santri di Abad ke-21 dapat dicapai dengan mengkombinasikan aspek fleksibilitas dan integrasi dalam sistem pendidikan pesantren.” Jawabnya. “Konsep ini sangat relevan di era digital saat ini, di mana santri dituntut untuk memiliki keterampilan yang beragam dan adaptif,” Tambah Iqbal, yang berharap penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pesantren lain dalam melakukan modernisasi pendidikan.
Keberhasilan Iqbal meraih gelar doktor ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi UINSA tetapi juga bagi dunia pendidikan pesantren di Indonesia. “Saya berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan di pesantren dan membantu santri untuk lebih siap menghadapi tantangan di masa depan,” tutupnya dengan penuh semangat.
Selamat kepada Muhammad Iqbal Nashrullah atas pencapaian luar biasa ini! Semoga semangat dan dedikasi dalam penelitian ini dapat menginspirasi banyak orang untuk terus belajar dan berinovasi demi masa depan yang lebih baik. (baale)