Pada Jumat, 29 November 2024, kelas B3 Studi Agama-agama semester 5 melaksanakan kegiatan studi lapangan di Pondok Pesantren Biba’afadlrah Turen Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk Peningkatan Kompetensi Mahahasiswa (PKM) pada mata kuliah Agama dan Pariwisata untuk memperluasan wawasan tentang wisata religi dan spiritual journey serta mempelajari filosofi arsitektur bangunan pesantren tersebut. Kegiatan ini terdiri dari 25 Mahasiswa dan satu dosen pendamping. Kegiatan ini diawali dengan observasi pertama dari lantai satu sampai lantai lima pondok pesantren dan dilanjutkan dengan sesi diskusi di ruangan pertemuan yang dipandu oleh beberapa pengurus dan pembina pondok pesantren. Diskusi ini membahas pentingnya memadukan keimanan dengan kesadaran seni dalam kehidupan sehari-hari termasuk filosofis arsitektur dari sepuluh lantai bangunan di pondok pesantren.
Salah satu hal paling unik yang didapat dari kunjungan ini adalah penemuan cerita di balik desain arsitektur Ponpes Biba’afadlrah, di mana ponpes ini sering disebut masyarakat dengan masjid jin, masjid ajaib, masjid tiban, dll. Menurut keterangan dari pihak pesantren, arsitektur bangunan tersebut adalah hasil dari istikharah pendiri pondok pesantren yaitu KH. Ahmad Bahru Mafdlaludin Soleh yang merupakan murid dari KH. Sahlan Sidoarjo, di mana Kiai Sahlan merupakan salah satu santri dari Syaichona Muhammad Cholil Bangkalan Madura, dan ayah dari KH. Sahlan merupakan salah satu santri dari pendiri NU atau KH. Hasyim Asy’ari.
Arsitektur Pondok Pesantren Biba’afadlrah Turen Malang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dari hasil istikharah tersebutlah pendiri ponpes mendapatkan rangka atau desain yang kemudian dibangun sedikit demi sedikit dan hingga saat ini bangunannya belum selesai. Setiap elemen bangunan memiliki makna filosofis yang mendalam. Misalnya, penggunaan warna-warna cerah dan ornamen berbentuk geometris mencerminkan keberagaman dan keteraturan dalam Islam. Selain itu, tata letak bangunan yang berlapis-lapis menggambarkan perjalanan spiritual manusia menuju kedekatan dengan Tuhan. Selain arsitektur, para peserta juga terkesan dengan kedisiplinan santri yang berpadu dengan kreativitas mereka. Hasil karya seni para santri, seperti ukiran kaligrafi, lukisan, dan kerajinan tangan, menjadi daya tarik tersendiri yang tidak hanya menunjukkan bakat tetapi juga semangat belajar yang tinggi.
Hal lain yang unik adalah atmosfer pesantren yang menggabungkan suasana religius dengan keramahan lingkungan. Para santri aktif menyambut pengunjung dengan senyum dan salam, mencerminkan nilai-nilai akhlak mulia yang diajarkan di tempat tersebut. Peserta merasa bahwa kunjungan ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang memberikan inspirasi mendalam. Pengalaman menikmati taman meditasi di pesantren juga menjadi momen unik. Taman tersebut dirancang untuk memberikan suasana tenang, dilengkapi dengan suara gemericik air dari kolam kecil di tengahnya. Banyak peserta memanfaatkan waktu ini untuk merenung dan mengapresiasi keindahan alam yang diciptakan Tuhan.
Kunjungan wisata religi ke Pondok Pesantren Biba’afadlarh memberikan dampak positif yang signifikan bagi warga sekitar. Secara ekonomi, kunjungan ini mendorong peningkatan pendapatan masyarakat melalui usaha kecil seperti warung makan, toko oleh-oleh, dan jasa parkir, serta membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat sebagai pemandu wisata atau pengelola fasilitas umum. Selain itu, interaksi dengan wisatawan dari berbagai daerah memperluas wawasan warga dan meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya nilai religius, sosial, serta toleransi. Dampak positif ini juga memotivasi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung, menciptakan citra positif kawasan tersebut. Meski terdapat tantangan, seperti peningkatan volume sampah atau potensi terganggunya kenyamanan warga, kerja sama antara masyarakat dan pihak pesantren mampu mengelola dampak tersebut secara efektif. Lebih dari itu, keberadaan pesantren sebagai destinasi wisata religi menjadi kebanggaan bagi masyarakat sekitar, mendorong mereka untuk terus menjaga keunikan dan kelestarian daerah mereka.
Kunjungan ke Ponpes Biba’afadlrah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kami semua. Selain mendapatkan pengetahuan baru tentang keagamaan dan arsitektur, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa syukur dan kekaguman terhadap kekayaan budaya Islam. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antar anggota kelompok tetapi juga meningkatkan kesadaran spiritual dan apresiasi terhadap seni religius.
Penulis: Andi Ardiansyah