Articles

Literasi Informasi di Era Digital: Tantangan dan Strategi Generasi Z

Oleh Imas Maesaroh (Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi)

 

Generasi Z, yang merupakan kelompok individu lahir antara tahun 1995 dan 2010, telah tumbuh dalam era digital yang memberikan akses mudah dan cepat ke berbagai informasi melalui internet dan media sosial. Kenyamanan ini, sekaligus, menimbulkan tantangan signifikan, terutama dalam hal memfilter informasi yang tidak selalu valid atau akurat. Literasi informasi, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi informasi yang ditemui, menjadi sangat penting bagi mahasiswa Generasi Z. Hal ini diungkapkan dalam karya Rastati (2018), yang menekankan pentingnya kemampuan ini dalam konteks pendidikan untuk membantu mereka menyaring dan memilih informasi berkualitas untuk keperluan penelitian, tugas akademik, atau pembelajaran secara umum.

Dalam menghadapi banjir informasi, mahasiswa Generasi Z perlu mempelajari dan menerapkan langkah-langkah kritis dalam pencarian dan evaluasi informasi, sebagaimana dijelaskan oleh Almah (2019) dan Qastalani & Fauziah (2018). Langkah pertama melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya, membedakan antara sumber yang berbasis fakta dan yang cenderung bias atau tidak terverifikasi. Konsep keberagaman sumber informasi juga sangat penting; mahasiswa harus mampu mengakses berbagai jenis sumber, termasuk buku, jurnal ilmiah, situs web, blog, dan media sosial, untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang suatu topik. Selain itu, pengembangan literasi informasi memerlukan pemahaman yang kuat tentang cara menganalisis informasi yang ditemui. Mahasiswa perlu menguasai keterampilan kritis dalam menilai keabsahan dan keandalan informasi, termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi apakah informasi didukung oleh bukti yang valid dan dihasilkan oleh sumber yang terpercaya. Kemampuan untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda dan mengidentifikasi bias dalam informasi sangat penting, begitu juga dengan kemampuan untuk memahami dan mengenali potensi manipulasi informasi. Terakhir, mahasiswa Generasi Z juga harus mengembangkan keterampilan dalam mengolah dan menyajikan informasi secara efektif. Ini mencakup kemampuan untuk mengorganisir informasi dengan baik, menyusun argumen yang jelas dan koheren, dan menggunakan gaya penulisan yang tepat. Penggunaan teknologi dan alat digital juga menjadi aspek penting dalam proses ini, memungkinkan mereka untuk lebih efisien dan efektif dalam menyajikan informasi dan argumen mereka.

Dengan mengembangkan literasi informasi yang solid, Generasi Z dapat mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh era digital yang penuh dengan informasi. Kemampuan untuk secara kritis mengevaluasi dan menggunakan informasi tidak hanya akan membantu mereka dalam keberhasilan akademik, tetapi juga dalam kehidupan profesional mereka di masa depan. Melalui pendidikan yang terfokus pada pengembangan literasi informasi, Generasi Z dapat dilengkapi dengan alat yang diperlukan untuk navigasi yang efektif dan bertanggung jawab dalam lautan informasi digital.

 

Referensi:

Almah, H. (2019, September 9). Urgensi Literasi Informasi (Information Literacy) Dalam Era Globalisasi: Perpustakaan, Masyarakat, Dan Peradabaan. Komunika, 2(1), 42-51. https://doi.org/10.24042/komunika.v2i1.4756

Qastalani, G., & Fauziah, K. (2018, January 1). Analysis of strategy for meeting students’ information needs in the digital era. E3S web of conferences, 74, 08015-08015. https://doi.org/10.1051/e3sconf/20187408015

Rastati, R. (2018, June 29). Media Literasi Bagi Digital Natives: Perspektif Generasi Z di Jakarta. Kwangsan, 6(1), 60-60. https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n1.p60–73.