
Surabaya, 2025 – Dunia digital yang terus berkembang kini semakin menarik perhatian akademisi. Kenasta Aulia, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, sukses menyelesaikan sidang skripsi pada 5 Maret 2025 dan mengangkat fenomena bahasa warganet ke dalam ranah akademik melalui skripsinya yang berjudul Dokumentasi Kosakata Khusus Bahasa Netizen Indonesia di Platform X: Kajian Leksikografi.
Penelitian ini merupakan terobosan baru di lingkungan Prodi Sastra Indonesia UINSA, karena berhasil dipertahankan dalam sidang skripsi pada tanggal 5 Maret 2025 dan menjadi kajian leksikografi yang meneliti secara mendalam bahasa khas netizen di media sosial, khususnya platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, Kenasta berhasil mendokumentasikan dan mengelompokkan lebih dari 120 kosakata unik yang berkembang di dunia maya.
Bahasa netizen di media sosial berkembang dengan cepat, menghadirkan istilah baru yang sering kali tidak terdokumentasi dalam kamus konvensional. Kenasta mengidentifikasi empat kategori utama dalam kosakata netizen, yaitu kosa kata dengan pergeseran makna yang mengalami perubahan makna dalam penggunaan daring, akronim yang merupakan singkatan yang umum digunakan dalam percakapan digital, slang yang terdiri dari kata-kata gaul yang hanya dipahami oleh komunitas digital tertentu, dan serapan yang merupakan kata-kata dari bahasa asing yang diadaptasi ke dalam bahasa netizen Indonesia.
Dalam wawancara singkat, Kenasta menjelaskan, “Bahasa netizen itu unik dan dinamis. Jika tidak didokumentasikan, banyak istilah yang bisa hilang begitu saja seiring perkembangan zaman. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi akademisi maupun masyarakat umum untuk memahami bagaimana kosakata digital terbentuk dan berkembang.”

Temuan dalam skripsi ini membuka peluang baru dalam penyusunan kamus digital yang khusus mendokumentasikan bahasa netizen di Indonesia. Kenasta juga menekankan bahwa fenomena bahasa digital tidak hanya mencerminkan kreativitas pengguna media sosial, tetapi juga dinamika sosial dan budaya yang lebih luas.
Dosen pembimbing skripsi ini, Rizky Abrian, M.Hum., mengapresiasi keberanian mahasiswanya dalam mengangkat topik yang masih jarang dikaji di ranah akademik. “Kajian ini inovatif dan relevan dengan zaman. Di era digital seperti sekarang, penelitian leksikografi tidak lagi terbatas pada bahasa formal, tetapi juga perlu mencakup bahasa yang berkembang di media sosial,” ujar Rizky Abrian.
Penelitian ini mendapat perhatian luas dari kalangan akademisi dan mahasiswa, khususnya mereka yang tertarik dengan studi kebahasaan dan fenomena digital. Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Haris Shofiyuddin, M.Fil.I, menyatakan bahwa penelitian seperti ini dapat membuka cakrawala baru dalam kajian linguistik digital di Indonesia.
Mahasiswa lainnya pun turut memberikan tanggapan positif. “Ini keren banget! Akhirnya ada penelitian yang mendokumentasikan bahasa kita sehari-hari di media sosial. Semoga bisa jadi referensi bagi generasi berikutnya,” ujar Leny, salah satu rekan Kenasta.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan lebih banyak akademisi yang tertarik untuk meneliti fenomena bahasa digital, sehingga bahasa netizen yang terus berkembang dapat terdokumentasi dengan baik dan diakui sebagai bagian dari khazanah kebahasaan Indonesia.
Baca juga: Kegiatan Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia