Berita

Surabaya, 08/01/2025- FISIP UINSA dan University Malaya mengadakan kolaborasi akademik melalui seminar internasional. Acara ini membawa rasa penasaran baru dengan mengangkat tema “Global Perspective on Good Governance: Lesson Learned and Best Practice from Indonesia and Malaysia”. Hal menarik dari kolaborasi ini adalah seminar dilakukan di tengah libur panjang mahasiswa. Namun, tak disangka bahwa seminar tersebut tetap berhasil menarik minat mahasiswa untuk datang mendengarkan ilmu yang disampaikan ahli di Auditorium FISIP UINSA lantai 5.

Dr. Raja Hisyamuddin bin Raja Sulong dari University of Malaya menyampaikan pandangannya mengenai sistem pemerintahan Malaysia yang berbasis Monarki Konstitusional. Beliau juga menjelaskan mengenai pentingnya penerapan Sustainable Development. Dilanjutkan dengan pemaparan terkait Ethical Leadership, karena berkaitan dengan banyaknya kasus suap dan korupsi yang terjadi di Malaysia. Sementara masyarakat Malaysia memiliki  tiga etnis meliputi Melayu, India, dan Cina. Oleh sebab itu, inklusifitas dan perdamaian merupakan hal penting untuk diterapkan guna meminimalisir potensi konflik yang mungkin saja terjadi  antar individu maupun golongan.

Sesi diskusi berlangsung menarik, ditutup dengan kebijaksanaan dalam pepatah Melayu: “Anak kencing berdiri, ayah kencing berlari,” yang disampaikan Dr. Raja. Pepatah ini mengingatkan pentingnya teladan pemimpin dalam membentuk tatanan masyarakat yang baik. Bila pemimpin sebuah negara tidak baik maka tatanan masyarakat akan rusak. Dr. Moh. Ilyas Rolis, M.Si., Wakil Dekan FISIP UINSA, memaparkan sistem pemerintahan di Indonesia. Beliau juga menyoroti peran pemimpin dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Aspek penting dalam membangun negara yang baik tidak hanya pembangunan infrastruktur yang bersifat fisik namun juga aspek kemanusiaan seperti social equality.

Bagian lain yang mencuri perhatian adalah diskusi antara mahasiswa dari kedua universitas. Baburi dan Juliansyah Akbar dari UINSA berbagi pandangan tentang pendidikan di Indonesia, sementara mahasiswa University Malaya, Nur Alif Isman bin Azli, berbicara tentang budaya dan sistem pembelajaran di Malaysia. Tentu pertukaran ide seperti ini membuka wawasan peserta sekaligus mempererat hubungan antarbangsa.

Nur Alif turut membagikan pengalamannya selama di Surabaya. Mulai dari Jalan Tunjungan yang memberi kesan suasana klasik yang penuh cerita, dibarengi minum kopi bersama kawan, seraya memuji cita rasa kuliner lokal. Seminar ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi yang lebih intens antara UINSA dan University Malaya. “Kami ingin mahasiswa UINSA juga merasakan pengalaman belajar langsung di Malaysia,” tutup Nur Alif dengan semangat. Seminar ini bukan sekadar acara akademik, tetapi momentum penting untuk membangun jejaring internasional dan memperkuat kerja sama lintas budaya. (repost:lpmparlemen)

Reporter: FS.