Dr. Slamet Muliono Redjosari
Kepemimpinan yang agung muncul dari kuatnya memegang amanah. Ketika amanah dipegang teguh dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka keagungannya menjadi perbincangan abadi. Nabi Ibrahim merupakan sosok manusia agung. Ketika diberi amanah, dia menunaikan dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan dalam menunaikan amanah itulah maka Allah menjadikannya sebagai imam bagi seluruh manusia. Hingga kini, keteladanan Nabi Ibrahim tidak pernah lekang untuk diperbincangkan bagi seluruh agama. Beliau pun tidak letih untuk melahirkan pemimpin yang amanah sebagaimana yang pernah dilakukan, sehingga berdoa lahirnya generasi yang amanah. Generasi yang amanah inilah yang membuat kehidupan masyarakatnya aman dan sejahtera.
Pemegang Amanah
Nabi Ibrahim tidak pernah luput dari ujian besar dan berat. Beliau menjalani dengan sukses. Keberhasilan dalam menjalani ujian sudah dilakukan sejak muda. Ketika masih usia muda, dia berani mendatangi kaum penyembah berhala dan mendakwahkan tauhid. Dia pun dibakar tapi diselamatkan Allah.
Ketika menikahi Sarah sebagai istri pertama, cukup lama belum dikaruniai anak. Dia pun bersabar hingga menikah lagi dengan Hajar sehingga lahir Ismail. Begitu lahir putera yang dinanti-nantikan, beliau diperintah untuk menyembelihnya. Perintah itu dijalankan dengan baik, hingga Allah menggantinya dengan seekor domba.
Berbagai cobaan ketika berdakwah untuk menegakkan nilai-nilai tauhid dijalankan dengan sempurna hingga Allah menyematkan pada dirinya sebagai imam bagi seluruh manusia. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata, “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman, “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah : 124)
Pengakuan Allah atas kepemimpinannya terabadikan karena terbukti telah menjalankan perintah dan larangan secara sempurna. Dia pun bersungguh-sungguh mendidik keturunannya untuk melanjutkan risalah dan amanah yang telah dijalankannya. Allah pun mengiyakan ketika tidak terjadi kedzaliman.
Nabi Ibrahim tidak perlua untuk berdoa lahirnya generasi penerus yang akan melanjutkan kepemimpinan profetiknya. Lahirnya generasi penerus itu untuk mengajarkan dan mewariskan guna mensucikan batin dan jiwa yang bersih. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
Artinya:
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 129)
Kemakmuran rakyat
Kepemimpinan yang amanah menciptakan keamanan dan berbuah kemakmuran bagi masyarakatnya. Nabi Ibrahim telah membuktikan bahwa kepemimpinannya, dan itu diakui oleh Allah dengan lahirnya beberapa generasi yang telah mengikti jejaknya. Kepemimpinan Nabi Ibrahim terbukti menciptakan masyarakat yang jiwanya tenang dan raganya tercukupi dengan melimpahnya sumberdaya alam.
Kepemimpinan yang agung menjadikan negara aman. Betapa tidak, masyarakatnya taat pada hukum karena pemimpinnya amanah dan tegas. Kepatuhan dan ketaatan pada hukum inilah yang mendatangkan keberkahan yang didatangkan Allah dari langit dan bumi. Allah benar-benar mencurahkan kenikmatan berupa melimpahnya rejeki dan buah-buahan di tengah masyarakat yang patuh pada pemimpin yang amanah. Al-Qur’an mengabadikan hal ini sebagaimana firman-Nya :
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِـۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡهُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ۚ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلٗا ثُمَّ أَضۡطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman, “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah : 126)
Negeri yang aman ketika masyarakatnya patuh terhadap petunjuk yang telah dibimbing oleh penguasa langit dan bumi. Keberkahan atas kepemimpinan yang amanah inibenr-benar melahirkan tatanan masyarakat yang menjalankan amanah dengan baik. Nabi Ibrahim meninggal istri dan anaknya di tengah gurun sahara yang tandus karena perintah -Nya. Beliau terbukti pemimpin yang melayani tamu ketika menyuguhnya makanan Istimewa yang tak dikenalnya. Bahkan Nabi Ibrahim terbukti keberaniannya dalam mengingatkan raja yang terbukti mengaku dirinya Tuhan. Hingga pada puncaknya membangun Ka’bah Bersama Nabi Ismail sehingga mampu mempertemukan dan mempersatukan berbagai etnis dan suku yang sangat beragam.
Oleh karenanya, pantas Allah bilamana mengangkatnya sebagai imam bagi seluruh manusia. Dia menjadi buah bibir yang baik bagi generasi berikutnya. Nabi Ismail dan Nabi Ya’kub yang nanti berlanjut kepada Nabi Muhammad. Generasi-generasi ini merupakan keturunan Nabi Ibrahim yang hidup untuk melanjutkan risalahnya untuk menegakkan nilai-nilai tauhid.
Pemimpin yang menjalankan amanah dengan baik akan tercatat dan menjadi buah bibir yang baik. Nabi Ibrahim telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang amanah sehingga keteladannya dijadikan sandaran bagi pemimpin yang agung. Hal ini berbeda dengan kepemimpinan yang buruk dipenuhi dengan kebohongan, hanya akan melahirkan masyarakat yang tak aman, dan rakyatnya menderita. Keberkahan pun hilang dimana pemimpin tak dipatuhi dan rakyat hidup dalam kelaparan dan penderitaan. Hal ini melahirkan generasi-generasi pemimpin yang korup dan mendatangkan penderitaan bagi rakyatnya.
Surabaya, 15 Maret 2025