
Oleh: Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag
Dalam kehidupan, tubuh manusia membutuhkan asupan gizi yang cukup agar tetap sehat dan bertenaga. Makanan dan minuman yang bergizi adalah sumber energi bagi fisik, sebagaimana vitamin menjaga daya tahan tubuh. Namun, kesehatan manusia tidak hanya bersumber dari asupan jasmani semata, tetapi juga dari asupan ruhani. Jiwa dan hati kita juga memerlukan “vitamin ruhaniah” agar tetap bercahaya dan terhubung dengan cahaya Ilahi.
Salah satu cara menyehatkan jiwa adalah dengan mengikuti kajian-kajian keislaman dan memahami pesan-pesan Al-Qur’an secara mendalam. Dalam pertemuan capacity building tenaga kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, pembahasan kali ini menyoroti Surat Al-Alaq ayat 1:
“Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq” (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan).
Membaca Bukan Sekadar Melafalkan (Tilawah)
Perintah Iqra’ dalam ayat ini tidak sekadar mengacu pada aktivitas membaca teks, tetapi juga mencerminkan proses memahami, merenungkan, dan mengambil pelajaran dari apa yang dibaca. Membaca dalam Islam bukan hanya soal mengenali huruf dan kata, tetapi juga memahami makna mendalam yang terkandung di dalamnya. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menambahkan bahwa makna “Iqra” adalah Allah memerintahkan Rasulullah saw untuk membaca dengan menyebut nama-Nya sebagai bentuk ketergantungan pada-Nya dalam segala usaha termasuk dalam menuntut ilmu. Berdasar ayat tersebut, Islam sangat menekankan ‘pentingnya ilmu’ dan membaca sebagai sarana mendapatkan ilmu.
Dalam konteks ini, Al-Qur’an memiliki dua jenis ayat:
Ayat Takwin – Ayat-ayat Kauniyah, yaitu tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Bentuknya, tidak berupa teks tertulis, tetapi berupa kejadian dan fenomena alam yang dapat dipelajari oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Misalnya dalam QS. Ar-Rum: 22 yang menjelaskan “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi serta perbedaan Bahasa dan warna kulit”. Sedangkan relevansinya adalah ayat takwin menjadi objek kajian ilmu pengetahuan, seperti astronomi, biologi, dan lainnya.
Ayat Tadwin – Ayat-ayat Qauliyah adalah tanda-tanda Allah yang tertulis dalam bentuk wahyu, yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Bentuknya, berupa teks suci (kitab suci al-Qur’an) yang dapat dibaca, dipahami dan ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, QS. Al-Baqarah: 2 yang artinya: “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. Relevansinya, ayat tadwin menjadi sumber utama hukum Islam, petunjuk hidup dan pedoman moral bagi ummat manusia.
Oleh karena itu, dalam memahami Al-Qur’an, kita tidak boleh hanya terpaku pada makna tekstual semata, namun perlu ditambahkan dengan pemahaman secara kontekstual, agar nilai-nilai Al-Qur’an dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman.
Memulai dengan Nama Allah
Salah satu hikmah yang diajarkan dari ayat pertama Surat Al-Alaq adalah pentingnya memulai segala aktivitas dengan menyebut nama Allah. Karena itulah, manusia perlu banyak wirid yang harapannya nanti akan mendapat ‘Waarid’. Dalam ilmu Tasawuf maknanya sesuatu yang datang dari Allah ke dalam hati seorang hamba dalam bentuk ilham, cahaya atau inspirasi ruhani. Dengan kata lain waarid dapat berbentuk dorongan hati untuk berbuat kebaikan, ketaqwaan atau meningkatkan kedekatan pada Allah.
Wirid yang dipakai para Nabi yaitu membaca “Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim”, sebagaimana Ijazah yang diberikan oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, yaitu dianjurkan untuk membaca Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim sebanyak 150 kali setelah salat subuh sebagai bentuk penguatan spiritual, dan sekaligus sebagai nutrisi ruhaniyah kita.
Mengawali segala sesuatu dengan menyebut nama Allah memberikan keberkahan dan makna dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Dengan demikian, ilmu yang kita pelajari, pekerjaan yang kita jalankan, dan ibadah yang kita lakukan menjadi lebih bernilai dan mendapatkan ridha dari-Nya.
Menyinari Jiwa dengan Cahaya Ilahi
Sebagaimana tubuh membutuhkan vitamin agar tetap sehat, jiwa pun membutuhkan cahaya Ilahi agar tetap kuat dan tidak mudah goyah. Salah satu caranya adalah dengan rutin membaca dan memahami Al-Qur’an, serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Melalui kegiatan capacity building ini, tenaga kependidikan diharapkan tidak hanya menjadi insan akademik yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual yang kuat.
Semoga dengan semakin memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin dekat dengan Allah SWT.