Berita

Surabaya — (27/08/2024) Memasuki pekan kedua sebagai mahasiswa, para mahasiswa baru program studi gizi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (FPK UINSA) diarahkan untuk mengikuti orientasi keprodian. Bertempat di Auditorium lantai dua gedung FPK, acara yang bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru pada tantangan dan prospek kerja lulusan gizi ini dimulai pada pukul 12.30 WIB.

Orientasi Keprodian merupakan salah satu acara wajib bagi mahasiswa FPK. Sebagaimana definisi sederhana dari orientasi itu sendiri yang mengarah pada kegiatan “meninjau”, maka dalam acara ini pun, para mahasiswa semester satu prodi gizi diajak untuk meninjau atau mengenal lebih jauh tentang prodi gizi dari sisi tantangan, hingga prospek kerja lulusannya di masa depan.

Bersama dengan Arif Kresna Setiadi, S.Gz. selaku Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Ahli Gizi Jawa Timur (DPD Persagi Jatim) sebagai pemateri, serta Romyun Alvy Khoiriyah, M. Si. sebagai moderator, acara yang berlangsung hingga pukul 15.00 WIB ini berjalan dengan lancar sampai dengan penutupan. Para mahasiswa prodi gizi semester satu pun antusias menyimak selama materi dipaparkan, dan selalu aktif bertanya pada tiap kesempatan.

Arif Kresna Setiadi, S.Gz. atau Pak Arif panggilan sehari-harinya, menjelaskan bahwa persaingan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di masa depan akan jadi semakin ketat, karena manusia tidak hanya akan bersaing dengan manusia lainnya, melainkan juga bersaing dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Hal ini sudah dibuktikan dengan banyaknya vending machine yang mulai banyak menggeser keberadaan kios-kios tradisional, dan berbagai pekerjaan yang digantikan oleh Artificial Intelligence (AI). Namun, Pak Arif juga menegaskan bahwa beberapa profesi seperti terapis dan tenaga kesehatan tidak akan mudah digantikan.

Ahli gizi atau lulusan gizi yang juga termasuk dalam tenaga kesehatan masih memiliki kesempatan luas untuk berprofesi di bidang yang linier kedepannya. Di sisi lain, persaingan kompetensi para lulusan ilmu gizi juga menjadi tantangan tersendiri yang tak dapat diabaikan. Sebagai penutup beliau juga berpesan kepada para seluruh mahasiswa gizi.

“Dengan segala tantangan yang ada, maka seorang ahli gizi harus mampu adaptif, menguasai banyak bidang, memiliki sensitifitas, dan mau membuka diri. Semakin banyak kecakapan yang dikuasai, semakin besar pula peluang yang kalian miliki,” tuturnya.

Melalui acara ini, harapannya, akan lebih membuka wawasan mahasiswa prodi gizi dalam menentukan arah langkah di masa depan. Ini juga merupakan bentuk komitmen FPK untuk terus mencetak lulusan-lulusan yang berkompeten dalam keilmuan yang diambil selama menjalani program S1 gizi.

Writer: Septi Nur Azizah
Editor: M. Ata Zaidan Taufiqi