Kejujuran pembentuk trust kujadikan tema dari kisah nyata. Kubingkai dengan tema singkat tapi sarat makna. Ini bukan fiksi tapi fakta. Fakta kejujuruan kudapatkan dari pengalaman saya, bukan pengalaman orang lain. Sekalipun mungkin ada orang lain yang mengalami hal serupa. Suatu waktu, tepatnya 30 Juni-2 Juli 2024, saya diundang dalam acara Kementerian. Kuhadiri undangan ini atas penugasan pak Rektor. Rektor menugaskanku bukan tanpa dasar. Dasarnya adalah permintaan Kementerian untuk menugaskan beberapa teman ASN, termasuk saya.
Sebagai ASN, tugas adalah amanah yang diberikan. Amanah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kulaksanakan tugas selama tiga hari. Di hotel yang banyak peminatnya. Terletak di jantung kota. Terlebih dikenal dengan kota tua. Entah apakah mereka menyerbu hotel ini karena simbol kota tuanya, lokasinya yang strategis, atau karena layanannya. Kutak bisa memastikannya karena belum melakukan riset atas preferensi pelanggannya. Tapi tetap penting diteliti untuk memastikannya. Terutama bagi peneliti yang memiliki konsen pada bidang ini. Namun tulisan receh ini kuhanya ingin berbagi.
Berbagi pengalaman receh yang kuanggap bernilai. Pengalamanku saat tinggal di hotel. Tiga hari kutinggal bersama teman. Teman yang sama-sama ASN dan sama-sama dari satu Satker. Sama-sama mendapatkan tugas dari pak Rektor. Mas Fahmi adalah namanya. Saat istirahat tak lepas dari diskusi tentang tugas. Banyak cerita seputarnya dan seputar tugas keseharian selama di hotel. Singkat cerita, di hari terakhir tugas, kutergesa-gesa meninggalkan hotel. Bahkan mas Fahmi meninggalkannya lebih awal. Tak kukira ada yang tertinggal. Walau hanya sebuah charger.
Harganya murah tapi memiliki nilai. Tak mungkin kupakai HP jika HP tak hidup karena kehabisan isi baterai. “Charger memang murah, tapi sangat bernilai.” Sesampai di rumah, kusadar bahwa chargerku yang murah itu benar-benar tertinggal. Di hotel yang laris itu. Jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Mau kuambil butuh biaya. Biaya tuk mengambilnya tak sebanding dengan harga chargerku. Belum lagi risiko di jalan. Biaya dan risikonya kujadikan pertimbangan. Akhirnya kuputuskan tak diambil. Kuikhlaskan. Namun 1,5 bulan kemudian ternyata kudapat tugas kembali.
Tak kusangka kembali ke hotel yang sama. Kutak ingat jika chargerku pernah tertinggal. Baru kuingat saat kucharge HP di lobi hotel. Sambil nunggu untuk check in. Saat check in kuiseng bertanya kepada resepsionis. “Mbak, maaf mau tanya,” Saya pernah tinggal di hotel ini. Charger saya kayaknya tertinggal di hotel. Entah di mana tertinggalnya. Saya pun lupa nomor kamarnya. Mbak yang ramah menimpalinya dengan nada santun dan berhati-hati. “Maaf pak, kira-kira kapan, pak”. Kutak ingat waktunya. Tapi kuingat bahwa saya dapat penugasan. Lalu kubuka HP dan tertera jelas tanggal penugasannya. Kutunjukkan surat tugas yang memuat namaku dan tanggal masa tugasku.
Bardasar bukti itu, si Mbak melacaknya di database. Namaku pun masih tersimpan di dalamnya. “Saya hubungi house keeping dulu, ya pak. Maaf, pak. Belum bisa dihubungi. Bapak berkenan ke kamar dulu. Nanti saya infokan, geh.” Informasi yang disampaikan membuatku bergegas menuju kamar. Belum lama di kamar, tetiba telpon kamar berdering keras. Kuduga bahwa telepon tersebut tentang informasi charger. Kuangkat telepon dan ternyata benar bahwa pihak hotel menyampaikan kabar baik. “Maaf, pak. Mau ngabari. Chargernya ada, dan ijin segera kami antar ke kamar.”
Dalam beberapa menit, petugas house keeping datang. Ia datang membawa charger dalam bungkusan rapi. Dilengkapi dengan dua helai kertas bukti serah terima. Luar biasa integritas petugas dan layanan hotelnya. Mungkin itu SOP yang diterapkan. Apa ini salah satu yang membuatnya laris. Tentu ini bagian dari pembentuk trust pelanggan. Nah, lagi-lagi ini baru dugaan. Belum menelitinya secara serius. Namun terlepas dari dugaan benar atau salah, kuyakini bahwa kejujuran dapat membentuk trust. Ini yang saya rasakan. Demikian juga perasaan orang lain. Kuberharap cerita receh ini dapat menjadi alarm terutama bagiku untuk menjunjung nilai kejujuran.