Sinergitas antara ilmu, amal, dan Ikhlas mutlak diperlukan. Karena Ikhlas menjadi penentu agar amal ibadah diterima oleh Allah SWT, dan Ikhlas ini juga menjadi instrument penting agar tidak membuat kita kecewa dalam berbuat.
Dalam sebuah ungkapan, Imam Al-Ghazali pernah mengatakan: “Manusia hakikatnya mati, kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu hakikatnya tidur, kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya. Orang-orang yang mengamalkan ilmu banyak yang tertipu, kecuali orang-orang yang Ikhlas dalam mengamalkan ilmunya.” Ungkapan ini menunjukkan bahwa Ikhlas juga menjadi penentu agar amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan tidak sia-sia.
Ikhlas artinya berbuat tanpa pamrih. Ikhlas berarti berbuat dengan mengharap ridla Allah SWT.
Ada suatu cerita, dimana ada seorang kiai punya 2 orang santri, Namanya Ali dan Umar. Ali sambil nyantri juga berprofesi sebagai seorang petani, Umar sambil nyantri juga berprofesi sebagai seorang pedagang. Suatu hari Ali bersilaturrahmi ke kiai dengan membawa singkong yang telah dipanen dari kebunnya. Setelah ngobrol dengan kiai, dia pamitan dan pulang diberi Kambing.
Dalam perjalanan pulang, di tengah perjalanan bertemu dengan Umar, sahabat lamanya. Umar tanya kepada Ali: Dari mana kamu Ali? Ali menjawab: Dari rumah Kiai. Lalu Kambing itu dari mana Ali? Kambing ini diberi Kiai. Bagaimana ceritanya, kok bisa diberi Kambing? Tadi Saya pergi silaturrahmi ke rumah Kiai dengan membawa singkong, ketika pamit pulang, oleh Kiai diberi Kambing. Mendengar cerita Ali, Umar berpikir: Jika Ali ke rumah kiai, pulang diberi kambing, bagaimana jika saya ke rumah kiai dengan membawah buah durian, bisa jadi saya pulang nanti diberi sapi.
Akhirnya, Umar pergi ke rumah kiai dengan membawa durian. Setelah ngobrol beberapa saat, Umar pamit pulang, ternyata oleh kiai diberi singkong yang dari Ali sebelumnya. Maka kecewalah Umar. Ketika akan silatrurrahmi ke kiai, berharap mendapat ole-ole sapi, tapi dapatnya justru singkong. Sementara Ali tadi silaturrahmi bawa singkong, pulangnya dapat kambing. Tentu sesuatu yang didapatkan Ali termasuk karunia yang tidak terduga.
Cerita di atas dapat dijadikan Pelajaran berharga, bahwa jika melakukan amal perbuatan dengan tulus Ikhlas tanpa pamrih, maka akan diberikan karunia oleh Allah SWT secara tidak terduga. Sementara Ketika amal perbuatan itu dilakukan dengan niat ingin dapat pamrih, hasilnya justru kekecewaan. Di sinilah pentingnya Ikhlas dalam beramal. Bahkan Ikhlas ini menjadi penentu diterimanya amal perbuatan kita.
Intisari Kultum Duhur oleh: Dr. Muhamad Fahmi, MPd di Masjid Raya Ulul Albab Kampus Ahmad Yani pada hari Senin, 13 November 2023.