Berita

Dalam rangka memperkuat kapasitas penelitian praktis di kalangan guru dan calon guru, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara daring pada Jumat, 30 Juli 2021. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 200 peserta yang terdiri atas mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG), guru pamong, serta dosen pembimbing lapangan dari berbagai daerah di Indonesia.

Workshop ini merupakan bagian dari program pembinaan akademik dan profesionalisme guru yang rutin diselenggarakan oleh FTK UINSA setiap tahun. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diposisikan sebagai instrumen penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas secara berkelanjutan, melalui pendekatan reflektif dan berbasis data nyata dari praktik mengajar.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Muhammad Thohir, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya membangun budaya penelitian di kalangan guru, khususnya melalui Penelitian Tindakan Kelas yang aplikatif dan kontekstual. “Guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga peneliti kelasnya sendiri. Melalui PTK, guru dapat merefleksikan proses belajar-mengajar, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi berbasis bukti nyata,” tegas Prof. Thohir.

Beliau juga menyampaikan bahwa salah satu ciri guru profesional abad ke-21 adalah kemampuannya untuk terus belajar dari praktik sendiri. Oleh karena itu, PTK perlu ditanamkan sebagai sikap ilmiah dan kebiasaan pedagogis, bukan sekadar sebagai tugas administratif belaka.

Workshop menghadirkan Dr. Umi Hanifah, M.Pd, dosen dan peneliti pendidikan dari FTK UINSA yang telah banyak membimbing guru dalam pelaksanaan PTK di berbagai sekolah. Dalam sesi utama yang bertajuk “Penelitian Tindakan Kelas: Konsep, Urgensi, dan Langkah Praktis”, Dr. Umi menjelaskan pentingnya menjadikan PTK sebagai bagian dari siklus peningkatan mutu pembelajaran yang berkelanjutan.

Menurutnya, PTK adalah metode riset yang paling sesuai untuk guru karena langsung berangkat dari pengalaman nyata di kelas, dengan tujuan utama untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. “PTK bukan penelitian besar, tetapi memiliki dampak besar jika dilakukan secara sungguh-sungguh. Ia tidak hanya menghasilkan laporan, tapi juga transformasi pedagogis,” jelasnya.

Dalam paparannya, Dr. Umi menjelaskan empat tahapan utama dalam PTK: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Ia juga memberikan contoh-contoh nyata dari praktik PTK di berbagai jenjang pendidikan, seperti peningkatan kemampuan menulis siswa melalui media visual, strategi memperbaiki keterlibatan siswa dalam pembelajaran daring, hingga pendekatan diferensiasi bagi siswa dengan latar belakang belajar yang beragam.

Usai sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan workshop praktis yang dipandu oleh tim dosen PPG FTK. Para peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyusun rancangan proposal PTK berdasarkan permasalahan riil yang mereka temukan di kelas atau sekolah mitra. Pendekatan ini mendorong peserta untuk langsung menghubungkan materi yang dipelajari dengan konteks lapangan.

Setiap kelompok diminta memilih satu permasalahan kelas yang spesifik, merumuskan rumusan masalah, menyusun indikator keberhasilan, menentukan metode pengumpulan data, dan menyusun tindakan yang akan dilaksanakan. Para dosen pembimbing memberikan pendampingan intensif dalam menyusun desain tindakan yang sederhana namun tepat sasaran.

Salah satumahasiswa PPG asal Gresik, mengungkapkan bahwa workshop ini membantunya memahami PTK secara konkret. “Selama ini saya mengira PTK itu rumit dan hanya untuk dosen. Tapi setelah ikut sesi praktik, saya sadar bahwa kita sebagai guru justru yang paling tahu masalah kelas, dan bisa langsung mengambil tindakan dengan cara yang sistematis,” ujarnya.

Selain menyusun rencana tindakan, para peserta juga dilatih untuk menulis jurnal refleksi tentang pengalaman mengajar mereka selama ini. Refleksi ini digunakan sebagai titik tolak dalam menyusun fokus penelitian yang benar-benar relevan dengan kebutuhan siswa. Menurut Dr. Umi, guru yang reflektif cenderung lebih kreatif dan mampu beradaptasi dengan perubahan. “Guru yang mau merefleksikan diri tidak akan mudah menyalahkan siswa atau kondisi, tetapi akan mencari jalan keluar. Inilah esensi dari PTK,” tuturnya.

Dalam sesi akhir, beberapa peserta mempresentasikan hasil rancangan PTK mereka di hadapan narasumber dan peserta lainnya. Presentasi ini disambut antusias, dan para peserta lain memberikan umpan balik kritis dan membangun. Beberapa topik menarik yang diangkat antara lain Peningkatan minat baca siswa melalui pojok literasi kelas, Pemanfaatan video pembelajaran untuk mengatasi kesulitan memahami materi IPA, Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika di kelas rendah.

Menutup kegiatan, pihak fakultas menyampaikan bahwa rancangan PTK yang telah disusun oleh peserta akan dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk pelaksanaan nyata saat praktik mengajar. PTK yang berhasil dilaksanakan akan diarahkan untuk ditulis sebagai artikel ilmiah dan dipublikasikan di jurnal pendidikan.

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan, Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag, menyampaikan bahwa UINSA ingin menjadikan hasil-hasil PTK mahasiswa PPG sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. “Kami ingin mahasiswa kami tidak hanya mengajar, tapi juga menciptakan pengetahuan baru dari kelas-kelas tempat mereka mengajar. Itulah semangat guru profesional abad ini,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, fakultas juga akan membentuk Komunitas Praktisi PTK FTK UINSA, yakni forum bagi mahasiswa, dosen, dan guru untuk saling berbagi hasil riset, praktik baik, dan refleksi pembelajaran berbasis tindakan. Komunitas ini akan menjadi ruang belajar bersama sekaligus penguat ekosistem penelitian terapan di lingkungan pendidikan.

Workshop PTK tahun 2021 ini menjadi tonggak penting dalam membangun tradisi guru peneliti di lingkungan FTK UINSA. Dengan melibatkan mahasiswa PPG, dosen, dan guru pamong, kegiatan ini menjembatani dunia akademik dan praktik pendidikan secara langsung. Dalam sambutan penutupnya, Prof. Muhammad Thohir kembali mengingatkan pentingnya menjadikan PTK sebagai bagian dari etos kerja guru. “Selama kita masih mengajar, selama itu pula kita perlu belajar. PTK adalah cara kita belajar dari kelas, dan untuk kelas. Jadikan kegiatan ini bukan yang pertama dan terakhir, tetapi awal dari kebiasaan reflektif dan ilmiah sepanjang karier kependidikan Anda,” pungkasnya.

Melalui kegiatan ini, FTK UIN Sunan Ampel Surabaya menunjukkan komitmennya dalam mencetak guru-guru yang tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga mampu mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran secara terus-menerus. Guru profesional bukan hanya yang memahami teori, tetapi yang sanggup menyusun solusi berbasis data, berpikir reflektif, dan bertindak inovatif.