Surabaya — Dua mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Nadhia Putri Nauli dan Syahril Junmur, tengah menjalani pengalaman berharga di Taiwan. Meskipun telah memulai program mereka sejak September 2024 lalu, kisah inspiratif mereka baru-baru ini kami terima dan layak untuk dibagikan kepada civitas akademika dan masyarakat luas.
Melalui program New Southbound Policy Elite yang diadakan oleh National Chung Hsing University (NCHU) Taiwan, Nadhia dan Syahril mendapatkan kesempatan emas untuk memperdalam pemahaman mereka tentang budaya Taiwan. Program pertukaran pelajar ini tidak hanya fokus pada kerja sama akademik, tetapi juga menekankan pentingnya interaksi budaya dan pemahaman lintas negara.
Pada bulan pertama mereka di Taiwan, Nadhia dan Syahril aktif mengikuti kelas pengenalan budaya mingguan yang diselenggarakan oleh NCHU. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah saat mereka merayakan Festival Musim Gugur atau Mid-Autumn Festival pada 11 September 2024. Festival ini merupakan salah satu perayaan terbesar di Asia Timur yang melambangkan kebersamaan dan rasa syukur atas panen yang melimpah.
Bersama para profesor dan mahasiswa internasional lainnya, mereka belajar membuat kue tradisional “mooncake” dari awal. “Proses pembuatan mooncake memberikan kami kesempatan untuk merasakan kehangatan dan kebersamaan yang menjadi inti dari budaya Taiwan,” ujar Nadhia. Mooncake bukan sekadar kue, tetapi simbol keutuhan dan harmoni dalam keluarga serta masyarakat.
Selain itu, mereka juga mempelajari permainan papan tradisional bernama Go. Permainan strategi kuno ini mengajarkan mereka tentang pentingnya perencanaan dan kecermatan. “Setiap langkah kecil dalam Go memiliki dampak besar pada hasil akhir, sama halnya dengan keputusan yang kita ambil dalam kehidupan,” ungkap Syahril.
Tidak berhenti di situ, Nadhia dan Syahril juga mendapatkan kesempatan untuk memainkan Erhu, alat musik tradisional Tiongkok yang dikenal dengan sebutan “biola Tiongkok”. Di bawah bimbingan laoshi (guru), mereka mempelajari teknik dasar memainkan Erhu, mulai dari cara memegang busur hingga menghasilkan nada yang harmonis. “Belajar Erhu mengajarkan kami tentang kesabaran dan ketekunan, serta bagaimana musik dapat menyampaikan emosi yang mendalam,” jelas Nadhia.
Dalam kelas seni, kedua mahasiswa Hubungan Internasional ini diperkenalkan dengan seni Erbu, yang memadukan teknik lukis tradisional Tiongkok dengan pendekatan modern. Aktivitas ini memungkinkan mereka untuk mengekspresikan kreativitas secara bebas, memadukan elemen tradisional dengan interpretasi pribadi. “Seni Erbu memberikan kami ruang untuk bereksperimen dan memahami nilai-nilai estetika yang dijunjung tinggi dalam budaya Tiongkok,” tambah Syahril.
Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik mereka, tetapi juga memperdalam rasa hormat terhadap tradisi bangsa lain yang telah bertahan ribuan tahun. Setiap kegiatan memberikan mereka pemahaman lebih dalam tentang bagaimana seni, musik, dan permainan tradisional menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Taiwan.
“Bagi kami, program pertukaran ini bukan sekadar kesempatan akademik, tetapi juga perjalanan budaya yang amat berharga. Kami berharap dapat menjembatani pemahaman lintas budaya antara Indonesia dan Taiwan,” ujar Nadhia dan Syahril kompak.
FISIP UINSA Surabaya bangga atas partisipasi Nadhia dan Syahril dalam program ini. Ketua Jurusan FISIP UINSA, Moh. Fathoni Hakim, M.Si., menyatakan, “Pengalaman mereka di Taiwan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk aktif dalam program internasional dan memperluas wawasan global. FISIP UINSA berkomitmen penuh untuk terus menunjang mahasiswa menuju global excellence.”
Pengalaman yang dijalani Nadhia dan Syahril di Taiwan bukan sekadar pertukaran akademik, tetapi sebuah perjalanan transformasi yang menghubungkan hati dan budaya dua negara. Melalui setiap nada Erhu yang mereka petik, langkah dalam permainan Go yang mereka pikirkan, hingga cita rasa mooncake yang mereka cicipi, mereka menenun kisah persahabatan dan pemahaman lintas budaya. Kisah mereka menjadi inspirasi bahwa di era globalisasi ini, batas geografis bukanlah penghalang untuk menjalin koneksi. Semoga sepulangnya nanti, mereka dapat menjadi duta budaya yang membawa semangat toleransi dan kerja sama, memperkaya Indonesia dengan wawasan dan kearifan yang mereka dapatkan di Taiwan. Perjalanan mereka mengingatkan kita semua bahwa pendidikan sejati melampaui buku dan kelas—ia ditemukan dalam interaksi manusia dan penghargaan terhadap keragaman dunia ini. (WD)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial FISIP UINSA di Instagram.