UIN Sunan Ampel Surabaya
Monday, 19 December 2022
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut untuk mengangkut apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu, Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (di dalam semua itu terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir” (QS. Al Baqarah 164)
Selama ini kita terfokus pada ibadah badaniah, dan tidak memberi porsi yang cukup ibadah otak. Maka, ayat ini saya kutip untuk dijadikan lahan ibadah otak. Melalui ayat ini, kita didorong untuk berpikir tentang bukti-bukti ke-Esaan dan kekuasaan Allah, serta kasih dan sayang-Nya kepada semua makhluk. Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya tentang penegasan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Dalam ayat ini, terdapat enam hal yang bisa dijadikan lahan ibadah otak. Pertama, penciptaan langit dan bumi. Luar biasa keajaiban penciptaan keduanya. Sebelum melihat langit, cobalah renungkan bumi terlebih dahulu. Luasnya seperempat dari daratan, dan sisanya adalah lautan. Sekalipun “sesempit” itu dibanding planet lain, beberapa perguruan tinggi memiliki jurusan yang secara khusus mempelajarinya, dan sampai sekarang masih belum tuntas membuka misteri keduanya.
Sekarang renungkan langit. Betapa luas dan raksasa benda di atas kita itu dengan miliaran galaksi yang sampai saat ini belum diketahui jumlahnya. Kita baru sadar, kita benar-benar makhluk mungil, sekecil debu di tengah alam semesta. Renungkan kekuasaan Allah yang dahsyat ini. Matahari yang berbobot sejuta lebih berat daripada bumi diputar Allah dengan kecepatan yang luar biasa. Dari renungan ini, kita bisa mendapat pelajaran optimisme. Jika matahari seberat itu diputar dengan mudahnya oleh Allah, maka pastilah lebih mudah bagi-Nya untuk memutar nasib kita, dari miskin menjadi kaya, atau sebaliknya; dari sakit menjadi sehat atau sebaliknya, dari dihormati menjadi dicaci atau sebaliknya. Dengan perhitungan putaran bumi dan matahari yang jelas dan teratur itu, maka kapan gerhana matahari atau bulan 100 tahun yang akan datang bisa diketahui sekarang. Sungguh, pengetahuan kita tentang bumi dan langit masih sangat minim.
Kedua, pergantian siang dan malam. Adakalanya durasi keduanya pendek, dan panjang. Cobalah renungkan kekuasaan dan kemurahan Allah dalam berbagai aspek pergantian waktu itu, termasuk apa kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan, kehidupan hewan dan manusia. Siang dan malam adalah perputaran waktu yang bertolak belakang sepanjang masa. Jalan kehidupan kita juga demikian. Segelap apa pun malam hari akan berubah terang benderang jika matahari terbit dari timur. Habis gelap terbitlah terang. Tak selamanya mendung itu kelabu. Jangan bersedih ketika terpuruk. Sebaliknya, jangan lupa diri ketika mendapatkan kesuksesan. Seterang apa pun cahaya siang tak akan bisa melawan gelapnya malam, jika matahari telah tenggelam di ufuk barat.
Ketiga, behtera di laut untuk alat transportasi. Bagaimana Allah memberi kecerdasan Nabi Nuh a.s dalam membuat kapal raksasa sebelum banjir datang. Demikian juga para ahli teknik perkapalan lainnya. Alat itu dipergunakan untuk mencari nafkah di laut, atau mengangkut bahan makanan dan kebutuhan manusia. Dahulu, kapal itu berlayar mengandalkan angin, sekarang tergantikan oleh mesin modern. Renungkanlah isi lautan: mutiara, ikan, dan sebagainya. Semua itu dipersembahkan Allah untuk kesenangan, kesehatan dan kenyamanan manusia.
Keempat, air hujan. Allah mengangkat uap dari air laut ke langit untuk dijadikan awan dan hujan. Dengan hujan itulah, tanah yang kering menjadi subur dan menghasilkan biji-bijian dan buah-buahan untuk kelangsungan hidup dan kenikmatan kita. Hewan pun bersuka cita merasakan segarnya air dari langit. Sperma sebagai bibit manusia juga tak bisa dipisahkan dari hasil bumi. Semuanya juga dipersembahkan Allah untuk manusia, tak pandang bulu ia kafir atau muslim, taat atau durhaka.
Kelima, aneka hewan yang melata di bumi, termasuk manusia. Betapa sibuknya Allah membesarkan unta, kambing, sapi, ayam, dan sebagainya. Kita tak pernah berpikir tentang semua yang kita konsumsi setiap hari itu. Hampir setiap hari kita menikmati telor dan daging, tapi kita tak selalu ingat bagaimana susahnya kerja Allah menyiapkannya. Hewan itu juga kita manfaatkan untuk mengolah sawah dan alat transportasi. Amatilah lebih mendalam bagaimana lalu lintas manusia dan hewan, dan bagaimana kehidupan dan interaksi masing-masing.
Keenam, pengaturan angin dan awan. Bertanyalah kepada ahli cuaca, bagaimana Allah mengatur arah angin. Bagaimana angin itu menggiring awan ke tempat-tempat yang tandus agar bisa menyuburkan tanah. Kapan angin itu menguntungkan dan membahayakan. Bagaimana angin melakukan penyerbukan pada bunga sehingga bisa berbuah. Bagaimana angin bisa dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik. Bagaimana pilot, nakoda kapal modern dan tradisional harus menguasai ilmu tentang angin dan awan untuk keselamatan mereka.
Sekali lagi, berilah otak porsi yang cukup untuk berpikir tentang ayat-ayat kalam (Al-Qur’an), dan ayat-ayat alam. Andaikan Tuhan lebih dari satu, mungkinkah terjadi keteraturan seperti yang sekarang kita rasakan?. Allah bekerja setiap detik untuk kita, lalu apakah kita setiap detik juga membalas kebaikan-Nya itu?. Akhirnya kita bisa memahami perkataan Abu Darda’ r.a, “Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah semalam.”