Oleh: Ummi Rodliyah
Pustakawan Ahli Madya UIN Sunan Ampel Surabaya
Artifificial Intelligence (AI) dan coding akan menjadi mata pelajaran pilihan di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) bagi sekolah yang telah mampu melaksanakan. Demikian keterangan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti sebagaimana dilansir dari Kompas.com tanggal 11 Nopember 2024 kemarin. Beliau menjelaskan bahwa kedua muatan ini akan menjadi bagian dari perubahan kurikulum mendatang. Sebagian kita mungkin bertanya, Seberapa peting manfaat kedua muatan ini, terutama AI bagi masyarakat sehingga harus menjadi perubahan kurikulum nasional?
Mata kita seringkali melihat flyer-flyer bertebaran di dunia maya tentang workshop, pelatihan, seminar, dan semacamnya, bertajuk AI baik berbayar, maupun gratis. Bukan hanya itu, bahkan topik AI telah menjadi materi pada program-program rumah ibadah, masjid, dan Yayasan Islam untuk mendampingi jamaahnya agar tidak ketinggalan perkembangan teknologi. Fenomena demikian membuat kita menyadari bahwa tidak berlebihan jika ada upaya untuk menjadikan AI sebagai salah satu pelajaran formal di sekolah dasar dan menengah. Hal ini diharapkan dapat mengantarkan para siswa kita siap menghadapi persaingan global dan perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Bagaimana dengan Universitas? Salah satu fokus dan prioritas program kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di semua jenjang. Demikian dijelaskan Stella (Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi) sebagaimana dimuat www.beritasatu.com/nasional pada taggal 21 Oktober 2024 lalu. Peningkatan SDM dan hilirisasi tidak bisa dilepaskan dan tidak akan berjalan tanpa inovasi dari sains dan teknologi. Riset-riset inovatif dan berani serta berkontribusi membumi sangat dinantikan masyarakat. SDM di perguruan tinggi, ada dosen, dan tenaga pendidikan (tendik) dituntut juga mengikuti perkembangan teknologi ini. Tidak heran jika beberapa kali UIN Sunan Ampel Surabaya merespon tuntutan ini dengan penyelenggaraan kegiatan bertajuk AI, seperti “Penyusunan Modul Ajar dengan Artificial Intelligence” tanggal 7 dan 8 Mei 2024 di GreenSA Inn Juanda Sidoarjo. Bahkan program ini juga diselenggarakan untuk pustakawan UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai tenaga fungsional UINSA.
Pustakawan merupakan salah satu jabatan fungsional di perguruan tinggi yang juga dituntut memiliki karya ilmiah sebagai syarat pengembangan karir mereka. Pustakawan merupakan salah satu pilar pengembangan perpustakaan, maka penting untuk dikaji bagaimana mereka memandang dan merespons perkembangan teknologi termasuk AI. Penulis yang adalah (Pustakawan Madya UINSA) sempat melalukan riset tentang persepsi pustakawan PTKIN Indonesia terhadap AI. Riset yang didesain kuantitatif dengan pendekatan survei ini berhasil mengungkap temuan-temuan yang menarik seputar penerapan AI pada kalangan pustakawan di Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel 316 anggota Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (APPTIS) yang tergabung dalam Group WhatsApp (GWA). Survei menggunakan media Google form yang tautannya disebar melalui GWA tersebut mulai 28 Mei sampai dengan 27 Juni 2024. Responden yang berhasil memberikan data sejumlah 85 orang dari 15 provinsi di Indonesia dan terdiri dari UIN, IAIN, dan STAIN.
Hasil survei menunjukkan bahwa 44% reponden berpersepsi baik terhadap AI dan menjadikan penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebiasaan. Hampir separuh dari total responden telah mengintegrasikan AI dalam aktivitas sehari-hari mereka. Penggunaan secara konsisten ini dapat dikategorikan sebagai kebiasaan dan menjadi value dari seseorang. Hal ini tidak terlepas dari pemahaman dan pengetahuan mereka akan manfaat AI yang diperoleh dan kemudahan-kemudahan yang telah dirasakan. Pengalaman positif seseorang akan mempengaruhi keputusan mereka mengulang hal yang sama dimasa yang akan datang.
Sebagian responden (37%) menggunakan AI dalam kapasitas yang lebih sporadis. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memahami manfaat dan potensi AI, mereka mungkin masih dalam tahap eksplorasi atau terbatas oleh faktor seperti keterampilan teknis, akses ke teknologi, atau kebijakan institusional. Sedangkan sebanyak 19% responden jarang atau tidak pernah menggunakan AI. Ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk kurangnya pelatihan, keterbatasan anggaran untuk teknologi baru, atau ketidakpahaman tentang bagaimana AI dapat diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari mereka.
Hasil ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kategori pemanfaatan, yaitu: pertama secara konsisten artinya telah menjadi kebiasaan, kedua insidental, hanya digunakan kadang-kadang saat diperlukan dan yang ketiga jarang artinya belum menjadi nilai khusus bagi seseorang untuk diterapkan. Hasil riset ini setidaknya menunjukkan bahwa pustakawan PTKIN telah mengenal AI meski belum menjadi kebiasaan secara konsisten dalam pemanfaatannya.
Hasil survei selanjutnya juga menunjukkan bahwa Youtube merupakan aplikasi paling familiar dan popular pada kalangan pustakawan PTKIN. Hal ini terbukti dari dominasi jawaban responden sebesar 77% mengaku menggunakan youtube. Posisi selanjutnya adalah Google Translate dan Google Scholar dengan jumlah 73% dan 65% responden. Pada pertanyaan ini responden dibolehkan memilih lebih dari 1 jawaban, sehingga dapat mengakomodir penggunaan lebih dari 1 aplikasi. Produk Google masih menjadi favorit dan pilihan banyak kalangan termasuk pustakawan karena fitur-fiturnya yang user friendly dan free. Bedasarkan thory acceptable model (TAM) bahwa pemilihan penggunaan aplikasi atau tool dan portal tertentu dipengaruhi faktor kemudahan operasional dan manfaat yang dirasakan (Zolfaqari et al., 2024).
Dominasi Youtube ini dipicu oleh kegunaan dan popularitas Youtube sebagai platform digital bertenaga AI yang informatif, menarik dan menghibur. YouTube adalah platform yang sangat populer untuk berbagai tujuan, termasuk hiburan, edukasi, dan tutorial. Tingkat penggunaannya yang tinggi menunjukkan bahwa mayoritas responden mengandalkan YouTube untuk mencari konten video yang informatif dan menghibur. Faktor lain yang juga memicu tingginya popularitas youtube adalah keragaman konten. YouTube menawarkan konten dalam berbagai format dan topik, mulai dari video musik, vlog, hingga kursus online. Hal ini menjadikannya sumber daya yang berharga bagi pengguna dari berbagai latar belakang dan kebutuhan. Youtube sangat bermanfaat juga dalam proses pembelajaran yang dapat dimanfaatkan pustakawan untuk menunjang tugas-tugas profesinya (Kim & Kim, 2021).
Selain 3 kelompok kategori pemanfaatan Ai, hasil survei juga menyimpulkan bahwa Youtube dan produk Google (Google Scholar, Google Translate) lebih menjadi pilihan dibandingkan ChatGPT. Begitu juga Google Trend lebih menjadi pilihan dibanding elicit, litmaps dan scispace. Riset juga menemukan bahwa Jawa Tengah merupakan provinsi dimana pustakawannya paling banyak memberikan materi AI kepada pemustaka. Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya termasuk salah satu perpustakaan PTKIN yang telah memasukkan materi-materi terkait AI untuk disampaikan kepada pemustaka dalam pelatihan literasi informasi.